Owa Jawa, Hewan Setia yang Terancam Punah

Owa Jawa, Hewan Setia yang Terancam Punah

BBC Magazine - detikNews
Kamis, 28 Jan 2016 18:34 WIB
Foto: BBC Magazine
Jakarta -

Owa Jawa merupakan salah satu hewan langka yang sering diperdagangkan secara ilegal di pasar-pasar hewan ataupun melalui internet. Owa Jawa yang menjadi korban perdagangan ini kemudian direhabilitasi sebelum dilepas ke alam liar, bagaimana proses rehabilitasinya?

Suarasuara Owa Jawa ini terdengar dari beberapa kandang di Pusat Rehabilitasi Owa Jawa di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Bodogol, Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Suara yang meleking itu menunjukkan kegelisahan mereka, karena kami terlalu lama berada di dalam area kandang yang dikelola oleh yang dikelola TNGGP, Yayasan Owa Jawa dan Conservation Internasional.

Sebanyak 22 ekor Owa Jawa ini sengaja dijauhkan kontak dengan manusia, agar cepat beradaptasi dengan habitat aslinya.

Irma merupakan salah satu Owa Jawa termuda, usianya sekitar empat bulan. Dia diselamatkan dari perdagangan satwa liar ilegal dan akan dibawa ke luar negeri melalui Bandara Sukarno-Hatta. Pelaku perdagangan satwa yang membawa Irma mengaku Owa Jawa itu dibeli dari Pasar Pramuka dan akan dibawa ke negara asalnya, Kuwait.

"Yang membawa itu membuat satu kantong khusus di kakinya untuk bisa membawa dua individu Owa Jawa dari Indonesia. Syukurnya ketahuan oleh pihak bandara dan Owa Jawa itu diamankan polisi. Tetapi sayangnya satu individu Owa Jawa yang berkelamin jantan itu tidak selamat," jelas Manajer Program Conservation Internasional, Anton Ario.

Irma memiliki mata bulat berwarna hitam kecoklatan. Tubuh mungilnya lincah bergerak dari ujung kanan ke ujung kiri kandangnya.

Menurut Anton Ario, Irma jauh lebih sehat dibandingkan ketika pertama kali tiba di Pusat Rehabilitasi ini, pada awal November lalu.

Anton mengatakan adanya Owa Jawa berusia bayi yang diperdagangkan menunjukkan masih maraknya perburuan.

Hewan setia

Perburuan bayi Owa Jawa itu merupakan ancaman bagi populasi primata yang memiliki habitat asli di kawasan hutan di Jawa, antara lain TNGGP, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan Ujung Kulon.

"Biasanya diambil oleh pemburu itu adalah yang bayi, itu masih tergantung sama induknya, masih suka dipeluk, masih suka dipegang sama induknya. Kemudian induknya dibunuh, anaknya diambil diperdagangkan, yang tersisa itu jantan dan betina. Mereka ikatan keluarganya itu kuat, salah satu dari mereka itu diambil atau terganggu maka semua keluarga itu akan berpengaruh, " jelas Anton.

Kondisi itu terjadi karena Owa Jawa merupakan hewan yang memiliki sifat monogami, dan satu keluarga menguasai 10 sampai 17 hektare wilayah hutan.

"Makanya tak berlebihan jika saya katakan mengambil satu Owa Jawa itu sama dengan membunuh empat individu, mereka itu akan saling berpengaruh, stres tinggi mereka bisa mati, " kata dia.

Sifat monogami itu juga yang menyulitkan proses pelepasliaran dan upaya peningkatan populasi Owa Jawa. Anton mengatakan Owa Jawa yang ada di Pusat Rehabilitasi Owa Jawa itu harus mendapatkan pasangan sebelum dilepasliarkan.

Tapi itu bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena Owa Jawa hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya.

"Mereka ini selektif memilih pasangan itu yang cukup penting karena dari pemasangan itu mereka akan memasuki masa pasangan dan bersama sebelum dilepasliarkan ke hutan, tapi membentuk pasangan Owa Jawa itu juga sulit, bisa dalam jangka waktu yang lama," jelas Anton.

Di Pusat Rehabilitasi Owa Jawa, perjodohan Owa Jawa dewasa jantan dan betina pun dilakukan dengan menempatkan di dalam satu kandang. Sedangkan Owa Jawa anak-anak disatukan agar dapat bermain bersama.

PerlindunganOwa Jawa

Populasi Owa Jawa yang tersebar di hutan-hutan di Jawa Barat dan sejumlah kecil di Jawa Tengah, diperkirakan mencapai 4.000 ekor yang masih tersisa di alam liar. Habitat asli Owa Jawa di Jawa Barat yang terbesar di Taman Nasional Ujung Kulon, Halimun-Salak dan TN Gunung Gede Pangrango.

Polisi Hutan di TNGGP, Tugiman, mengatakan upaya pencegahan perburuan satwa termasuk Owa Jawa dilakukan salah satunya dengan patroli.

"Di sini tidak ada perburuan Owa Jawa, tetapi kami juga tetap melakukan patroli dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan," jelasnya.

Sementara, petugas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Tangguh Tri Prajawan, mengatakan berdasarkan sejumlah penelitian jumlah Owa Jawa di kawasan ini mencapai 400 individu.

Ancaman perburuan dan rusaknya habitat membuat populasi Owa Jawa kian terancam. Hewan ini juga seringkali diperdagangkan secara online ataupun di pasar-pasar hewan.

Upaya mempertahankan populasi satwa di kawasan hutan, termasuk Owa Jawa, antara lain dengan perlindungan dan pemantauan.

"Perlindungan dilakukan dengan cara monitoring populasinya, pembinaan habitat terutama di lokasi perluasan lahan eks Perhutani, dengan ditanami jenis-jenis tanaman asli, sebagai sumber pakan dari satwa," jelas dia.

(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads