
Binod Lahot membersihkan got selama 20 tahun.
Dengan tangan kosong tanpa pengaman, Binod Lahot mengambil timbunan sampah di sebuah got di Kota Mumbai, India. Pekerjaan itu dia lakoni setiap hari.
"Ketika saya mau menyuapkan makanan ke mulut, saya merasa seperti bau limbah," kata Lahot, seorang pekerja kebersihan selokan di Mumbai.
"Tapi saya masih memakannya. Mengapa? Karena saya harus tetap hidup dan kembali bekerja besok."
Lahot tidak tahu berapa usianya, tetapi dia mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan pekerjaan itu selama lebih dari 20 tahun.
Risiko pekerjaan yang Lahot tekuni cukup tinggi. Dia kerap turun ke dalam got sedalam beberapa meter dan dikerubungi kecoa. Namun, peralatan yang mendukungnya tidak memadai.
Lahot tidak memiliki masker untuk melindungi dirinya dari asap beracun yang dikeluarkan limbah.
Saat bekerja pun Lahot hanya mengandalkan seutas tali yang diikat di jalan. Dia takut tenggelam jika tiba-tiba dirinya terjebak arus limbah. Ketakutan Lahot dapat dimaklumi mengingat beberapa rekannya meninggal dunia akibat terseret arus limbah di dalam got.
Pada Minggu (3/4), dua pekerja ditemukan mati lemas saat membersihkan saluran pipa di sebelah selatan Kota Bangalore.
Kemudian dua pekan lalu, dua pekerja kebersihan got di Mumbai juga meregang nyawa ketika tengah melakukan pekerjaan mereka.
Serikat Pekerja mengklaim puluhan pekerja kebersihan got meninggal di India setiap tahun karena tidak diberi peralatan keselamatan.
Gaji mereka pun rendah. Pekerja seperti Lahot dibayar kurang dari US$5 (atau sekitar Rp66 ribu) per hari.

Binod Lahot membersihkan got tanpa perlengkapan keamanan.
Ismail Kazi, seorang pekerja berumur 45 tahun, tenggelam saat membersihkan got pada 2014.
Di satu ruangan dalam sebuah gubuk di Mumbai, istrinya, Rehana Kazi, mengatakan dia memilih untuk melakukan pekerjaan yang sulit dan berbahaya ini agar mengirim ketiga anaknya ke sekolah.
Istri Kazi menangis saat dirinya menceritakan bahwa anak sulungnya putus kuliah demi menghidupi keluarga mereka.
Menurut survei yang dilakukan oleh serikat pembersih selokan di Mumbai, Kazi adalah satu di antara 28 pekerja yang tewas di kota itu sejak Mei 2014.
Balai kota Mumbai tidak memiliki data khusus untuk pekerja kebersihan saluran pembuangan, tapi tahun lalu perusahaan itu mengatakan sebanyak 1.386 pekerja pemeliharaan telah meninggal selama enam tahun sejak 2009.

Rehana Kazi masih menunggu kompensasi atas kematian suaminya.
Selain para pekerja kebersihan got, terdapat pula para pekerja pemeliharaan, mereka adalah orang-orang yang bertugas untuk menyapu jalan-jalan kota dan membawa sampah ke tempat-tempat pembuangan sampah.
Pemerintah kota telah melakukan studi untuk mengkaji alasan di balik banyaknya kematian para pekerja ini, tetapi petugas pemerintahan kota menolak untuk menjawab pertanyaan BBC tentang mengapa tidak ada peralatan keselamatan atau asuransi yang ditawarkan kepada para petugas kebersihan saluran pembuangan ini.
Salah satu alasannya mungkin karena sistem upah para pekerja.
Meskipun pemerintah kota merekrut sekitar 30.000 karyawan untuk menjaga kebersihan Kota Mumbai, pekerjaan yang lebih sulit dan berbahaya yaitu membuka saluran pembuangan biasanya dilakukan oleh pekerja lepas yang dipekerjakan sehari-hari oleh pihak ketiga. Pekerja lepas ini tidak memenuhi syarat untuk mendapat manfaat asuransi kesehatan atau jiwa.
B Samuel Banda merupakan salah satu kontraktor yang mempekerjakan para pembersih saluran pembuangan. Saya bertanya mengapa mereka tidak memberikan peralatan keselamatan.
"Kami kadang-kadang memberi mereka sarung tangan dan sepatu bot karet. Tapi itu bidang yang tidak terorganisir. Kami bekerja dengan orang-orang yang berbeda setiap hari dan setelah pekerjaan berakhir, kami berpisah. Jadi sulit untuk membuat polis asuransi untuk para pekerja," ujarnya.
Korban jiwaKendati tidak ada survei nasional, tapi para pekerja sosial memperkirakan ada sekitar 100 pekerja kebersihan selokan meninggal setiap tahun di seluruh India.
Pada tahun 2014, Mahkamah Agung India memutuskan bahwa para keluarga para korban yang meninggal saat bekerja membersihkan selokan harus diberikan kompensasi sebesar US$15.000 (atau sekitar Rp198 juta) sejak tahun 1993.
Tetapi banyak orang-orang seperti Rehana Kazi belum mendapat kompensasi tersebut.
"Kami tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Tidak ada seorangpun yang datang untuk menemui kami," katanya.
Tahun lalu pemerintah India mulai mengumpulkan pajak terpisah dari para warga untuk mendanai sebuah kampanye kebersihan besar. Para pekerja seperti Vinod Lahot merupakan bagian integral dari rencana itu.
Walau pekerjaan mereka akan selalu menjadi sebuah tugas yang sulit, bukan berarti risikonya tidak bisa ditekan.
(nwk/nwk)