3 Opsi Militer untuk Krisis Korut: Gertakan hingga Operasi Besar

3 Opsi Militer untuk Krisis Korut: Gertakan hingga Operasi Besar

BBC World - detikNews
Jumat, 01 Sep 2017 13:07 WIB
Washington DC - Orang-orang berjalan di depan TV Jepang yang menunjukkan jalur rudal.
Peluncuran rudal Korea Utara menimbulkan kekagetan di Jepang. (Reuters)


Presiden Trump telah mengatakan bahwa 'semua pilihan tersedia' untuk menindak Korea Utara yang menembakkan rudal melewati Jepang.

Jadi akan seperti apa aksi militer melawan rezim Kim Jong-un?

Ketika rudal balistik melintasi Pulau Hokkaido, Jepang, penduduk diperingatkan untuk berlindung. Peluncuran rudal tersebut merupakan aksi provokatif, yang kemudian disusul oleh peringatan dari Korea Utara bahwa ini baru sekadar 'langkah pertama' belaka.

PBB dan beberapa negara lain telah menerapkan sanksi terhadap Korea Utara, sementara Presiden Trump mengatakan dia sudah mempertimbangkan untuk mengambil langkah selanjutnya.

Meski kekuatan militer AS tak punya tandingan, ketersediaan pilihan yang dimiliki AS untuk menghadapi negara yang terisolir itu sebenarnya terbatas.

Opsi 1: 'Kekuatan penggertak'

Ini adalah pilihan yang paling minim risiko sekaligus paling tidak efektif karena opsi ini sekadar memperkuat pengerahan militer yang selama ini sudah dilakukan dan terbukti tidak berhasil menghambat program nuklir serta rudal balistik Korea Utara.

AS bisa menambah kekuatan militer angkatan darat di Korea Selatan, termasuk pertahanan rudal seperti sistem THAAD yang kontroversial, senjata berat serta kendaraan lapis baja, untuk menunjukkan tekad menggunakan kekuatan demi mendukung tuntutannya.

Meski begitu, Korea Selatan telah menunda penempatan THAAD lebih jauh dan dengan keras menolak penambahan personel militer AS, karena khawatir akan memprovokasi Korea Utara.

Dan benar, Korea Utara akan mengartikan langkah tersebut sebagai awal dari serangan darat, terlihat dari reaksi yang diberikan oleh Korea Utara terhadap latihan gabungan tahunan antara militer AS dan Korea Selatan.

China dan Rusia juga pastinya akan menolak langkah ini dan keduanya punya daya untuk menyulitkan AS di area lain, seperti di Eropa Timur dan di Laut China Selatan dan Timur.

Angkatan Laut AS bisa menambah kekuatannya di sekitar Korea, mengirimkan tambahan kapal induk dan kapal penghancur yang bisa menembakkan rudal balistik dan kemungkinan mengirimkan armada kapal penyerang kedua.

Selain opsi angkatan laut, Angkatan Udara AS bisa memperkuat kekuatan, dengan menambah skuadron penyerang, tanker pendukung, dan pesawat pengamatan serta pengebom di markas mereka di Guam, Korea Selatan dan Jepang.

Meski begitu, Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS sama-sama terbebani dengan tugas berat di seluruh dunia dan merasakan akibat dari satu dekade penugasan berkelanjutan dengan intensitas tinggi dalam berbagai operasi, termasuk di Irak dan Afghanistan.

Terlebih penting lagi, Korea Utara diuntungkan dengan waktu, karena peningkatan kehadiran militer AS tidak akan segera menghentikan program nuklir Korea Utara dan pengujian rudal balistik yang berkembang dengan cepat.

Dan sikap tegas apa pun yang menunjukkan niat menjatuhkan rudal balistik Korea Utara yang melewati wilayah udara negara lain akan membutuhkan peningkatan Angkatan Laut AS di semenanjung tersebut.

Korea Utara memiliki serangkaian rudal balistik yang beragam dan rudal AS untuk mencegatnya cukup mahal dan jumlahnya terbatas di setiap kapal.

Korea Utara mungkin saja merepotkan dan membuat persediaan rudal Angkatan Laut AS menyusut, sehingga posisi mereka rentan dan memaksa kembali ke pelabuhan.

Kebijakan ini akan menjadi sangat mahal dan tidak menjadi kekuatan gertak yang berkelanjutan terhadap Korea Utara, selain juga membahayakan karena akan meningkatkan konflik militer terbuka.

Opsi 2: Serangan terbuka

Angkatan Udara serta Angkatan Laut AS memiliki kemampuan serangan paling canggih di muka bumi.

Ketepatan rudal Tomahawk yang ditembakkan dari kapal selam di lepas pantai Korea Utara dan serangan oleh pesawat pengebom siluman B-2 untuk menghancurkan situs nuklir Korea Utara dan fasilitas rudal balistik mungkin selintas terdengar menarik.

Sudah bisa dipastikan, kerusakan berat akan timbul pada sasaran penting, karena fasilitas bawah tanah mereka akan rentan terhadap bom Massive Ordinance Penetrator seberat 15 ton.

Bahaya yang akan dihadapi oleh pesawat tempur AS akan tergantung pada banyak faktor, termasuk seberapa banyak peringatan yang diperoleh oleh Korea Utara sebelumnya, jumlah serangan yang dikerahkan dan kontribusi dari pesawat non-siluman yang berada dalam jangkauan pertahanan Korut.

Meski begitu, jaringan pertahanan udara Korea Utara sangat sulit dipastikan, karena pesawat mereka terdiri dari campuran pesawat Rusia/Soviet, China dan sistem rudal serta sistem radar buatan sendiri yang dikumpulkan selama 50 tahun.

Pertahanan Korea Utara termasuk yang paling rapat di Bumi, namun sistem tersebut sudah dimodifikasi dan ditingkatkan sampai ke tahap yang tidak diketahui dan kesiagaannya sulit untuk dianalisis.

Jika AS kehilangan pesawat karena ditembak musuh atau kecelakaan, maka mereka akan menghadapi skenario buruk dalam upaya menyelamatkan kru pesawat atau membiarkannya untuk menghadapi nasibnya.

Orang-orang berjalan di depan TV Jepang yang menunjukkan jalur rudal.
Peluncuran rudal Korea Utara menimbulkan kekagetan di Jepang. (Reuters)


Meski begitu, yang lebih penting lagi, adalah bahkan jika pun mereka sukses melakukan serangan atas situs nuklir, rudal, pusat komando dan kepemimpinan negeri, semua itu tetap tidak akan menghentikan langkah Korea Utara untuk membalas serangan.

Tentara Rakyat akan tetap memiliki kemampuan untuk melakukan pembalasan yang bisa menimbulkan kerusakan hebat terhadap Korea Selatan - sekutu utama AS.

Tentara Rakyat diperkirakan memiliki lebih dari satu juta tentara biasa dan, menurut beberapa perkiraan, sekitar enam juta tentara cadangan serta paramiliter.

Selain itu, ada juga roket artileri konvensional dalam jumlah besar, yang sebagian besar tertanam di zona demiliterisasi, termasuk ratusan di antaranya bisa menjangkau Seoul, ibu kota Korea Selatan, yang dihuni 10 juta orang.

Militer AS sekali pun akan membutuhkan berhari-hari untuk menumpas seluruh persenjataan ini, yang dalam rentan waktu itu bisa menembakkan puluhan ribu roket dan peluru.

Dampak dari tembakan roket tersebut ke kota yang padat dan modern, selain juga pada kekuatan militer Korea Selatan, menjadi alasan pemerintah Korsel menolak adanya aksi militer pendahuluan terhadap Korea Utara.

Bahkan tanpa adanya senjata nuklir yang siap dan tanpa menyerang aktif Korea Selatan, mereka bisa menimbulkan kerusakan besar dan mengakhiri aliansi AS-Korea Selatan yang tampak selama ini.

Opsi 3: Serangan besar-besaran

Mengingat besarnya jumlah Tentara Rakyat dan kekuatan persenjataan mereka, pertahanan udara mereka yang sulit ditembus dan keengganan Korea Selatan mendukung aksi militer AS, opsi ini jauh dari kemungkinan.

Upaya apa pun untuk menginvasi Korea Utara akan butuh berbulan-bulan untuk mengerahkan kekuatan militer AS yang nyata, dukungan Korea Selatan secara penuh dan cara yang menjamin dilumpuhkannya kemampuan nuklir Korea Utara - yang kekuatannya misterius.

Invasi juga akan memakan korban ratusan ribu jiwa di kedua belah pihak.

Selain pengeboman persenjataan berat, Tentara Rakyat juga sudah berlatih lama untuk menghadapi komando infiltrasi skala besar ke Korea Selatan, menggunakan pesawat sayap ganda yang terbang rendah dan lambat yang sulit dideteksi oleh radar, selain juga kapal dan kapal selam kecil.

Ini semua akan semakin menambah kekacauan dan korban jiwa dalam konflik skala besar, dan teknologi AS dan Korea Selatan yang lebih tinggi, namun lebih sedikit, akan kewalahan.

Terakhir kalinya AS dan sekutunya masuk ke Korea Utara, pada Perang Korea 1950, dan Cina turun berperang melalui Utara untuk mencegah terbentuknya blok Korea dan barat di perbatasannya.

Perkembangan seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa dibayangkan oleh Cina - salah satu alasan utama mereka mendukung rezim Kim.

Dan terakhir, meski masalah besar ini bisa diatasi, invasi ke Korea Utara yang dipimpin oleh AS akan membuat negara itu bertanggungjawab untuk membangun kembali Korea Utara.

Korea Utara telah hidup dalam kondisi manipulasi psikologis dan kesulitan ekonomi kronis serta isolasi selama 60 tahun.

Tugas besar untuk mengintegrasikan Jerman Timur setelah Perang Dingin tidak akan ada apa-apanya dibanding yang akan terjadi di Korea ini.

Kenyataannya, dari opsi-opsi militer yang tersedia bagi AS untuk menghadapi Korea Utara, semuanya akan menelan biaya sangat tinggi dan risiko yang besar dan semuanya harus dipertimbangkan untuk hasil yang belum pasti dan problematik.

Tentang artikel ini

Analisis ini disusun oleh lembaga lain atas permintaan BBC. Justin Bronk adalah pakar kekuatan angkatan udara dan teknologi di The Royal United Services Institute (RUSI).

Silakan mengikutinya di twitter lewat akun @Justin_Br0nk. RUSI menyebut dirinya sebagai lembaga independent yang banyak terlibat dalam penelitian tentang pertahanan dan keamanan.

Artikel asli disunting oleh Duncan Walker

(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads