Penyamaran sebagai pembeli dari Indonesia sengaja dilakukan, karena para pedagang dan penyelundup melihat negara-negara di Asia Timur, seperti China, Thailand, dan Indonesia, sebagai pasar yang sangat menguntungkan.
Para penyelundup menangkap bayi simpanse yang baru berumur beberapa bulan dari alam liar dan kemudian menjualnya sebagai binatang piaraan.
Penelusuran BBC menemukan apa yang dikenal sebagai 'blue room' atau 'kamar biru' yang sangat dikenal di kalangan para pegiat lingkungan sebagai 'gudang anak simpanse' yang akan dijual ke sejumlah negara. Selama investigasi ini diselamatkan pula seekor bayi simpanse.
Inilah jalannya proses investigasi timBBCNewsDi satu kawasan berdebu di pinggiran Abidjan, kota terbesar di Pantai Gading, seekor bayi simpanse menjerit-jerit seakan meminta perlindungan.
Bulunya hitam tak beraturan dan matanya tertuju ke arah-arah orang-orang yang berada di emperan rumah tempat ia selama ini berada, setelah diambil dari hutan belantara.
Bayi simpanse, yang secara brutal direbut dari induknya di hutan, adalah korban kegiatan perdagangan dan penyelundupan yang dibongkar oleh penyelidikan BBC News di tak kurang dari enam negara.
Anak simpanse dicari di pasar gelap oleh orang-orang kaya yang ingin menjadikannya sebagai binatang piaraan atau sebagai binatang penghibur di kebun binatang swasta.
Satu ekor anak simpanse dihargai sekurangnya US$12.500 atau sekitar Rp167 juta.
Ambil satu bayi simpanse, 10 simpanse dewasa dibunuh
Bagi populasi simpanse, satu anak simpanse yang ditangkap hidup-hidup setara dengan dengan kematian beberapa simpanse dewasa.
Taktik yang dipakai para pemburu biasanya adalah membunuh keluarga anak simpanse sebanyak mungkin. Ini untuk mencegah mereka mempertahankan anak simpanse yang akan diambil dari alam liar, sementara daging simpanse dewasa bisa juga dijual.
Rata-rata, untuk mendapatkan satu anak simpanse, 10 simpanse harus dibunuh.
"Seseorang harus membunuh ibunya, seseorang harus membunuh bapaknya," kata Kolonel Assoumou Assoumou, perwira di kepolisian Pantai Gading yang banyak menangani kasus-kasus penyelundupan satwa liar yang dilindungi. "Jika nenek moyang kita dahulu membunuh simpanse, mungkin sekarang ini kita tak mengenal binatang tersebut."

(BBC) Untuk mendapatkan satu anak simpanse, pemburu bisa membunuh delapan hingga 10 simpanse dewasa di alam liar.
Perbudakan simpanse
Begitu ditangkap, anak-anak simpanse masuk ke jaringan canggih, mulai dari pemburu di hutan, perantara yang mengatur izin ekspor palsu dan kurir yang bertanggung jawab atas pengiriman, hingga akhirnya berada di tangan pembeli.
Anak simpanse banyak dicari pembeli di negara-negara Teluk, Asia Tenggara, dan China, yang siap mengeluarkan biaya besar untuk membeli dan membayar mahal pengiriman yang memangkas kontrol internasional.
Ketika masih muda, simpanse biasanya akan dirawat dengan baik, tapi begitu beranjak dewasa binatang ini akan terlalu beringas untuk menjadi piaraan di perumahan.
Karl Ammann, pegiat lingkungan Swiss yang selama ini berkampanye menentang penyelundupan simpanse menggambarkannya sebagai 'perbudakan' dan mengatakan ketika tak lagi lucu, simpanse menghadapi nasib yang mengerikan.
"Mereka 90% masih bisa hidup," kata Ammann. "Mereka dikurung dikerangkeng dan mungkin saja harus dibunuh karena sudah tak bisa lagi dipakai sebagai binatang piaraan. Bagi saya ini sama sekali tak bisa diterima."
Bayi simpanse yang ditemukan BBC dibeli dari pemburu seharga 300 euro. Tapi anak simpanse ini berhasil diselamatkan oleh tim investigasi BBC News, yang juga kemudian mendorong Interpol dan polisi di Pantai Gading membongkar jaringan penyelundup simpanse.
Penemuan 'kamar biru'Setelah berbulan-bulan berkomunikasi dengan para pedagang di sejumlah negara, tim BBC melacak jaringan penyelundup di satu rumah di Abidjan.

(BBC) Kamar biru yang sangat dikenal di kalanganpegiat lingkungan. Di kamar inilah para penyelundup menyimpan anak simpanse sebelum dijual.
Dengan berpura-pura sebagai pembeli, reporter BBC yang menyamar melihat sendiri anak simpanse yang akan dijual. Ia memberi tahu Interpol dan kepolisian setempat soal keberadaan anak simpanse yang akan diselundupkan. Aparat keamanan ini sudah bersiaga dan menunggu kepastian dari reporter kami yang berada di rumah penyelundup.
Ketika polisi akhirnya melakukan pengerebekan ditemukan apa yang di kalangan pegiat lingkungan disebut sebagai 'blue room' atau kamar biru, nama yang diambil dari dinding ruangan kecil yang berwarna biru. Di ruangan inilah, bayi simpanse yang tadinya akan dijual disembunyikan di kotak kayu.
Penemuan ini tak hanya menjadi 'momen pembebasan' bagi bayi simpanse, tapi juga titik balik bagi para pegiat yang sejak lama mencari keberadaan ruangan tersebut, yang diyakini dipakai oleh penyelundup untuk menyimpan anak-anak simpanse yang akan dijual ke klien di berbagai negara.
Selama bertahun-tahun, para penyelundup selalu memperlihatkan video bayi-bayi simpanse yang berada di kamar biru tersebut. Diyakini berada di satu kawasan di Afrika Barat, namun tak ada yang bisa memastikan di negara mana, apalagi menentukan kotanya, sampai penelusuran kami dan polisi menemukannya.
Investigasi kami membuka data baru tentang hilangnya populasi kera, termasuk simpanse yang diakibatkan oleh kegiatan penyelundupan ini.
Menurut Program Lingkungan PBB, 3.000 kera besar termasuk orangutan, gorila, dan simpanse mati setiap tahun akibat perdagangan illegal.
Binatang ini dijual, mati ketika diburu, atau mati ketika berada dalam kurungan. Sekitar sepertiga dari jumlah tersebut adalah simpanse, yang sudah digolongkan sebagai spesies yang terancam punah.
Di alam liar jumlahnya tak lebih dari 65.000 ekor, mungkin jumlah yang sebenarnya jauh lebih sedikit.
Sekitar 1.800 kera disita oleh otoritas di 23 negara dalam kasus-kasus penyelundupan antara 2005-2011, menurut the Great Ape Survival Partnership, aliansi yang beranggotakan lebih dari 100 negara dan organisasi.
Seperempat dari primata tersebut adalah simpanse. Meski tak diketahui berapa jumlah kera selundupan yang akhirnya sampai ke tangan pembeli, investigasi BBC memperlihatkan angkanya jelas lebih tinggi dari perkiraan.
Membeli surat izin palsu
(BBC) Surat izin eksporCITES yang didapatkan tim investigasiBBC, masing-masing didapat dengan mengeluarkan biaya US$4.000.
Penyelundupan dan perdagangan kera dimungkinkan oleh lihainya para penyelundup dan mudahnya 'mengakali' hukum internasional terkait pembelian dan penjualan spesies-spesies yang terancam punah.
Perdagangan satwa dan tanaman yang terancam punah diatur secara ketat oleh perjanjian CITES, Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna, yang ditujukan untuk melindungi semua flora dan fauna di alam yang terancam.
Berdasarkan kesepakatan CITES, simpanse (yang mendapatkan perlindungan tertinggi, biasa disebut Appendix 1), hanya bisa diekspor dengan syarat yang sangat khusus. Misalnya, harus merupakan hasil penangkaran di kandang (yang tak ditemukan di kawasan Afrika Barat), dan semua ekspor-impor binatang harus didaftarkan ke CITES.
