Bagaimana Warga Asing Mencapai Irak dan Suriah?

Bagaimana Warga Asing Mencapai Irak dan Suriah?

- detikNews
Rabu, 25 Feb 2015 12:51 WIB
Jakarta -
Tiga siswi

Keluarga Shamima Begum, Amira Abase dan Kadiza Sultana menyerukan agar mereka pulang.


Tiga anak perempuan London yang diduga sudah mencapai Suriah, memicu kekhawatiran dunia bahwa mereka bergabung dengan kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS.

Tetapi apa yang membuat seseorang bermaksud mengunjungi konflik di tempat asing dan bantuan apa yang mereka terima?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar 20.000 warga asing bergabung dalam konflik di Irak dan Suriah dalam tiga tahun terakhir.


Sulit dikelompokkan

Teroris asing dan "pengantin jihadis" sangat sulit dikelompokkan, demikian dilaporkan Erin Marie Saltman & Moli Dow dari Institute for Strategic Dialogue (ISD).

Selain itu, sangat sulit diketahui tentang perjalanan dari rumah mereka ke wilayah ISIS.

Tetapi mengawasi media sosial, melacak interaksi di internet dan berhubungan dengan mantan ekstremis memberikan informasi yang berharga bagi ISD.

Jaringan keluarga, media, pendidikan, partai politik dan kelompok masyarakat semuanya mempengaruhi cara kita memandang jati diri dan idiologi - ISIS sangat ahli merekayasa berbagai hal ini.


Internet

Internet menjadi gerbang masuk dan seringkali dipandang sebagai sumber radikalisasi.

ISIS mengizinkan dan mendorong pejuang asingnya, anggota wanita dan pendukung di luar negeri untuk mengirim pesan twitter, berbagi dan memberitahu pesan dan pengalaman mereka dengan pihak-pihak lain pada berbagai bentuk komunikasi online.

Ini berarti propaganda dilakukan dalam berbagai bahasa dengan fasih dan lancar, dengan sasaran pemakai khusus melalui cara yang relevan dan tidak mengancam lewat internet.

Individu yang tertarik dapat berhubungan dengan pihak-pihak yang telah melakukan perjalanan ke wilayah ISIS, menanyakan berbagai pertanyaan praktis, menerima nasihat dan dukungan dari orang-orang yang sudah berada di sana.


Dunia nyata

Tetapi penelitian menemukan jaringan ekstremis bukan dunia maya dan para perekrut tetap menjadi "pemicu pertama" radikalisasi, memperkenalkan anak muda kepada media internet yang merupakan penyaring utama proses radikalisasi.

Karena itulah tidak mengejutkan jika jumlah terbesar pejuang asing dari Barat seringkali berasal dari negara-negara di mana jaringan ekstremis offline beroperasi.

Al-Muhajiroun di Inggris, Ansar al Haqq di Prancis dan Sharia4Belgium adalah beberapa kelompok yang mendukung dan menyebarkan idiologi ekstremis berhaluan Islam selama bertahun-tahun.

Jadi kontak ekstremis pertama adalah di luar dunia maya, kemudian internet menjadi proses lanjutannya dengan menfasilitasi radikalisasi di samping mendorong dan membantu orang untuk bergabung dengan ISIS.


(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads