Sekitar 25.000 warga sipil diperkirakan terperangkap dalam kota yang dinyatakan kelompok militan yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS sebagai ibukotanya di Suriah.
Sepanjang pekan lalu saja, kota itu dihantam 250 serangan udara dan kelompok pegiat hak asasi, Amnesty International, memperkirakan ratusan warga sipil tewas sejak serangan koalisi dimulai Juni.
- AS perkirakan 2.000 milisi ISIS masih bertahan di Raqqa
- Sulitnya merebut 'jantung kekuasaan kekhalifahan' ISIS di Raqqa
- WNI yang bergabung ISIS, Indonesia 'tidak bisa tolak deportasi'
ISIS dituduh oleh PBB dan badan-badan amal lainnya sengaja menggunakan penduduk sipil sebagai tameng manusia,
Jumlah korban jiwa sipil yang disebabkan serangan udara tampaknya meningkat terus menerus dengan puluhan tewas dalam waktu sepekan terakhir, menurut sumber kelompok oposisi Suriah.
Anggota pasukan oposisi Suriah, SDF, membantu pengungsian dari Raqqa pada awal Agustus. (Reuters)Namun komandan koalisi, Letjen Stephen Townsen mengatakan dia tidak mendapat informasi yang terbukti bahwa jumlah korban sipil meningkat dengan pesat di Raqqa.
Selain serangan udara koalisi, kelompok oposisi Pasukan Demokratik Suriah, SDF, juga melancarkan serangan meriam ke kota itu dan mereka diyakini sudah menguasai lebih dari setengah wilayah.
_________________________________________________________________
Tempat terburuk di dunia
"Saya tidak membayangkan tempat yang lebih buruk di dunia saat ini," kata Jan Egeland, penasihat kemanusiaan PBB untuk Suriah di Jenewa, Swiss.
"Kini saatnya untuk memikirkan kemungkinan berhenti sebentar atau yang lainnya yang mungkin bisa memfasilitasi penyelamatan warga sipil."
Amnesty International, memperkirakan ratusan warga sipil tewas sejak serangan koalisi dimulai Juni. (Reuters)Setiap penghentian sementara untuk kepentingan kemanusiaan, tambah Egeland, tidak akan melibatkan ISIS, yang akan melakukan 'yang terbaik untuk menggunakan (warga sipil) sebagai tameng kemanusiaan'.
PBB menurutnya tidak memiliki kontak dengan kelompok itu.
"Di dalam Raqqa, di kedua pihak, kondisinya amat suram dan sangat sulit untuk membantu di semua wilayah," jelasnya.
_________________________________________________________________
Bukan pertama kali PBB meminta penghentian perang sementara waktu untuk alasan kemanusiaan di Suriah, seperti diserukan juga di Aleppo dan Homs.
Akan tetapi, contoh di kedua kota itu memperlihatkan penghentian perang jarang terwujud sampai salah satu pihak yakin mereka sudah memenangkan perang.
Raqqa, yang dinyatakan sebagai ibukota ISIS di Suriah, sudah hancur porak poranda. (Reuters)Para warga Raqqa yang selamat mengatakan kepada Amnesty International bahwa mereka terancam ranjau darat dengan sasaran orang-orang yang berupaya meninggalkan kota, sementara ada serangan artileri dan udara terus menerus, seperti tertulis dalam laporannya.
Amnesty menyatakan kampung dan kamp penampungan di sebelah selatan Sungai Efrat juga menghadapi pengebomam dari tentara pemerintah Suriah yang didukung Rusia.
"Situasinya hanya akan lebih berbahaya karena pertarungan memasuki tahap-tahap akhir di pusat kota," tambah laporan Amnesty International.
- Diduga bergabung dengan ISIS di Suriah, belasan WNI dimintai keterangan
- Hindari penangkapan ISIS, petempur dari Inggris di Raqqa pilih bunuh diri
- Di mana pemimpin ISIS Abu Bakr al Baghdadi sekarang?
Organisasi hak asasi itu juga mendesak diperlukannya tindakan yang lebih banyak untuk menyelamatkan nyawa warga sipil yang terperangkap di dalam konflik dan menyediakan jalur aman ke luar dari medan perang.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis, yang berkunjung ke Baghdad, Irak, pada Rabu (23/08) mengatakan, "Kami bukan manusia sempurna. Kami bisa membuat kesalahan dan dalam perang seperti ini, tragedi terjadi. Namun kami pihak yang baik, dan warga yang tidak berdosa di medan perang mengetahui hal itu."
(ita/ita)










































