
Dalam tulisannya di harian Sunday Mirror, Prescott mengaku sisa hidupnya bakal terbebani akibat "keputusan malapetaka" tersebut.
John Prescott, yang menjadi Wakil perdana menteri ketika Inggris terlibat dalam Perang Irak 2003, mengatakan invasi Inggris dan Amerika Serikat ke negara itu adalah "ilegal".
Dalam tulisannya di harian Sunday Mirror , dia mengaku sisa hidupnya bakal terbebani akibat "keputusan penuh malapetaka" tersebut.
Prescott mengatakan dirinya saat ini "dengan kesedihan dan kemarahan luar biasa" mendukung pernyataan mantan Sekjen PBB Kofi Annan yang saat itu menyatakan bahwa Perang Irak adalah tindakan ilegal.
Dia juga memuji pernyataan pimpinan Partai Buruh yang meminta maaf atas nama partai terkait keterlibatan Inggris dalam Perang Irak.
Prescott juga mengatakan bahwa pernyataan Perdana Menteri Tony Blair bahwa "Saya dengan Anda, apapun alasannya" dalam pesannya kepada Presiden AS George W Bush sebelum invasi pada Maret 2003, merupakan sikap yang "menghancurkan".
Pernyataan Prescott ini dikeluarkan setelah hasil penyelidikan selama tujuh tahun, Rabu (06/07) lalu, yang dipimpin oleh Sir John Chilcot, mengungkapkan seluruh pembenaran, perencanaan dan penanganan Perang Irak oleh Tony Blair penuh kesalahan.

Patung Saddam Hussein di depan kantor Olimpiade yang terbakar akibat serangan pasukan AS dan Inggris dalam Perang Irak 2003.
Dalam tulisannya, Prescott secara pribadi juga menyatakan "permintaan maaf sepenuhnya" terutama kepada keluarga tentara Inggris yang tewas di Irak.
Sebelum jalan damaiMenurutnya, Inggris memilih untuk bergabung melakukan invasi sebelum jalan keluar damai untuk melucuti Irak telah ditempuh sepenuhnya.
Dia mengatakan sekarang jelas bahwa kebijakan terhadap Irak didasarkan data intelijen yang cacat dan penilaian yang tidak pernah dipertanyakan.
Chilcot mengatakan Irak bukanlah ancaman segera, dan penilaian tentang risiko senjata pemusnah massal Irak yang disampaikan sebagai suatu kepastian, sama sekali tidak berdasar.

Sebelumnya, John Chilcot menyampaikan kesimpulan yang mengecam keras peran Inggris dalam invasi pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2003.
Dia menambahkan perdana menteri Inggris saat itu, Tony Blair, berperang bersama-sama dengan AS agar sejajar dengan sekutu utamanya.
Tetapi Blair tidak mendesak Presiden George W Bush terkait jaminan pasti rencana Amerika, kata Chilcot berdasarkan hasil penyelidikan timnya.
Dalam berbagai kesempatan, Tony Blair telah meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya, tetapi tidak pada keputusannya untuk melibatkan Inggris berperang ke Irak.
(nwk/nwk)