Menyayat Hati, Foto Palmyra Sebelum dan Sesudah Hancur

Menyayat Hati, Foto Palmyra Sebelum dan Sesudah Hancur

BBC Magazine - detikNews
Selasa, 17 Mei 2016 10:08 WIB
Jakarta -

Fotografer Joseph Eid memegang foto Gerbang Kemenangan yang dia abadikan pada 2014 dan situasi kuil itu sekarang.

Setelah Palmyra dikuasai oleh tentara Suriah, seorang fotografer mengambil gambar dampak kerusakan yang dilakukan oleh milisi jihad. Kelly Grovier melihat bagaimana kita bisa mengukur skala kerusakan.

Terjepit di antara jemari yang kering, terdapat sebuah foto yang menunjukkan pemandangan yang sebelumnya ada di sana: gerbang batu melengkung yang tiang-tiang penuh ukiran berulir ke langit. Dan di belakang foto yang dipegang itu, kita melihat lanskap dalam kondisi hancur seperti sekarang, tanpa lengkung gerbang, diterjang kemarahan, dan kosong dengan kehilangan besar atas harta karun sejarah yang tak tergantikan.

Foto yang menggambarkan sebelum dan sesudah ini dibuat oleh fotografer Joseph Eid di kota kuno Palmyra di Suriah, menggunakan foto yang diambil di lokasi yang sama oleh Eid dua tahun lalu - sebelum milisi dari kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam atau ISIS menguasai dan (pada musim gugur 2015) menghancurkan situs sejarah tersebut dengan dinamit.

Setelah kembali direbut oleh militer Suriah dengan bantuan serangan udara Rusia, reruntuhan yang menyayat hati itu tidak hanya menantang kita untuk memikirkan apa yang harus dipertahankan, tapi juga melihat skala kehancuran yang, secara ironis, menjadi elemen penting dalam karya seni yang kita jaga.

Dengan menempelkan foto dan memori yang menunjukkan gerbang yang masih lengkap (asalnya dibangun antara abad 2-3 Masehi untuk memperingati kemenangan Romawi atas Parthian), fotografer seakan menciptakan sebuah peta lambat yang menujukan arah yang tujuan milisi jihad dalam menyeret peradaban, yaitu... kembali mundur.

Dengan melakukan itu, Eid mengulang kekuatan dari salah satu karya seni paling terkenal dan paling penting: Menjatuhkan Kendi Dinasti Han (1995) oleh seniman pembangkang Cina, Ai Weiwei.

Tiga panel karya Ai yang kontroversial itu menunjukkan tiga tahapan momen saat sang seniman yang tanpa ekspresi memegang, melepas, dan berdiri di depan serpihan vas keramik berusia 2000 tahun (dengan kata lain, sebuah objek yang sama usianya dengan gerbang yang dihancurkan oleh ISIS di foto Eid).

Seorang pengunjung melihat karya Ai Weiwei, Menjatuhkan Kendi Dinasti Han di Museum Jeu de Paume Museum di Paris pada 2012 (Foto: Patrick Kovarik/AFP/Getty Images)

Namun apa yang membuat karya Ai sebagai pilihan artistik sementara tindakan ISIS sebagai sesuatu yang barbar? Jawabannya terletak pada proporsi dan niatan.

Bagi pendukung seniman provokatif itu, karyanya terkesan kejam tapi niatannya baik, yaitu memaksa orang untuk melihat contoh penghancuran kebudayaan yang terisolasi, namun nyata. Dia percaya penghancuran budaya itu terjadi di sekitar kita di antara dunia yang terobsesi dengan imbalan palsu dan serba cepat.

Penting juga untuk disebut bahwa vas yang dijatuhkan oleh Ai dibelinya di pasar antik yang terkenal karena barang-barang palsu, sehingga karyanya tersebut juga dipenuhi pertanyaan tentang keaslian dan kebohongan.

Tidak ada kesamaan yang menghubungkan panel karya Ai dengan usaha kelompok jihad untuk menghapus jejak budaya dan modernitas.

Karya Ai adalah sebuah penghancuran kreatif: simbol dari setiap seniman yang berusaha mematahkan ikatan masa lalu dari kendi susu Vermeer sampai vas bunga matahari Van Gogh, dan dari vas buatan Duchamp hingga botol Coke dalam karya Warhol.

Berbeda dengan jejak yang ditinggalkan ISIS setelah penghancuran Palmyra, tiga panel karya Ai tersebut berjalan menuju pembebasan.

Anda bisa membaca versi bahasa Inggris tulisan ini diHeartbreaking before and after photos of Palmyra ruins di laman BBC Culture .

(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads