
Orang tua Abdul Rahman Kassig memanjatkan doa untuk anak mereka.
Orang tua Abdul-Rahman Kassig, seorang mualaf asal Amerika Serikat yang dipenggal oleh kelompok milisi Negara Islam atau ISIS, mengaku berupaya memaafkan pembunuh anak mereka.
"Hati kami remuk, namun akan menyatu kembali. Dunia kami hancur, namun akan pulih," kata Ed dan Paula Kassig, orang tua Abdul-Rahman Kassig.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abdul-Rahman Kassig bekerja untuk organisasi kemanusiaan ketika disergap milisi ISIS di Suriah, tahun lalu.
Dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya, ISIS telah memenggal dua wartawan AS, James Foley dan Steven Sotloff, pekerja kemanusiaan Inggris David Haines, serta pengemudi taksi dari Inggris bernama Alan Henning.
"Putra tercinta kami..tidak lagi berjalan di dunia ini. Walau berat, hati kami bisa melalui peristiwa ini berkat cinta dan sokongan yang diberikan dalam beberapa hari terakhir," kata Ed Kassig.
Dia kemudian meminta khalayak dunia memanjatkan doa untuk putranya dan para tawanan di Irak, Suriah, dan di seantero jagat.

Abdul-Rahman Kassig merupakan seorang mualaf asal Negara Bagian Indiana, AS.
"Terakhir, mohon berikan keluarga kami waktu dan privasi untuk berduka, menangis, dan ya, memaafkan dan memulihkan diri," kata Ed Kassig.
Dalam tayangan video yang dirilis ISIS, pada Minggu (16/11), seorang pria bercadar berdiri dekat sebuah kepala yang terpenggal.
Gedung Putih mengonfirmasi kepala itu ialah kepala Abdul-Rahman Kassig.
Abdul-Rahman sedang bekerja untuk organisasi bantuan kemanusiaan yang didirikannya, Tanggap Darurat dan Bantuan Khusus (Special Emergency Response and Assistance SERA), ketika ia disergap ISIS dalam perjalanan ke Deir Ezzor di Suriah timur tahun lalu.