'Perang Speaker' Korea Selatan dan Korea Utara

'Perang Speaker' Korea Selatan dan Korea Utara

BBC World - detikNews
Rabu, 13 Jan 2016 13:12 WIB
Perang Speaker Korea Selatan dan Korea Utara
Jakarta -

Korea Selatan membalas tindakan Korea Utara -- yang mengaku telah melakukan uji coba bom Hidrogen -- dengan 'bom budaya', yaitu antara lain memutar musik K Pop dan memasangnya melalui pengeras-pengeras suara ke arah wilayah Korut.

Korea Utara juga langsung mengaktifkan lagi loudspeaker mereka sendiri.

Selagi dunia terus menyelidiki apakah klaim bom hidrogen Korea Utara itu benar adanya dan bagaimana harus meresponsnya, muncul pertanyaan: melalui perang pengeras suara raksasa itu, apa yang diteriakkan kedua Korea itu satu sama lain?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa saja yang dihasilkan speaker-speaker itu?

Untuk Korsel, tujuan mereka adalah propaganda: membujuk tentara Korea Utara agar mempertanyakan rezim mereka sendiri atau bahkan membelot.

Propaganda yang diprogram itu dilangsungkan sejak Perang Korea pada era 1950-an -kendati kadang dihentikan sementara- namun telah menjadi lebih halus dalam beberapa tahun terakhir.

Isinya kini mencakup juga laporan cuaca, berita dari kedua Korea, dan berita mancanegara yang biasanya tak bisa didapatkan warga Korea Utara.

Ada pula drama, diskusi yang memihak demokrasi, kapitalisme, dan kehidupan di Korea Selatan, maupun perbincangan bernada negatif tentang korupsi dan salah urus di Utara.

Para pembicara juga keras-keras menyetel musik yang banyak digemari, K-pop Korea, yang dilarang di Utara. Lagu dari band perempuan band Korea, A Pink, penyanyi IU dan band laki-laki Big Bang -termasuk megahit mereka Bang Bang Bang- berada di playlist para juru propaganda.

Siaran Utara lebih sulit untuk disimak, mungkin gara-gara kualitas speaker yang buruk payah, dan isinya lebih banyak berisi kutukan keras Utara untuk Seoul dan sekutu-sekutunya.

Pengeras-pengeras suara Utara mungkin tidak terlalu keras, tetapi diperkirakan tetap cukup untuk -sampai batas tertentu- menandingi suara Selatan.

Β 

Berapa kali siaran sehari?

Seorang juru bicara militer Korea Selatan mengatakan ada dua sampai enam jam siaran setiap harinya, siang dan malam, namun waktu persis siaran tidak ditentukan.

Jarak jangkau suaranya akan tergantung pada kondisi cuaca, topografi, dan sebagainya, namun militer Korea Selatan menyatakan siaran dapat didengar sejauh 10 km di seberang perbatasan pada siang hari, dan sampai 24km pada malam hari.

Ini akan dengan mudah mencapai pasukan Korea Utara sejingga bisa terdengar oleh warga sipil di daerah-daerah itu.

Pada bulan Agustus lalu, ketika Selatan kembali menyalakan pengeras suara setelah istirahat 11 tahun, militer mengatakan ada 11 lokasi pemancaran loudspeaker. Tapi belum dikonfirmasi, apakah keadaannya sekarang masih seperti itu juga.

Lokasi persisnya di sepanjang perbatasan itu juga tidak diungkapkan.

Seorang pejabat pemerintah Korea Selatan mengatakan Korea Utara juga tampaknya telah memperbanyak operasi speaker sendiri, dari dua lokasi menjadi 'beberapa'.

"Bahkan, siaran loudspeaker anti-Selatan tampaknya datang dari setiap lokasi penyiaran kami," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya kepada kantor berita Korea Selatan, Yonhap.

Mengapa Korut amat membencinya?

Pyongyang menganggap langkah itu sebagai tindakan perang dan mengancam akan meledakkan pengeras suara itu. Terlepas dari sensitivitas rezim Korut terkait penghinaan dan ancaman, kemarahan mereka bisa jadi karena pancaran siaran melalui speaker memang efektif.

'Gelombang Korea' menyangkut budaya pop tak saja menjangkau dunia yang jauh namun warga Korea Utara juga penggemar film dan drama Korsel yang diselundupkan melintasi perbatasan, kata Kim Yong Hun, pemimpin Daily NK, sebuah media online tentang Korea Utara, yang memiliki jaringan sumber berita di dalam negeri Korut.

"Popularitasnya menetes hingga ke warga biasa dan terutama disukai oleh generasi muda. Tentara juga tidak dikecualikan dari obsesi. Lagu-lagu dan ragam budaya yang disalurkan oleh saudara-saudara mereka di Selatan memiliki daya yang besar untuk mempengaruhi pandangan tentara muda Korea Utara dalam melihat sistem negeri mereka."

Akan berlangsung berapa lama?

Mustahil untuk diketahui.

Pada tahun 2004, siaran dihentikan sebagai bagian dari kesepakatan Utara-Selatan. Seoul mengancam akan menyalakannya lagi pada tahun 2010 -mereka sempat memasang speaker-speaker di sepanjang perbatasan namun kemudian mengabaikannya dan beralih pada mpenggunaan siaran radio.

Bagaimanapun akhirnya mereka benar-benar menghidupkannya lagi pada 10 Agustus 2015 setelah sebuah ranjau darat di perbatasan meledak mengakibatkan cacatnya dua tentara Korea Selatan.

Ini pun dihentikan lagi beberapa minggu kemudian, sebagai bagian dari kesepakatan lain dengan Utara untuk meredakan ketegangan.

Sebagian kalangan menganggap siaran dengan speaker sebagai provokasi yang tidak perlu. Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, pada kunjungan terakhir ke Jepang mengatakan bahwa melanjutkan siaran hanyalah langkah yang 'terpancing makan umpan'.

Tapi para pembelanya berpendapat bahwa Utara terganggu justru karena siaran itu berhasil, atau setidaknya bisa berguna sebagai alat tawar dalam perundingan.

Dengan cara apa lagi pesan-pesan melintasi perbatasan?

Selatan juga memiliki program radio, yang disebut 'Suara Kebebasan' yang ditransmisikan ke Utara. Pendengar khusus di Seoul bahkan dapat mendengarkan pada FM107.3. Seperti siaran loudspeaker, mereka juga kadang-kadang dihentikan.

Selain itu Korea Utara juga mencoba untuk mengganggu sinyalnya.

Korea

Sebagian kalangan menggunakan balon-balon yang diterbangkan ke arah Korea Utara dengan membawa berbagai materi propaganda.

Organisasi-organisasi lain, seperti Unification Media Group, juga menyiarkan radio ke Utara, meskipun biasanya dalam cara yang lebih netral dibanding yang dilakukan militer.

Ada kelompok lain lagi, sebagian besar terdiri dari pembelot, yang menjatuhkan selebaran, DVD, USB dan bahan-bahan lain di seberang perbatasan dengan menggunakan balon udara.

Penduduk sekitar perbatasan menyatakan hal ini bisa mendorong Utara melepaskan tembakan. Sementara pemerintah Pryongyang, kendati tak menyukainya sudah menyatakan tidak akan menghentikan upaya-upaya tersebut.

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads