Berdomisili di kota Makassar membuka banyak kesempatan untuk menikmati keindahan alam di Sulawesi. Tidak heran kalau bagi para fotografer di kota ini banyak yang mengasah keterampilan mereka sebagai seorang travel photographer.
Sebagai seorang fotografer ternama di Makassar, Suratman Larakuti dikenal dengan karya fotonya yang melebur esensi dokumentasi serta estetika dan narasi travel. Dari segi pengalaman, ia telah menggeluti berbagai macam disiplin dalam praktek fotografi hingga akhirnya menjajakan identitasnya dalam gaya karyanya yang sekarang.
Namun bagi Suratman, travel photography sedang dalam kondisi limbo. Pembatasan mobilitas yang terjadi selama dua tahun terakhir membuat profesinya menghadapi rintangan yang sangat besar.
Hal ini tentunya tidak membatasi keinginan Suratman untuk berkarya. Dalam kurun waktu setelah pelonggaran regulasi, ia menemukan kesempatan baru. Lewat integrasi karya fotografi dengan teknologi virtual, Suratman memberi makna baru bagi karya fotografi miliknya.
Passion Suratman dalam travel photography merupakan sebuah ketidaksengajaan. Dalam pelatihannya di berbagai jenis fotografi, ia awalnya malah tertarik dengan foto jurnalistik. Namun tingginya tekanan dalam profesi jurnalistik kurang cocok dengan gaya berkarya Suratman.
Pendekatannya kepada travel photography bertumbuh dari sebuah pemahaman bahwa jenis fotografi ini tidak harus terikat dengan kegiatan melancong yang terlalu megah. Baginya, travel photography terletak pada penekanan terhadap apapun yang dipotret selama bepergian, bukan masalah dekat atau jauh jarak perjalanan yang dilakukan.
![]() |
Ia mencoba menggabungkan segala aspek travel photography dalam gaya yang ia kembangkan sendiri. Baik penangkapan pemandangan alam, aspek budaya, ataupun pencerahan sejarah, ia berusaha sebisa mungkin untuk menguasai semua itu.
Namun sisi manusia dan karakter lah yang menjadi fokus Suratman. Karenanya, ia kerap menggunakan subjek manusia dalam perjalanannya untuk membuahkan hasil foto yang lebih hidup.
Dalam kondisi pembatasan mobilitas saat sekarang ini, Suratman menyadari ia dapat menggunakan teknologi virtual untuk menambah makna bagi karya dokumentasinya. Ketika new normal sudah terimplementasi secara umum, ia pun kembali melanjutkan berkarya.
Namun, Suratman kini telah membuka pikiran untuk memajukan karyanya secara hybrid. Berpegang pada filosofi pribadinya mengenai travel photography, Suratman memberanikan diri untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak unik.
Metode tersebut ia mulai dengan bekerja sama dengan pihak-pihak desa, menjadi ekstensi dokumentasi foto yang membuahkan profil online dalam bentuk visual. Hasil akhirnya, memberikan keberadaan virtual bagi desa-desa yang dulunya tidak memiliki internet presence. Selain itu,ia juga memotivasi orang-orang yang ingin melancong dengan dokumentasi travel virtual ke tempat-tempat unik di seluruh Indonesia.
Bagi seorang fotografer seperti Suratman, ia menyatakan ada beberapa hal penting untuk menjadi seorang travel photographer yang bermakna. Ketekunan untuk mendokumentasi, keberanian untuk membuka diri terhadap orang dan kesempatan baru, serta tentunya harus berstrategi dalam mempublikasikan karya ke platform yang benar.
Dari cerita Suratman ini, sinergi kerja lapangan dan pemahaman keperluan adopsi virtual mampu membuatnya terus berkarya dalam rintangan apapun yang ditemukan.
(adv/adv)