Mengapa Jilbab Syar'i Merebak dan Menjadi Trend?

Mengapa Jilbab Syar'i Merebak dan Menjadi Trend?

BBC Magazine - detikNews
Selasa, 23 Jun 2015 10:30 WIB
Jakarta -

Model jilbab yang dianggap sesuai hukum Islam (syariah) oleh sebagian penganut Islam ini mulai muncul tahun lalu hamoir bersamaan dengan merebaknya jilbab ketat yang sempat menimbulkan kontroversi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebutan jilbab dengan embel-embel syar'i atau lazim disingkat jilbab syar'i belakangan menjadi trend dan digemari oleh sebagian perempuan Muslim di Indonesia.

Model jilbab yang dianggap sesuai hukum Islam (syariah) oleh sebagian penganut Islam ini dilaporkan mulai muncul tahun lalu di tengah merebaknya jilbab ketat yang sempat menimbulkan kontroversi.

Dan di awal Ramadan tahun ini, trend kehadiran jilbab atau kerudung syariah itu terlihat begitu mencolok di sentra penjualan busana muslim terbesar di Asia Tenggara, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Sebagian pemilik toko busana muslimah di pusat grosir itu seperti berlomba memajang contoh jilbab syar'i di sudut yang strategis, dengan harapan memancing calon pembeli untuk datang.

Model jilbab syar'i diyakini mulai muncul tahun lalu dan berkembang pesat saat memasuki Ramadhan tahun ini.

Salah-satunya adalah Toko Alfajari milik pria bernama Ifrel yang terletak di bagian dua lantai dua Blok B. Trend baju atau jilbab syar'i, menurutnya, muncul sejak setahun silam.

"Jilbab syar'i ini bentuknya lebih panjang, bajunya lebih dalam, jadi dapat menutupi pantat," ungkap Ifrel saat saya tanya alasan kemunculan istilah jilbab syar'i yang harus menutupi aurat.

Ketika saya jamah, jenis kain untuk bahan jilbab itu terasa halus dan dingin. "Kainnya kebanyakan dipakai (jenis) yersi dan haikon, karena lebih adem."

Biasanya jilbab ini kemudian dipadu baju lengan panjang hingga mata kaki atau biasa disebut baju syar'i.

Menghidupkan lagi 'model lama'

Jika diperhatikan, penutup kepala model ini terlihat sederhana, tidak berlapis-lapis -mirip dengan ajakan dari kalangan pemuka Islam yang meyakini bahwa setiap perempuan dewasa wajib mengenakan penutup kepala yang simple, cantik tapi tetap syar'i.

Apabila dirunut, awal mula kemunculan istilah jilbab model ini hampir berbarengan ketika ada trend jilbab ketat yang sempat menjadi polemik pada tahun lalu.

Kemunculan trend baru jilbab syar'i tidak terlepas dari himbauan para pemuka Islam yang meminta model jilbab tidak "menjauhi" apa yang disebut Hukum Islam.

Di sinilah, muncul dukungan kepada model jilbab yang dianggap sesuai aturan hukum Islam, disusul kampanye besar-besaran di media sosial dengan menampilkan seorang artis terkenal yang mengenakan jilbab seperti yang diharapkan.

"Model jilbab syar'i itu sebetulnya sama. Diputar ulang. Kayak (jilbab) syar'i itu kan mirip model zaman dulu," kata pria pengelola sebuah toko busana Muslim di Blok B Tanah Abang, yang tidak mau disebut namanya.

"Sebelum Islam ada di sinilah (di Indonesia)," katanya setengah menganalisa tentang model jilbab Syar'i tersebut, merujuk wilayah di Timur Tengah, tempat kelahiran ajaran Islam.

Tapi, seperti hanya Ifrel, toko tempat bekerja pria itu juga menjajakan jilbab atau baju syar'i. "Toko kota juga ngikutin trend tahun 2015, contohnya baju syar'i..."

'Tidak bisa bikin model baru'

Walaupun modelnya dianggap ketinggalan zaman, tetapi karena kehadiran baju syar'i itu kini menjadi trend, membuat pengusaha baju muslim harus pandai-pandai membaca "situasi".

Pengusaha seperti Ifrel, atau pria yang tidak mau disebutkan namanya itu, yang sudah malang-melintang di belantara busana muslim di Pasar Tanah Abang, menyadari betul fenomena seperti itu.

Mereka meyakini trend seperti itu akan berlangsung setidaknya sampai menjelang akhir Ramadan nanti. Dan, mau-tidak-mau, mereka mesti "menghamba" padanya.

Β 

Pedagang busana muslim, Ifrel, dengan koleksi baju syar'i miliknya di Pasar Tanah Abang, Jakarta.

"Orang tidak bisa membikin model baru. Saat-saat model baru ini 'kan di bulan Januari, Februari. Di situlah diciptakan model (baju) syar'i baru. Sekarang kita tinggal berpacu produksi," ungkap Ifrel.

"Sekarang kita tidak bisa memikirkan model baru, karena pasar sudah ramai. Paling kita sekarang lari di motif," tambah Ifrel yang mengaku omzetnya mencapai Rp1,5 miliar pada bulan lalu.

Idaman ibu-ibu pengajian

Dan keuntungan yang masuk ke kantong Ifrel dan Atep setelah trend hijab syar'i ini merebak, jelas ikut terdongkrak.

Pertanyaannya kemudian, siapakah pangsa pasar terbesar dari kehadiran jilbab syar'i?

Pertanyaannya kemudian, siapakah pangsa pasar terbesar dari kehadiran jilbab syar'i? "Ibu-ibu pengajian," ungkap Ifrel, bersemangat.

"Ibu-ibu pengajian," ungkap Ifrel, bersemangat. "Sekarang 'kan sedang ngetrend ibu-ibu pengajian, kayak di televisi."

Apabila melihat modelnya dipadu dengan rok panjang sampai mata kaki, jilbab dan baju model ini memang lebih cocok untuk perempuan dewasa.

Dia membayangkan, konsumen pengguna jilbab dan baju ini adalah kelompok ibu-ibu yang memesan dalam jumlah banyak. "Saya mengejar seragam. Misalnya ada yang pesan 100 pasang, saya siap mengerjakan," ujarnya.

Pada bulan lalu, Ifrel sering mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak --partai, begitu istilahnya. Kebanyakan mereka adalah warga luar Jawa asal Kalimantan, Sumatera atau Sulawesi. "Mereka menjual lagi di daerahnya," kata Ifrel.

Tapi, saat memasuki Ramadan, "agak berkurang, karena mereka kebanyakan warga Jakarta dan sekitarnya. Mereka beli eceren untuk lebaran."

Tidak semua menjual jilbab syar'i

Bagaimanapun, tidak semua konsumen tertarik dengan jilbab atau baju syari'. Alasannya bisa macam-macam, dan salah-satunya adalah kepraktisan --selain harga, tentu saja.

"Ya sih, sekarang sedang trend baju atau jilbab syar'i. Kita tahu itu. Cuma kalau disuruh memilih, saya suka yang langsung begini," kata seorang ibu setengah baya, seraya memegang jilbab yang menempel di kepalanya.

Sebagian muslimah memilih model jilbab yang simpel dan tidak menganggu aktivitasnya.

"Enak yang praktis," kata ibu di sebelahnya.

"Kalau yang syar'i nggak bisa memakainya..ha-ha-ha... "tambah ibu ketiga.

Ditanya apakah soal harga juga menjadi ukuran, mereka bertiga mengiyakan. "Iyalah..."

Di sebuah toko busana muslim, harga jilbab yang seperti dikenakan ibu-ibu ini hanya sekitar Rp10 ribu.

Jilbab idaman anak muda

Di sudut lain Pasar Tanah Abang, saya bertemu dengan pemilik sejumlah tokoh busana muslim yang menawarkan model jilbab berbeda.

Mereka mengaku, sebagian konsumen masih menyukai model lama karena dianggap lebih simpel. "Kami banyak menjual jilbab dengan model rampel L," kata Ulfa, pegawai sebuah toko busana muslim berukuran kecil.

Pemilik tokoh Putra Sulung, yang tidak mau disebut namanya, sengaja menjual jilbab yang disebutnya digemari oleh anak muda.

"Trendnya itu Jilbab segi empat dan panjang. Umumnya anak-anak remaja suka yang model begitu, dengan motif yang banyak," kata ibu tersebut.

Seperti Ifrel atau Ulfa, kebanyakan pebisnis busana muslim di Pasar Tanah Abang sangat peduli akan motif, hiasan, serta warna, atau dengan kata lain kadar seni dari barang jualannya.

Dengan kata lain, walaupun ada tuntutan agar modelnya tidak "menjauhi" syari'ah, para pengusaha ini sangat menyadari kehadiran seni dalam busana yang mereka tawarkan kepada pembeli.

(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads