Di tengah kondisi pandemi yang masih membutuhkan penanganan cepat, penyakit lain seperti Tuberkulosis (TBC) juga tetap membutuhkan perhatian. Terlebih, banyak stigma dan mitos di Tanah Air yang melekat pada penyakit ini.
Adapun beberapa mitos yang umumnya melekat pada TBC adalah penyakit turunan, penyakit orang-orang dengan kelas ekonomi ke bawah, hingga penyakit karena guna-guna. Tentunya, hal ini harus dibongkar dan dilawan dengan informasi yang tepat.
Sebab, tak jarang pasien TBC kerap mendapatkan diskriminasi akibat mitos tersebut. Sehingga, mereka semakin minder atau bahkan bisa berujung pada persepsi yang salah.
Oleh karena itu, masyarakat memerlukan edukasi yang tepat dan lengkap sehingga mereka bisa mendapatkan penanganan cepat sebagai langkah preventif mengurangi risiko TBC.Apalagi, di tengah pandemi ini masyarakat menghadapi tantangan untuk pergi ke pelayanan kesehatan.
Sebagaimana kita tahu, TBC memiliki gejala yang kurang lebih mirip dengan COVID-19 seperti batuk. Padahal, batuk tidak selalu dikarenakan oleh infeksi virus COVID-19, karena bisa jadi penyebabnya infeksi bakteri TBC. Stigma akan COVID serta TBC ini pun menjadi tantangan bagi pasien untuk pergi ke layanan kesehatan.
Untuk melawan berbagai stigma dan mitos tersebut, selaras dengan kampanye #TOSSTBC (Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) menggelar kampanye komunikasi digital #141CekTBC. Kampanye ini bertujuan untuk menyingkirkan segala hambatan edukasi yang ada mengenai TBC.
Kampanye ini salah satunya didasari oleh fakta bahwa Indonesia merupakan wilayah endemis TBC. Sehingga Indonesia promosi kesehatan untuk mencari pelayanan kesehatan yang tepat masih sangat diperlukan.
Ada sejumlah gejala TBC yang harus Anda kenali agar dapat segera ditangani dengan pemeriksaan yang tepat. Melansir situs covid19.go.id, gejala tersebut antara lain batuk berdahak disertai bercak darah sampai dengan 14 hari atau lebih, demam kurang dari 38 derajat celsius, sesak napas, berat badan menurun, serta berkeringat di malam hari.
Terkait dengan Pandemi COVID-19, diagnosis TBC dan COVID-19 mempunyai kesamaan pada proses diagnosisnya, yaitu menggunakan metode Tes Cepat Molekuler (TCM) dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Akan tetapi, yang membedakan keduanya adalah pengambilan sampel untuk TBC dengan dahak.
Untuk itu, masyarakat seharusnya tidak lagi khawatir jika dilabeli 'terinfeksi COVID-19' saat pergi ke fasilitas kesehatan demi mendapatkan diagnosis yang tepat dari gejala-gejala yang dialami. Terlebih, jika muncul gejala batuk berdahak sampai 14 hari atau lebih.
Perlu diingat, pengobatan TBC bisa dilakukan ketika sudah mendapatkan pemeriksaan yang tepat dan menyeluruh. Dengan catatan pengobatan harus dilakukan sesuai dengan arahan dan anjuran dari dokter, serta disiplin dalam konsumsi obat-obatan tersebut agar pasien TBC bisa sembuh total.
Dapatkan Informasi Lengkap Soal TBC
Pengobatan TBC di Indonesia sering kali terhambat oleh mitos-mitos yang beredar dan terus menyebar luas di masyarakat. Untuk itu, kampanye komunikasi digital #141CekTBC hadir untuk membantu masyarakat mendapatkan informasi lengkap soal TBC demi melawan mitos tersebut.
Kini, dengan memanfaatkan teknologi digital, masyarakat bisa dengan mudah bisa mendapat edukasi seputar TBC. Salah satunya dengan mengunjungi situs https://141.stoptbindonesia.org.
Di dalam situs ini, masyarakat bisa mendapatkan informasi lengkap soal TBC. Mulai dari mengetahui cara mencegah penularan TBC, sampai mengetahui cara mendapatkan pemeriksaan yang tepat untuk gejala TBC.
Selain itu, Anda juga bisa menggunakan berbagai fitur yang tersedia di dalam situs tersebut. Salah satunya fitur yang bisa membantu masyarakat mendapatkan informasi lengkap soal TBC yaitu fitur Chatbot 141CekTBC.
Dengan fitur Chatbot 141CekTBC, Anda bisa mengetahui lokasi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan yang tepat. Ditambah lagi, Anda juga bisa terhubung langsung dengan dokter melalui Halodoc serta komunitas TBC terdekat.
Tak hanya itu, Anda juga bisa menggunakan fitur Chatbot 141CekTBC dengan mudah. Caranya, cukup chat melalui WhatsApp di nomor +628119961141.
Dengan berbagai kemudahan ini, masyarakat seharusnya tak lagi punya alasan untuk tidak datang ke fasilitas kesehatan demi memeriksakan diri. Terlebih jika memiliki gejala TBC.
Melalui kampanye komunikasi digital #141CekTBC, STPI menunjukkan semangat untuk membantu masyarakat Indonesia agar mempunyai taraf kehidupan yang lebih sehat dan lebih baik daripada sebelumnya.
Kampanye komunikasi digital #141CekTBC yang membawa informasi komprehensif tentang TBC ini juga diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk tidak ada lagi ragu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Apalagi jika penyebabnya dipicu oleh stigma atau mitos-mitos yang beredar.
14 Hari Batuk Tak Reda? 1 Solusi, Cek Dokter Segera!
(adv/adv)