Sinergi Pemprov dan Swasta Dorong Potensi Demak Jadi Lumbung Padi Jateng
Bangun Indonesia

Ayo, tingkatkan partisipasi kita dalam pembangunan bangsa dan wujudkan impian Indonesia yang lebih baik!

Sinergi Pemprov dan Swasta Dorong Potensi Demak Jadi Lumbung Padi Jateng

Ihfadzillah Yahfadzka
Rabu, 15 Okt 2025 20:19 WIB
Pemprov Jateng
Foto: Dok. Pemprov Jateng
Jakarta - PT Saprotan Utama Nusantara menggelar perlombaan panen padi 10 ton per hektare di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Ajang yang didukung penuh oleh Pemprov Jateng ini menjadi salah satu bukti sinergi antara swasta dengan pemerintah untuk memacu produktivitas hasil panen

Direktur Utama Saprotan Utama Nusantara Markus Wibowo mengungkapkan dengan luas area pertanian padi berkisar 130 ribu-150 ribu hektar, Demak akan menjadi potensi lumbung padi di Jateng bila petani bisa mendapat pendampingan dan meraih panen padi gabah kering panen (GKP) rata-rata 10 ton per hektare per musim tanam. Dalam ajang ini, ada tiga petani yang hasil panennya mencapai 14 ton per hektare serta ada 35 petani yang menghasilkan 10-13 ton per hektare.

"Petani yang ikut lomba itu sebanyak 105 orang, dan yang berhasil mencapai panen lebih dari 10 ton per hektare itu 30%," kata Markus dalam keterangan tertulis, Rabu, (15/10/2025).

Selaras dengan harapan Markus, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin juga turut mendukung ajang ini sebagai upaya mencapai swasembada pangan di Jateng. Sebab itu, Pemprov Jawa Tengah, bekerja sama dengan pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota, dan sektor swasta untuk menggenjot produktivitas tersebut.

Langkah ini dilakukan Pemprov Jateng dengan menjalankan strategi dan kebersamaan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Baik dari sisi perbaikan infrastruktur pengairan, pemanfaatan teknologi pertanian, teknik penanaman, mengatasi hama, dan lain-lain.

Dengan misi tersebut, Markus menggelar lomba panen padi GKP dengan pendampingan-pendampingan teknik penanaman sehingga akan memacu para petani untuk meningkatkan produktivitas hasil panen. Markus berharap, metode tersebut tetap digunakan pada tahun 2026, sehingga bisa meningkatkan produktivitas padi. (akn/ega)

Berita selengkapnya tentang Kunjungi
Berita Terkait