Kerangka kesepakatan ditandatangani di Brussels, Kamis (06/07), setelah pertemuan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dengan Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, menjelang pertemuan puncak G20 di Hamburg, Jerman.
Namun belum banyak rincian yang terungkap dan masih diperlukan waktu untuk mewujudkannya dalam kesepakatan penuh yang bisa diterapkan.
Dua sektor yang penting dalam perdagangan kedua pihak adalah ekspor mobil produksi Jepang dan masuknya produk pertanian Uni Eropa ke Jepang.
- Tanpa persetujuan Trump, Kemitraan Trans-Pasifik TPP tetap berjalan
- Pemimpin Uni Eropa hadiri peringatan Pakta Roma
- Uni Eropa dan Kanada coba selamatkan perjanjian CETA
Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, mengatakan kesepakatan tersebut mencerminkan komitmen Uni Eropa untuk perdagangan dunia.
"Kami melakukannya. Kami menuntaskan perundingan dagang dan politik Uni Eropa-Jepang. Uni Eropa akan lebih, lebih terlibat lagi secara global."

Tusk menambahkan bahwa kesepakatan juga menjadi tanggapan atas argumentasi beberapa orang yang mendukung Brexit -proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa- bahwa Uni Eropa tidak mampu mempromosikan perdagangan bebas.
"Walaupun beberapa orang mengatakan bahwa masa isolasi dan disintegrasi datang kembali, kami menunjukkan bahwa bukan itu yang terjadi," tegas Tusk.
Kesepakatan perdagangan Uni Eropa-Jepang dicapai setelah ambruknya Kemitraan Trans Pasifik -yang merupakan kerja sama ekonomi antara Jepang, Amerika Serikat dan beberapa negara Pasifik lainnya- yang dibatalkan Presiden Donald Trump tak lama setelah dia berkuasa Januari lalu.
- Presiden Trump tarik AS dari Kemitraan Trans-Pasifik
- Mengapa Jepang merayakan Natal dengan makan KFC?
- Cerita kaum muda Jepang yang bekerja keras sampai tewas

Jepang merupakan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 127 juta dan merupakan pasar ekspor ketujuh terbesar bagi Uni Eropa.
Salah satu ekspor yang penting dari Uni Eropa adalah produk-produk susu, dengan permintaan yang terus meningkat di Jepang dalam beberapa tahun belakangan.
Para peternak susu di Uni Eropa berjuang menghadapi permintaan yang melemah di dalam negeri mereka dan persaingan ketat yang membuat mereka mendapat pemasukan lebih kecil dibandingkan biaya produksi.
Bagaimanapun masih diperlukan waktu panjang bahkan setelah kesepakatan yang menyeluruh ditandatangani karena ada pasal tentang transisi selama 15 tahun untuk memungkinkan sektor-sektor ekonomi di masing-masing negara menyesuaikan diri dengan saingan baru dari luar.
(nvc/nvc)