Keterkaitan itu tampak ketika tim peneliti Universitas PUC-Parana mendapati virus Zika dalam otak dua bayi yang baru lahir dan hanya bertahan hidup selama 48 jam.
Kedua bayi tersebut adalah bagian dari upaya pemantuan tim peneliti terhadap 10 perempuan mengandung di Negara Bagian Paraiba, wilayah kedua terparah paparan virus Zika di Brasil.
Salah satu ilmuwan dalam tim peneliti, Dr Adriana Melo, mengatakan kepada BBC bahwa kasus-kasus di bagian timur laut Brasil "tidak pernah microcephaly saja", namun mencakup juga berbagai kelainan otak seperti kerenggangan celah dalam otak, akumulasi kalsium dalam otak, dan kekakuan sendi.

Virus Zika disebarkan nyamuk Aedes aegypti.
Temuan tersebut, sebagaimana dilaporkan wartawan BBC di Rio de Janeiro, Julia Carneiro, menambah kuat keterkaitan antara virus Zika dan microcephaly atau penyusutan otak. Pekan lalu, sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat dan Slovenia mendeteksi virus Zika pada bayi-bayi yang mengidap microcephaly.
Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan bahwa virus Zika menyebabkan microcephaly. Hanya saja, organisasi itu menyatakan keduanya diduga terkait.
Brasil adalah negara yang paling banyak memiliki kasus microcephaly pada bayi. Sampai saat ini, negara tersebut memiliki 460 kasus microcephaly dan sedang menyelidiki 3.850 lainnya yang baru masuk tahap dugaan.

Virus Zika telah menyebar ke 20 negara di Benua Amerika, terutama di Brasil.
Selain di Brasil, virus Zika telah menyebar ke 20 negara di Benua Amerika. Kolombia adalah salah satunya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Kolombia, Alejandro Gaviria, mengatakan ada "hubungan kausalitas" antara Zika dan sindrom Guillain-Barre, sindrom yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang bagian dari sistem saraf. (nwk/nwk)











































