
Operasi pencakokan penis akan berlangsung selama 12 jam.
Ahli bedah akan melakukan transplantasi penis pertama di Amerika Serikat, untuk membantu veteran perang yang terluka.
Operasi selama 12 jam tersebut, meliputi penyambungan saraf kunci dan pembuluh darah, untuk mengembalikan fungsi saluran kencing dan, tentunya, fungsi seksual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seluk-beluk operasi
Transplantasi pertama di AS, akan menggunakan penis yang didonasi oleh seorang donor yang telah meninggalkan dunia.
Β
Tim JHU mengungkapkan, penis baru akan berfungsi dalam enam hingga 12 bulan, tergantung seburuk apa cedera yang pernah diderita veteran dan kesuksesan operasi. Bahkan, ada peluang bagi pasien "untuk memiliki anak", setelahnya.
Meskipun begitu, seperti operasi pencangkokan lainnya, ada berbagai risiko yang mungkin terjadi. Di antaranya, infeksi dan pendarahan selama operasi.
Selain itu, efek samping obat anti-penolakan tubuh, yang harus dikonsumsi seumur hidup, juga patut menjadi perhatian. Sehingga pasien harus rutin diperiksa setelah operasi sukses dilakukan.
Manajer peneliti klinik JHU, Carisa Cooney, mengungkapkan timnya menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membahas isu etis terkait operasi pencangkokan penis.
"Bagi pasien, ini bisa meningkatkan kualitas hidup dan membantu mereka untuk kembali lagi ke komunitas dan masyarakat," ungkapnya.
Luka perang
Usai operasi 60 veteran, JHU akan memonitor kondisi mereka selama lima tahun. Ilmuwan akan mengumpulkan informasi untuk menyimpulkan apakah transplantasi bisa ditawarkan kepada veteran lainnya.
Β
Penelitian terkini mengungkapkan dari seluruh cedera dan luka yang terjadi saat perang, 7%-nya terjadi pada penis.
Meskipun ada pelindung daerah kemaluan, namun peneliti mengungkapkan beberapa tentara memilih untuk tidak menggunakannya karena memperlambat gerakan.
Sejarah pencakokan penis
Sebelumnya, hanya dua transplantasi penis yang pernah dilakukan.

Sebelumnya, hanya dua operasi pencakokan penis yang pernah dilakukan.
Β
Yang pertama pada 2006, di Cina, di mana operasi berjalan lancar, namun penis kemudian ditolak oleh tubuh pasien.
Selanjutnya, operasi transplantasi penis berlangsung di Afrika Selatan terhadap seorang pasien yang penisnya hanya tersisa satu centimeter karena sunat yang gagal.
Tim medis laki-laki tersebut mengungkapkan, sebelum operasi dilakukan banyak diskusi yang dilakukan, terkait apakah operasi transplantasi, namun tidak terkait langsung dengan nyawa manusia, etis dilakukan.
Laporan terakhir menyatakan, transplantasi sukses dan pasien tersebut telah memiliki anak.