PM Rami Hamdallah memimpin delegasi Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat, yang menjadi seteru Hamas selama ini.
"Kami datang ke Gaza untuk mewujudkan rekonsiliasi dan persatuan nasional, dan untuk mengakhiri dampak perpecahan yang sangat meyakinkan, dan untuk membangun lagi gaza, bata demi bata," kata PM Hamdallah.
Dikatakannya, proritasnya sekarang ini adalah mengentaskan kemiskinan dan menangani penderitaan penduduk Gaza.
- Ismail Haniya dipilih sebagai pemimpin baru Hamas
- Film perempuan Palestina yang 'melanggar tradisi,' dan difatwa 'haram'
- Hamas upayakan 'citra lebih lunak' tapi tetap tak akui Israel
Berbagai upaya rekonsiliasi sebelumnya gagal, dan berbagai perpedaan tetap merintangi jalan bagi persatuan dua kelompok dominan Palestina ini.
Wilayah Palestina di Gaza dan Tepi Barat dikelola secara terpisah sejak meletusnya kekerasan anytara kedua belah pihak pada tahun 2007.
Pada tahun 2006, Hamas memenangkan pemilihan parlemen di kawasan pendudukan, dan menegakkan kekuasaan di Gaza setelah mengusir para pengikut fatah dari sana.

Ribuan orang memenuhi jalanan Gaza, melambai-lambaikan bendera Palestina menyambut tibanya iring-iringan mobil Hamdallah di Gaza hari Senin kemarin, yang merupakan kunjungan pertamanya dalam dua tahun terakhir.
Hamdallah mengatakan, pemerintahnya akan mulai menangani masalah administratif Gaza, serta 'tanggung-jawab keamanan dan perlintasan prbatasan."
Dia juga berjanji memprioritaskan program bantuan untuk dua juta penduduk Gaza, yang oleh Sekjen PBB Antnio Guterres Agustus lalu disebut menderita "salah satu krisis kemanusiaan paling dramatis" yang pernah dilihatnya.
- Interpol masukkan Palestina sebagai anggota meski ditentang Israel
- Tentara Israel 'terperangkap madu Hamas lewat online'
- Dituduh kolaborasi dengan Israel, tiga warga Palestina digantung Hamas
Hamdallah kemudian berjumpa dengan pemimpin Hamas Ismail Haniya dan pemimpin Gaza, Yahya Sinwar.
Bulan lalu mereka sepakat untuk membubarkan komite administrasi Hamas yang selama ini menjalankan pemerintahan di Gaza, dan akan menggelar pemilu pertama sejak 2006.
Langkah itu difasilitasi oleh Mesir, yang hubungannya dengan Hamas membaik beberapa waktu terakhir. Selama ini Kairo memadang Hamas sebagai ancaman keamanan dan mengambil langkah-langkah keras menghadapinya. Namun belakangan muncul isyarat-isyarat perbaikan hubungan antara kdua negara.

BBC
Delegasi yang terdiri dari pejabat Mesir, Koodinator khusus PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah, Nickolay Mladenov, juga berangkat ke Gaza untuk menyaksikan proses transisi ini.
Masih belum jelas, seberapa jauh Hamas akan mengizinkan Otoritas Palestina mengambil alih peran keamanan dan bagaimana nasib ribuan pegawai negeri di Gaza yang tak terdaftar dalam sistem Otoritas Palestina selama ini.

Israel juga sangat menentang segala bentuk keterlibatan Hamas dalam Otoritas Palestina karena sikap dasar Hamas yang menolak Israel dan mencanangkan penghancuran negara itu. Israel menganggap Hamas dan sejumlah organisasi lain sebagai kelompok teroris, dan menyatakan tak akan berurusan dengan Otoritas Palestina jika ada anggota Hamas di dalamnya.
Mladenov mengatakan bahwa ia 'optimis secara berhati-hati' tentang upaya rekonsiliasi itu.
(ita/ita)