Penelusuran BBC mengungkap kesepakatan rahasia yang membebaskan ratusan petempur ISIS dan keluarganya ke luar dari Raqqa dengan sepengetahuan koalisi pimpinan AS dan Inggris serta pasukan Kurdi yang kini menguasai kota itu.
Konvoi yang ke luar dariRaqqa itu termasuk para petinggi kelompok militan yang menamakan diri Negara Islam atauISIS serta puluhan pejuang asingISIS. Sebagian dari mereka berhasil menyebar ke seluruh Suriah dan bahkan ada yang sampai ke Turki.- Sulitnya merebut 'jantung kekuasaan kekhalifahan' ISIS di Raqqa
- Pemerintah RI belum bisa berkomunikasi langsung dengan WNI eks Raqqa
- Seperti apa suasana keseharian Raqqa, 'ibu kota' ISIS di Suriah?
Supir truk Abu Fawzi mengira pekerjaan yang ia dapatkan hanyalah pekerjaan yang biasa ia lakukan.

Konvoi petempur ISIS keluar dari Raqqa. (BBC)
Ia mengendarai truk 18 ban melalui kawasan paling berbahaya di Suriah utara. Jembatan-jembatan yang dibom dan kawasan luas padang pasir yang bahkan disebut pasukan pemerintah dan ISIS sebagai daerah yang tak bisa dilalui.
Tetapi kali ini yang diangkut adalah manusia.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) -sekutu pejuang Kurdi dan Arab yang berperang dengan ISIS- ingin Abu Fawzi memimpin konvoi ratusan keluarga yang mengungsi karena perang, dari kota Taqba di dekat Sungai Efrat sampai ke kawasan kamp di utara.
Pekerjaan itu akan selesai dalam waktu maksimum enam jam, atau paling tidak itulah informasi yang ia dapatkan.
Saat Abu Fawzi dan sopir-sopir lainnya berkumpul untuk mulai konvoi pada pagi hari tanggal 12 Oktober, barulah mereka menyadari bahwa mereka dibohongi.

Para supir membuat rute konvoi dari Raqqa. (BBC)
Pekerjaan sulit mengendarai di daerah berbahaya itu memakan waktu tiga hari dengan angkutan yang sangat berbahaya, ratusan pejuang ISIS, keluarga mereka, dan berton-ton senjata serta amunisi.
- WNI yang gabung ISIS: 'Sakit-sakitan, kami ingin kembali ke Indonesia'
- AS perkirakan 2.000 milisi ISIS masih bertahan di Raqqa
- Pasukan koalisi AS tembak jatuh pesawat Suriah dekat Raqqa
Abu Fawzi dan puluhan sopir lainnya dijanjikan ribuan dolar untuk mengantar kargo manusia dan amunisi itu namun harus tetap menjaga kerahasiaan tugasnya.
Larinya pejuang ISIS menimbulkan ancaman bagi dunia luar?Kesepakatannya adalah mengantar para pejuang ISIS melarikan diri dari Raqqa - ibu kota de facto kekhalifahan itu - dan langkah ini telah diorganisir oleh para pejabat lokal. Perjanjian ini dilakukan empat bulan setelah perang yang menyebabkan kota itu hancur dan hampir kosong.
Dengan mengantarkan para militan ISIS, akan membantu mengakhiri perang serta menyelamatkan hidup para pejuang Arab, Kurdi dan kelompok lain yang menentang ISIS.
- Istri-istri ISIS: Mengapa saya bergabung dengan 'kekhalifahan' di Raqqa
- Sekitar 25.000 warga sipil terperangkap di Raqqa, ibukota ISIS di Suriah
- AS kirim pasukan marinir untuk perangi ISIS di Raqqa
Namun langkah ini juga akan memungkinkan ratusan pejuang ISIS untuk melarikan diri dari kota itu. Pada saat itu, pasukan koalisi yang dipimpin AS dan Inggris dan juga Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung koalisi tidak mau mengakui peranan mereka.
Apakah kesepakatan yang disebut rahasia kotor Raqqa itu menimbulkan ancaman bagi dunia luar, karena memungkinkan militan untuk menyebar ke seluruh Suriah dan wilayah lain?
Walau dirahasiakan, BBC telah berbicara dengan puluhan orang yang berada di konvoi atau yang mengikutinya dan juga kepada mereka yang merundingkan kesepakatan.

Para sopir truk dalam konvoi keluar dari Raqqa. (BBC)
Perjalanan ke neraka
Di kota Tabqa, di bawah pohon palem, tiga anak laki memperbaiki mesin truk. Badan dan rambut mereka hitam karena oli.
Di dekat mereka ada sejumlah supir dengan Abu Fawzi berada di tengah, memakai jaket merah, sepadan dengan warna truk 18 bannya. Ia adalah pemimpin rombongan dan segera menawarkan teh dan rokok.
Pada mulanya ia tidak mau bicara namun kemudian berubah pikiran.
Dia dan para sopir marah karena setelah berminggu-minggu mereka melakukan perjalanan berat dengan berbagai gangguan termasuk mesin rusak, mereka masih belum juga dibayar.
Ia mengatakan perjalanan itu seperti layaknya ke neraka dan kembali lagi.
Konvoi tujuh kilometer"Kami ketakutan begitu kami memasuki Raqqa," katanya.
"Kami harusnya masuk dengan SDF namun ternyata kami pergi sendiri. Begitu kami masuk, kami melihat pejuang ISIS dengan senjata dan sabuk bom bunuh diri. Mereka memasang granat di truk kami. Bila sesuatu terjadi dengan kesepakatan itu, mereka akan membom seluruh konvoi. Bahkan anak-anak dan perempuan juga menggunakan sabuk bom bunuh diri."
SDF yang dipimpin pejuang Kurdi membersihkan Raqqa dari media. Larinya para anggota ISIS dari ibu kota mereka tidak akan direkam televisi.
SDF mengatakan hanya beberapa puluh pejuang ISIS yang melarikan diri, semuanya penduduk setempat.
Namun seorang supir truk menyanggah pernyataan itu.
Sopir lain mengatakan konvoi panjangnya sekitar enam sampai tujuh kilometer termasuk hampir 50 truk, 13 bus dan lebih dari 100 kendaraan milik ISIS. Anggota ISIS dengan wajah yang ditutup, bahkan duduk di atas sejumlah kendaraan.
Film yang diambil secara diam-diam dan ditunjukkan kepada BBC menunjukkan truk-truk gandeng penuh dengan pria bersenjata. Kesepakatannya adalah hanya membawa senjata milik pribadi namun petempur ISIS membawa apapun mereka bisa mereka bawa. Sepuluh truk penuh dengan senjata dan amunisi.
Para sopir menunjuk ke truk putih yang tengah diperbaiki di satu pojok.
"As rodanya patah karena amunisi yang terlalu berat," kata Abu Fawzi.
Ini bukan seperti evakuasi tapi eksodus kelompok yang menyebut diri Negara Islam atau ISIS.

Anggota keluarga petempur ISIS siap meninggalkan Raqqa. (BBC)
Pejuang asing dari Prancis sampai China
SDF tidak ingin langkah mundur dari Raqqa terlihat seperti membebaskan diri. Tidak ada bendera dan spanduk yang diizinkan digunakan dalam konvoi, seperti yang tercantum dalam perjanjian.
Para petempur asing juga sebenarnya tak boleh meninggalkan Raqqa dalam keadaan hidup.
Pada bulan Mei lalu, Menteri Pertahanan James Mattis menggambarkan perang melawan ISIS sebagai perang "pembasmian".
"Tujuan kami adalah petempur asing tak bisa bertahan dalam perang dan tak bisa kembali ke Afrika utara, ke Eropa, ke Amerika, ke Asia, ke Afrika. Kami tak akan membiarkan mereka kembali," katanya kepada TV Amerika Serikat.
Namun petempur asing -mereka yang bukan berasal dari Suriah dan Irak- juga dapat bergabung dengan konvoi itu menurut para sopir.
Salah seorang dari supir mengatakan, "Banyak orang asing. Prancis, Turki, Azerbaijan, Pakistan, Yaman, Saudi, Cina, Tunisia, Mesir..."
Supir lain juga menyebut nama-nama dari berbagai negara.
Dalam investigasi BBC, pihak koalisi kini mengakui peranan mereka dalam kesepakatan itu.
Sekitar 250 petempur ISIS diizinkan meninggalkan Raqqa dengan sekitar 3.500 anggota keluarga mereka.
"Kami tak mau semua orang pergi," kata Kolonel Ryan Dillon, juru bicara Operation Inherent Resolve, koalisi Barat menentang ISIS.
"Namun ini adalah jantung strategi kami, dengan dan melalui pemimpin lokal di lapangan. Ini tergantung pada orang Suriah, mereka lah yang berperang dan mati, mereka yang perlu mengambil keputusan terkait operasi," katanya.

Para sopir yang ikut dalam konvoi sepanjang antara enam sampai tujuh kilometer. (BBC)
Seorang perwira Barat hadir dalam perundingan namun mereka tidak mengambil "peran aktif" dalam diskusi. Kolonel Dillion menekankan bahwa hanya empat petempur asing yang angkat kaki dari Raqqa dan berada dalam tahanan SDF.
Konvoi ini melalui ladang kapas dan gandum yang mendapatkan irigasi secara baik di utara Raqqa. Konvoi ini melalui jalan utama dan menuju padang pasir.
Truk-truk ini sulit berjalan dan yang lebih sulit lagi adalah bagi para supirnya.
Seorang rekan Abu Fawzi menarik lengan bajunya dan menunjukkan kulitnya yang terbakar. "Lihat apa yang mereka lakukan," katanya.
Menurut Abu Fawzi ada tiga atau empat petempur asing dengan masing-masing supir. Mereka memukul para sopir dan mencaci dengan kata-kata "kafir" atau "babi."
Mereka membantu petempur asing lari namun para supir Arab ini tetap menghadapi cacian di sepanjang perjalanan. Mereka juga diancam.
"Mereka bilang, beri tahu kami saat Raqqa dibangun lagi, kami akan kembali," kata Abu Fawzi.
"Mereka tak peduli. Mereka menuduh kami mengusir mereka dari Raqqa."
Seorang petempur asing perempuan bahkan mengancamnya dengan senjata AK-47.

