
Kebanyakan korban tidak melapor karena merasa aparat tidak bisa melakukan apapun.
Fundamental Rights Agency (FRA), sebuah organisasi yang Uni Eropa yang memonitor diskriminasi yang berbasis di Wina, Austria, melakukan survei terhadap 93.000 orang di Uni Eropa dan Kroasia dan diklaim sebagai survei paling komprehensif.
Jumat (17/05) ini diperingati sebagai hari Internasional anti homophobia dan transphobia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak seperempat kaum gay yang menjadi responden pada sebuah survei di Uni Eropa mengatakan mereka pernah mengalami serangan atau ancaman kekerasan dalam lima tahun terakhir.
Survei online tersebut menanyakan apakah para responden yang terdiri dari lesbian, gay, biseksual dan transgender pernah mengalami diskriminasi, kekerasan, kekerasan verbal dan atau ungkapan kebencian lain karena orientasi seksual atau identitas gender mereka.
Berdasarkan hasil temuan survei ini, Direktur FRA Morten Kjaerum mengatakan masih ada "tantangan besar" terkait perjuangan melawan diskriminasi terhadap para lesbian, gay, biseksual dan transgender di Uni Eropa.
Sementara itu wartawan BBC Anna Holligan di Den Haag mengatakan bahwa survei ini menunjukkan hasil yang lebih mengkhawatirkan.
Diskriminasi tidak dilaporkan
Survei tersebut mengungkapkan bahwa sekitar 26% dari responden (dan sebanyak 35% responden transgender) menyatakan mereka pernah diserang atau diancam dengan kekerasan dalam lima tahun belakangan ini.
Kebanyakan serangan itu terjadi di ruang publik dan dilakukan oleh lebih dari satu orang. Para penyerang itu kebanyakan laki-laki.
Sementara itu, lebih dari separuh responden yang mengaku pernah diserang ini mengatakan bahwa mereka tidak melaporkan kejadian itu kepada pihak yang berwenang. Mereka percaya tidak ada yang bisa dilakukan oleh aparat terkait insiden ini.
Separuh dari responden tersebut menyatakan bahwa secara pribadi mereka juga merasakan adanya disriminasi yang terjadi pada tahun-tahun sebelum survei. Meski demikian, sebanyak 90% responden tidak melaporkan diskriminasi tersebut.
Sebanyak 20% persen responden gay atau biseksual dan 29% transgender mengatakan bahwa diskriminasi itu terjadi di kantor dan pada saat mereka melamar pekerjaan.
Sementara dua per tiga responden mengaku meereka menyembunyikan seksualitas mereka di sekolah.
FRA berharap bahwa temuan ini dapat membuat para pembuat kebijakan bekerja lebih baik lagi dalam mendukung hak-hak kaum gay, lesbian, biseksual dan trangender.
Di Den Haag, sekitar 300 politisi dan para ahli bergabung dan mendiskusikan kebijakan terbaru Uni Eropa untuk membasmi homophobia.
(bbc/bbc)