
Ben Carson sempat unggul di awal pencalonan, namun popularitasnya menurun setelah kontroversi soal kisah hidupnya dan pandangannya soal kebijakan luar negeri.
Satu-satunya kulit hitam dalam di bursa Partai Republik, Ben Carson mengakhiri upayanya untuk menjadi calon partai itu untuk Pemilihan Presiden AS, 2016.
Berbicara di Konferensi Aksi Politik Konservatif, ia mengatakan: "Saya mundur dari kampanye pencalonan ini."
Carson, seorang pensiunan ahli bedah saraf, sempat memimpin bursa pencalonan Partai Republik, namun mandek belakangan ini setelah ia tampil buruk dalam debat tentang kebijakan luar negeri dan kisah latar belakang hidupnya.
Ia memicu kontroversi lain saat mengatakan, Islam tak cocok dengan konstitusi Amerika Serikat.
Carson belum mengungkapkan siapa di antara empat calon Partai Rebpublik yang tersisa yang akan dia dukung.
Banyak orang menyukai saya, tapi mereka tidak akan memilih saya," kata Carson di konferensi itu.
Sesudah hadirin berdiri bertepuk tangan menyambutnya, tokoh berusia 64 tahun itu mengatakan, "akan tetap terlibat penuh dalam upaya menyelamatkan bangsa Amerika."
Baca juga:

Ben Carson memicu kontroversi ketika mengatakan, Islam tak cocok dengan konstitusi AS.
Pengumuman pengunduran dirinya sudah banyak diduga, setelah awal pekan ini ia mengungkapkan, "tidak melihat adanya jalur politik ke depan" untuk nominasi pencalonannya.
Hari Sabtu (5/3) ini pemilihan pendahuluan Partai Republik akan berlangsung di empat negara bagian: Kansas, Kentucky, Louisiana dan Maine.
Sejauh ini pengusaha New York Donald Trump unggul di Partai Republik dengan memenangi 10 dari 15 negara bagian yang sudah menggelar pemilihan pendahuluan.
Keunggulan Donald Trump mencemaskan banyak politikus dan tokoh senior Partai Republik sendiri, karena dianggap akan membawa kekalahan Partai Republik di Pilpres November mendatang.
Berbagai gagasan pokok Trump yang kontroversial antara lain niatnya melarang Muslim memasuki AS, dan membangun tembok di sepanjang perbatasan dengan Meksiko. Ia juga dikenal dengan pandangannya yang misoginis -merendahkan perempuan.
Di Indonesia juga sempat muncul kontroversi sendiri, ketika sejumlah petinggi DPR, antara lain Setya Novanto dan Fadli Zon menghadiri sebuah acara Donald Trump.
(nvc/nvc)