Pandangan Evi Afiatin soal Pemberdayaan-Tantangan Perempuan Indonesia

Pandangan Evi Afiatin soal Pemberdayaan-Tantangan Perempuan Indonesia

Advertorial - detikNews
Rabu, 20 Jul 2022 14:00 WIB
adv cpaa
Foto: dok. CPAA
Jakarta -

Dalam beberapa tahun terakhir, perempuan Indonesia telah menunjukkan pencapaian yang sangat penting di tempat kerja. Kendati demikian, pemberdayaan ekonomi bagi para perempuan masih memerlukan peningkatan yang berarti.

Data dari sebuah inisiatif yang dilakukan Pemerintah Australia dalam Investing in Women (Berinvestasi pada Perempuan) menyebutkan partisipasi tenaga kerja perempuan di Indonesia hanya 51% dibandingkan kaum pria yang mencapai 85%.

Penasihat Eksekutif Senior Dewan Direksi Eximbank Indonesia, Evi Afiatin Ismail CPA (Aust.) diketahui menjadi salah satu sosok yang melakukan perubahan dalam mendorong perempuan lebih berdaya. Bahkan, ia baru-baru ini menerima penghargaan istimewa dari Infobank di Top 100 Most Outstanding Women dalam Sektor Finansial dan penghargaan SOE 2022.

Menurut Evi, kaum perempuan Indonesia seringkali terhambat oleh rintangan budaya yang telah mengakar kuat lalu mengundurkan diri dari pasar tenaga kerja setelah pernikahan. Khususnya untuk mengurus tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga dan merawat anak. Ia menilai meski para perempuan telah memperoleh pekerjaan informal, tak jarang mereka dibayar dengan upah yang lebih rendah dibandingkan kaum pria.

"Memberdayakan wanita sangat penting terhadap pembangunan sosial dan kesehatan bagi keluarga, masyarakat, dan negara. Ketika wanita hidup dengan aman, tercukupi, dan produktif, mereka dapat sepenuhnya mencapai potensi mereka," ujar Evi dalam keterangan tertulis, Senin

Ia menilai di bidang dan komunitas tertentu, masih saja terjadi salah pengertian yang seringkali didorong oleh sistem patriarki. Misalnya, peran wanita hanya seputar urusan rumah, menjadi istri yang baik, dan membesarkan anak.

"Sedangkan kaum pria diberikan kesempatan dan prioritas yang lebih banyak dalam pendidikan, ketenagakerjaan, dan kesempatan pengembangan diri yang baik," ungkapnya.

Meski demikian, Evi mengaku sangat beruntung karena keluarganya selalu mempercayai kesetaraan gender. Sehingga, ia turut memiliki pemahaman yang mendalam tentang peran kunci dari pendidikan dalam pengembangan diri dan profesi.

"Ayah saya dulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan telah menjadi pendukung terbesar saya. Dia mengajari saya cara membaca sebelum saya masuk sekolah," kenangnya.

Tak hanya didukung oleh keluarga, Evi juga memperoleh kesempatan networking dalam keanggotaan CPA Australia yang berjumlah 170.000 di seluruh dunia. Menurutnya, kesempatan networking skala global ini tak ternilai harganya.

Apalagi, networking dengan CPA ini dinilainya mampu memperkuat perannya sebagai Penasihat Eksekutif Senior di sejumlah perusahaan dan sebagai Kepala Dewan Penasihat pada CFO Club Indonesia.

"CPA Australia telah menghubungkan saya kembali dengan rekan saya di Australia dan memungkinkan saya untuk terkoneksi melalui network secara langsung dengan anggota lain yang kebanyakan merupakan para pemangku kepentingan di berbagai perusahaan," jelas Evi.

"Berbeda dengan program profesional lainnya, setelah Anda menjadi anggota, CPA Australia memelihara hubungan yang tetap terjalin dengan Anda dengan memantau perkembangan sekaligus memfasilitasi pengetahuan dan keterampilan Anda," imbuhnya.

Ia meyakini dukungan skala global seperti ini sangat vital. Pasalnya, Indonesia pun tengah berjuang untuk memberdayakan perempuan, sejalan dengan Agenda Tahun 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Saat dibandingkan secara global atau bahkan di kawasan ASEAN, peringkat Indonesia dalam kesetaraan gender berada pada ranking 85 dari 149 negara," papar Evi.

"Tetapi kami telah membuat kemajuan yang cukup baik. Akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan murah dan kesempatan bekerja cenderung naik, dan meningkatnya jumlah fasilitas yang mendukung para ibu untuk bekerja, seperti layanan penitipan anak dan pengasuhan," terangnya.

Ia mengatakan demi mencapai kemajuan yang lebih tinggi, penting juga untuk melaksanakan 'kebijakan mainstream' secara agresif mengenai kesetaraan gender.

"Pemerintah, sektor swasta, dan gerakan terhadap pemberdayaan perempuan untuk bekerja sama dalam meningkatkan kondisi perekonomian di pedesaan dan kelompok yang terpinggirkan. Secara keseluruhan, hal ini menjadi alasan terbesar kenapa kesempatan pendidikan sangat terbatas," nilainya.

Namun demikian, Evi melihat kebanyakan wanita menolak untuk memperjuangkan hal tersebut. Alih-alih demikian, banyak yang mencoba membuka kewirausahaan dari rumah, seperti mempersiapkan makanan untuk layanan kiriman makanan secara daring.

Dengan langkah pemberdayaan, Evi mengatakan kemakmuran utama para perempuan akan bergantung pada seberapa efektif tujuan Konvensi yang diratifikasi pemerintah tentang Peniadaan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan dapat direalisasikan.

"Semoga, ketika standar kehidupan perempuan meningkat, tidak ada lagi rintangan bagi mereka untuk bersekolah," pungkasnya.

Untuk diketahui, informasi mengenai keanggotaan CPA Australia serta cara mempelajari sejumlah keterampilan yang telah membantu Evi dalam mencapai kariernya bisa didapatkan dengan bergabung dalam sesi informasi berikut.

Selain itu, CPA Australia berkolaborasi dengan Institute of Indonesia Chartered Accountants (IAI) dalam jalur kualifikasi secara streamline bagi calon yang memenuhi syarat. Anda bisa hubungi tim CPA Australia Indonesia di nomor +62 21 2964 5100 atau id@cpaaustralia.com.au untuk informasi lebih lanjut.

(adv/adv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.