Meski ada syarat-syarat ketat semacam ini, investigasi BBC menunjukkan dengan uang dan hubungan dengan jaringan penyelundup, semua persyaratan itu bisa dilewati. Tim kami bisa mendapatkan dua surat izin CITES dengan harga masing-masing US$4.000.
Dengan berpura-pura menjadi pembeli untuk klien di Thailand, tim kami mendapatkan surat izin pertama di ibu kota Mesir, Kairo, yang telah lama dikenal sebagai pusat penyelundupan binatang.
Dengan memanfaatkan aplikasi layanan pesan, anggota tim BBC yang menyamar melakukan negosiasi dengan dua pedagang, Mahmoud Khaled dan Ramadan Abdelnaiem. Keduanya menunjukkan beberapa anak simpanse yang berada kamar biru dan menawarkan izin ekspor CITES yang memungkinkan binatang ini dikirim ke luar negeri.
Khaled bahkan menjanjikan dokumentasi video di setiap tahap pengiriman anak simpanse hingga ke bandara tujuan.
"Ketika binatang ini dimasukkan ke dalam kotak pengiriman, Anda akan menerima video," katanya. "Ketika diberangkatkan ke bandara, Anda akan menerima video, ketika tiba di bandara, Anda akan menerima video. Ketika masuk jalur pengiriman, Anda akan menerima video. Ketika dimasukkan ke dalam pesawat, Anda akan menerima video..."
Jika Khaled menawarkan surat izin CITES yang memungkinkan ekspor anak simpanse, Ramadan mengusulkan teknik alternatif: membeli surat izin untuk binatang yang tak terancam punah dan 'menyembunyikan' simpanse di antara binatang-binatang tersebut.
Kedua teknik ini, oleh badan PBB dikenal sebagai 'pencucian satwa liar', yaitu mencampurkan binatang yang dilindungi, yang sah untuk dijual, dengan binatang-binatang selundupan.
Klien di JakartaTim BBC menerima tawaran Khaled dan sekitar dua pekan kemudian mendapatkan surat izin ekspor dari CITES. Ada beberapa kesalahan ejaan di surat ini yang sepertinya ditandatangani dan diberi cap oleh seorang pejabat pemerintah Yordania. Ada alamat di surat ini dan pencarian sekilas di internet menunjukkan bahwa alamat yang dimasukkan jelas tidak terdaftar di CITES.
Langkah selanjutnya adalah mengatur detil pembelian simpanse, namun pada tahap ini Khaled membatalkan perundingan, mungkin karena khawatir identitasnya akan diketahui. Gagal masuk ke jaringan di Mesir, tim BBC memutuskan untuk berhubungan secara langsung dengan sumber perdagangan simpanse di Afrika Barat.
Kali ini salah satu anggota tim BBC menyamar sebagai perantara untuk klien kaya di Jakarta. Salah satu pedagang yang dikontak adalah Ibrahima Traore, warga Guinea yang baru berusia 22 tahun. Sama halnya dengan upaya menembus jaringan di Mesir, komunikasi dilakukan dengan aplikasi layanan pesan dan dari komunikasi ini Traore mengirim beberapa video anak simpanse.

(BBC) Jalur perdagangan ilegal simpanse.
Lagi-lagi, dikirim video anak-anak simpanse yang disimpan di kamar biru. Makin jelas bahwa ruangan ini memang dipakai sebagai 'tempat transit' bayi simpanse yang akan dijual atau diselundupkan.
Komunikasi makin intensif dan sedikit demi sedikit Traore mengungkap skala operasi ilegalnya. Ia mengatakan punya beberapa simpanse yang ia tempatkan di beberapa lokasi di negaranya, Guinea, juga di Liberia, Republik Demokratik Kongo dan Pantai Gading.
Dalam pertemuan yang difilmkan secara rahasia, Traore mengatakan dirinya bisa menerobos kontrol internasional karena 'punya orang dalam yang berpengaruh'.
"Saya tidak takut, Anda bisa impor apa saja, mengirim apa saja yang Anda inginkan," katanya.
Traore juga mengungkap teknis pengiriman yang bisa dilakukan tanpa dokumen CITES, dengan menyembunyikan kotak simpanse di antara binatang-binatang lain yang secara legal boleh dijual atau diekspor.
Penyalahgunaan dokumenKetika ditanyakan kepada CITES, sekjen lembaga ini, John Scanlon, mengatakan meski dirinya tak terlalu terkejut dengan mudahnya dokumen CITES didapatkan untuk mengekspor anak-anak simpanse, tetap saja ia merasa 'sangat sedih'.
Ia menegaskan bahwa secara umum sistem dokumentasi di CITES 'sangat aman' tapi mengakui bahwa di beberapa negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah bisa muncul kasus 'penyalahgunaan dokumen'.
"Ada korupsi di sistem tersebut," katanya kepada BBC. "Kami sudah memaparkannya ke negara-negara anggota dan juga mengangkatnya di pertemuan CITES beberapa bulan lalu. Kami katakan kalau korupsi ini tak bisa kita atasi, kita tak akan bisa memberantas penyelundupan satwa liar yang dilindungi."
Karena celah inilah, CITES sekarang mendesak diterapkannya sistem elektronik terpusat sehingga surat izin ekspor tak mudah dipalsukan.

(BBC) Kartu nama yang dipakai oleh anggota tim investigasiBBC yang melakukan penyamaran di Afrika Barat.
"Tentu tak mudah membangun sistem ini, tapi kami sudah memulai upaya perbaikan dan kita mencoba semaksimal mungkin," kata Scanlon.
Penanganan penyelundupan simpanse belum jadi prioritas
Soal skala penyelundupan kera, termasuk simpanse, Scanlon meyakini tidak ada peningkatan aktivitas dalam beberapa waktu terakhir.
"Jika ada, yakinlah bahwa tentu kami akan memberikan perhatian besar dan meningkatkan sumber daya untuk menghentikannya, tapi kami tak melihat ada peningkatan penyelundupan satwa-satwa yang dilindungi," katanya.
Ia menekankan jika kasus penyalahgunaan dokumen CITES diketahui dan dipastikan kasusnya, negara-negara yang terlibat akan ditindak dan dihukum. Ia mengatakan ada 30 sanksi yang saat ini diterapkan CITES.
Meski demikian, upaya penegakan hukum sepertinya tak seintensif operasi penyelundupan satwa liar yang dilindungi. Pada kurun 2005-2011 hanya ada 27 penangkapan di Afrika dan Asia. Dari jumlah tersebut, seperempatnya tak dilanjutkan kasusnya, kata Program Lingkungan PBB.
Penanganan kejahatan transnasional seperti ini ditangani oleh organisasi kepolisian internasional, Interpol, namun sejumlah anggota badan ini mengatakan untuk saat ini prioritas penanganan diberikan ke kasus-kasus yang lebih mendesak, seperti perburuan gajah dan badak.
David Higgins, manajer kejahatan lingkungan Interpol, mengakui bahwa Afrika Barat dan kegiatan penyelundupan kera besar dari kawasan belum menjadi prioritas Interpol.
Alasannya antara lain adalah bahwa penyelundupan kera besar, termasuk simpanse, tidak mengancam negara, baik secara ekonomis maupun politik. Karena itu tidak ada pula pengiriman sumber daya ke kawasan ini.
"Tanpa pendanaan, kami tak bisa melakukan banyak hal," kata Higgins. "Jadi untuk (perdagangan ilegal) primata, informasi yang kami dapatkan tak sebesar yang kami harapkan."
Ia mengusulkan negara-negara anggota mengeluarkan lebih banyak anggaran untuk mengatasi penyelundupan satwa yang terancam punah.
Menyelamatkan bayi simpanse
Kembali ke Abidjan. Melalui Ibrahima Traore inilah tim BBC dan Interpol menemukan kamar biru.
Ia mengirim video berisi rekaman dirinya memegang bayi simpanse di kamar biru. Tangannya memegang kertas berisikan nama samaran reporter BBC dan tanggal kesepakatan pembelian. Ini untuk menunjukkan bahwa video tersebut asli. Ia terlihat santai dan sepertinya tak khawatir bahwa suatu saat nanti video ini bisa menjadi bukti kejahatan.

(BBC) Penggerebekan polisi berujung dengan penemuan anak simpanse dan penangkapan dua tersangka.
Beberapa hari kemudian reporter BBC yang menyamar diminta datang ke rumah Traore di pinggiran Abidjan. Tujuan utamanya adalah membahas rincian pembelian dan pengiriman anak simpanse.
Yang tak diketahui oleh Traore adalah, ada tim dari kepolisian setempat dan Interpol yang sudah mendapat pemberitahuan soal investigasi BBC.
Begitu dipastikan ada bayi simpanse di rumah tersebut, polisi kemudian melakukan penggerebekan yang berujung dengan penangkapan Traore dan pamannya, Mohamed.
Keduanya ditangkap dengan dakwaan terlibat dalam penyelundupan satwa liar yang dilindungi.
Data yang diambil dari telepon genggam dan laptop Traore 'seperti layaknya tambang emas informasi' yang memuat jaringan internasional kera besar, yang melakukan kegiatan di Eropa, Afrika, Asia, dan Timur Tengah.
Sertifikat di komputer Traore menunjukkan jalur-jalur pergerakan ilegal puluhan primata dan spesies-spesies lain yang terancam punah.
Bukti ini juga menyeret saudara Traore, Aboubacar, yang namanya tercantum di dokumen CITES tahun lalu karena kegiatannya menyelundupkan burung-burung yang sangat dilindungi di Afrika.

(BBC) Anak simpanse yang ditemukan oleh timBBC diberi namaNemley junior.
Yang kemungkinan juga terlibat adalah ayah Traore, Alhassane. Catatan menujukkan rekeningnya di Conakry, ibu kota Guinea, dipakai untuk menerima uang muka. Rekening itu pula yang diserahkan kepada BBC sebagai lalu lintas pembayaran.
Pejabat kepolisian Pantai Gading yang menangani kasus ini, Kolonel Assoumou Assoumou, bertekad untuk membongkar keseluruhan jaringan penyelundup simpanse.
"Dalam 10 tahun, 20 tahun, mungkin kita tak akan lagi melihat simpanse," kata Assoumou. "Spesies ini akan musnah. Itulah sebabnya kami libatkan Interpol. Secara pribadi, saya ingin memerangi kejahatan ini. Binatang-binatang ini sangat langka, harus dilindungi."
Bayi simpanse yang ditemukan tim BBC di kamar biru dibawa polisi sebelum diserahkan kepada petugas dari Kementerian Kehutanan Pantai Gading.
Ia kemudian dibawa ke kebun binatang Abidjan di mana ia diberi makan dan diperkenalkan ke simpanse betina dewasa yang diharapkan akan menjadi induknya.
Anak simpanse ini memulai kehidupan baru setelah diselamatkan dari para penyelundup. Ia sekarang juga punya nama baru: Nemley junior.
Dengan keluarga baru inilah Nemley junior mungkin akan melanjutkan kehidupannya.
Namun apa pun yang terjadi, tak bisa dipungkiri, pengalaman di tangan para penyelundup meninggalkan trauma yang dalam, kata Dr Cleve Hicks, ahli perilaku primata dari Universitas Warsawa, Polandia, yang juga menjalankan rumah perlindungan simpanse di Republik Demokratik Kongo.
"Mereka sangat sedih karena melihat orang tuanya mati," katanya.
Dan Bucknall, pegiat lingkungan, sependapat dengan Hicks bahwa 'perawatan bagi binatang yang cerdas bisa sangat sulit' namun menambahkan dengan perawatan yang benar, bayi simpanse seperti Nemley junior akan tumbuh menjadi simpanse dewasa yang kuat.
Tim investigasi BBC News: David Shukman, Sam Piranty, reporter BBC (yang identitasnya tak kami ungkap), Yousef Shomali
Tim produksi: Lucy Rodgers, Gerry Fletcher, Alvin Ourrad
Penanggung jawab investigasi: Jacky Martens (nwk/nwk)