Toko Mahmoud dengan makanan yang ludes terjual. (BBC)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjaga toko Mahmoud tak menghadapi intimidasi seperti para supir.
Sekitar pukul empat sore saat konvoi SDF melalui kotanya Shanine, dan setiap orang diminta untuk masuk ke rumah.
"Kami di sini dan kendaraan SDF berhenti dan mereka mengatakan ada kesepakatan gencatan senjata antara mereka dan ISIS," katanya. "Mereka ingin kami tak berada di situ."
Ia bukan pendukung ISIS namun ia tak mau kehilangan peluang bisnis karena ada 4.000 tamu yang datang mendadak melalui desanya.
Jembatan kecil di desa itu menimbulkan kemacetan sehingga petempur ISIS turun dari mobil dan berbelanja.
Setelah perang berbulan-bulan dan bersembunyi di bunker, mereka tampak pucat dan lapar.
Mereka masuk ke tokonya dan semua makanan yang dijual langsung habis.
"Seorang petempur Tunisia dengan satu mata mengatakan kepada saya agar takut pada Tuhan," katanya.
"Dengan suara tenang, ia bertanya mengapa saya mencukur (jenggot). Ia mengatakan akan kembali dan menerapkan syariah lagi. Saya mengatakan kepadanya saya tak masalah dengan syariah. Kami semua Muslim."
Mi instan, biskuit dan makanan kecil semua dibeli.

Barang-barang yang ludes dibeli termasuk rokok. (BBC)
Senjata mereka tinggalkan di luar toko. Satu-satunya masalah yang ia hadapi saat sejumlah petempur merobek bungkus rokok.
"Hanya tiga yang kacau. Petempur lain menghukum dia," katanya.
Mahmoud mengatakan petempur ISIS membayar apa yang mereka beli.
"Mereka masuk ke toko. Saya kelabakan karena banyak sekali mereka. Banyak yang bertanya harga, namun saya tak bisa menjawab karena saya sibuk melayani yang lain. Jadi mereka meninggalkan uang di meja saya tanpa bertanya."
Walaupun para sopir dicaci dan dipukul, kalau menyangkut uang, petempur ISIS cepat dalam membayar.

Kawasan tandus yang dilalui dalam konvoi Raqqa. (BBC)
"ISIS bisa saja terdiri dari psikopat yang siap bunuh diri namun mereka selalu tepat dengan uang," kata Abu Fawzi tersenyum.
Kemerdekaan Raqqa harus dibayar dengan darah, pengorbanan dan kompromi. Perjanjian yang ada adalah membebaskan warga sipil yang terperangkap dan mengakhiri perang di kota itu.
Tak perlu ada anggota pasukan SDF yang harus mati berkorban saat menyerbu tempat persembunyian terakhir ISIS.
Namun ISIS tak berdiam lama. Lari dari Raqqa, tempat mereka dikepung, sebagian petinggi yang paling dicari kini telah menyebar jauh di seputar Suriah dan di kawasan lain.

Raqqa, yang menjadi ibu kota ISIS. (BBC)
Walaupun pihak koalisi menyanggah, puluhan pejuang asing, menurut para saksi mata, ikut dalam eksodus.
Perjanjian untuk membebaskan petempur ISIS adalah untuk menjaga hubungan baik dengan pihak Kurdi yang memimpin perang dan komunitas Arab yang mendukung mereka.
Kesepakatan juga untuk mengurangi korban. ISIS bertahan di rumah sakit dan stadion Raqqa. Upaya apa pun untuk menggoyang mereka akan berdarah dan memakan waktu panjang.
Perang melawan ISIS memiliki tujuan ganda: pertama menghancurkan kekhalifahan dengan merebut kawasan yang mereka duduki dan kedua mencegah serangan teror di dunia di luar Suriah dan Irak.
Raqqa secara efektif adalah ibu kota ISIS namun juga kandang karena para petempur terperangkap di sana.
Kesepakatan untuk menyelamatkan Raqqa mungkin berarti.
Namun arti lainnya adalah para militan garis keras telah menyebar ke Suriah dan tempat lain, dan banyak di antara mereka yang belum selesai berperang.
Semua nama-nama yang ditampilkan dalam laporan ini bukan nama asli.
(nvc/nvc)