Kelompok pegiat hak asasi manusia Amnesty Internasional menyatakan bahwa polisi militer bertanggungjawab terhadap kematian 1.500 orang di Rio de Janeiro, Brasil, dalam lima tahun terakhir.
Amnesty berkata telah menemukan bukti bahwa pembunuhan itu kadang dilakukan secara ilegal, dimana polisi menembak tersangka yang menyerah atau terluka.
Hingga kini tak ada tanggapan dari polisi militer Brasil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Rio de Janeiro saja, 114 orang polisi terbunuh di tahun 2014 menurut serikat pekerja polisi sipil Sindpol.

Simulasi polisi militer Brasil untuk mengamankan olimpiade, dilatih oleh polisi khusus Prancis GIGN.
Petugas polisi menepis tuduhan bahwa mereka "gemar menembak", menyatakan itu adalah tindakan membela diri ketika mereka ditembaki oleh pengedar narkoba di kawasan kumuh Rio, yang dikenal dengan sebutan favela.
Laporan ini diterbitkan setahun sebelum kota Rio menjadi tuan rumah Olimpiade 2016 dimana Amnesty menyatakan polisi mengurangi secara drastis jumlah orang-orang muda miskin kulit hitam kota itu.
Menurut statistik yang diedarkan Amnesty, hampir 16% peristiwa pembunuhan yang terdaftar di kota Rio dalam lima tahun terakhir karena tindakan polisi.
Pada tahun 2012 lebih dari 50% korban pembunuhan berusia antara 15 dan 29 tahun, 77% diantaranya berkulit hitam.
Amnesty juga mengatakan peristiwa pembunuhan oleh polisi jarang yang diselidiki dan mereka yang bertanggungjawab tidak diajukan ke hadapan hukum.
Namun kejaksaan Rio mengatatakan kepada BBC Brasil bahwa 587 petugas polisi dikenai tuduhan dan dibawa ke pengadilan antara tahun 2010 - 2015.