Bennie Hart mengatakan maksud dari pilihan atas plat mobilnya adalah untuk menunjukkan kemustahilan untuk menyanggah siapa pun yang mengaku sebagai Tuhan.
Tapi para pejabat transportasi di negara bagian yang warganya tergolong konservatif secara agama itu menetapkan bahwa plat nomor itu bisa mengalihkan perhatian para pengemudi lainnya dan bisa menimbulkan masalah.
Para pegiat kebebasan sipil kemudian mengajukan kasus Hart secara hukum.
- Stigma menjadi Ateis di Amerika Serikat
- Penyembuhan ala pastor Afsel: semprotkan anti serangga ke muka jemaat
- Tentang Kartika Jahja, mencintai tubuh, dan 'kata F yang kotor'
Hart mengatakan bahwa dirinya sudah memiliki plat mobil yang sama saat tinggal di Negara Bagian Ohio selama 12 tahun dan tidak mempunyai masalah apapun dengan plat mobilnya.
"Saya hanya ingin memiliki kesempatan yang sama untuk memilih pesan pribadi untuk plat mobil saya seperti halnya para pengemudi lain," kata Hart, yang tinggal di Kenton County, Kentucky Utara.
"Tidak ada yang cabul atau vulgar tentang pandangan saya bahwa keyakinan agama merupakan interpretasi pribadi."
- Sebut agama Yahudi anjurkan hukuman mati bagi LGBT, Rabbi Israel dikecam
- Pertengkaran di parlemen Kanada gara-gara 'kentut'
- Pria yang lolos dari hukuman mati setelah 22 tahun
Persatuan Kebebasan Sipil Amerika di Kentucky (American Civil Liberties Union of Kentucky ACLU-KY) dan Yayasan Merdeka dari Agama (Freedom From Religion Foundation) mengajukan gugatan hukum atas nama Hart terhadap Menteri Transportasi Kentucky Greg Thomas dengan azas kebebasan berbicara.
Direktur hukum ACLU-KY William Sharp mengatakan bahwa di bawah Amandemen Pertama Amerika Serikat, para pejabat pemerintah "tidak memiliki wewenang untuk menyensor pesan-pesan hanya karena tidak menyukainya."
"Dan dalam hal ini, plat nomor-nomor pilihan pribadi adalah bentuk ekspresi individu yang sama-sama layak mendapat perlindungan Amandemen Pertama," katanya.
Pihak otoritas transportasi Kentucky menolak untuk mengomentari kasus ini.
(nwk/nwk)