Pandemi COVID-19 Beri Dampak ke Kebutuhan Nutrisi Anak

Pandemi COVID-19 Beri Dampak ke Kebutuhan Nutrisi Anak

Advertorial - detikNews
Kamis, 12 Agu 2021 11:23 WIB
sgm
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Tak banyak yang mengetahuinya, ternyata masalah sosial-ekonomi akibat pandemi dapat membawa dampak jangka panjang bagi anak-anak. Dampak tersebut seperti kesehatan, kesejahteraan, perkembangan, dan masa depan mereka, khususnya dalam pemenuhan akses nutrisi.

UNICEF memaparkan 9 dari 10 anak di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal pemenuhan akses terhadap nutrisi dan pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan akses terhadap pemenuhan nutrisi, infrastruktur pendidikan, maupun fasilitas pendukung yang memadai untuk mendukung pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.

Apalagi sebuah riset dari Riskesdas 2018 tentang situasi anak di Indonesia mengemukakan kekurangan gizi pada anak adalah masalah signifikan. Riset menemukan 30,8 persen anak balita mengalami stunting.

Angka ini turun dari tingkat prevalensi 37 persen yang diperkirakan pada tahun 2013. Riset lanjutan menemukan angka stunting bahkan mencapai 42% di beberapa wilayah.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 juga menyatakan lebih dari 38 persen anak balita mengalami anemia. Anemia biasanya diakibatkan oleh kekurangan mikronutrien dan dapat mempengaruhi anak, remaja, dan perempuan usia subur dalam proporsi yang signifikan.

Dalam hal pemenuhan akses nutrisi, dampak pandemi dapat memicu situasi kemiskinan bagi jutaan anak. Tentunya hal ini dapat mengancam kinerja gizi dan anak sekaligus dapat memperparah ketimpangan yang sudah ada sebelumnya.

Setidaknya ada beberapa nutrisi yang harus dipenuhi oleh anak-anak setiap harinya. Dikutip dari WebMD, anak-anak setidaknya membutuhkan nutrisi mulai dari protein, lemak sehat, kalsium, vitamin C dan D. Anak-anak juga membutuhkan nutrisi otak seperti zat besi, DHA, dan Omega 3 & 6 yang dibutuhkan agar anak-anak bisa belajar dengan lebih baik.

Di Indonesia sebenarnya ada beberapa daerah yang saat ini mengalami masalah gizi. Seperti pada bulan Juni kemarin, jumlah kasus stunting mencapai 5.665 balita. Jumlah tersebut mencakup 8,9% dari jumlah Balita di Boyolali pada bulan Juni sebanyak 63.576.

Untuk mengatasi hal ini, sudah banyak langkah yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti BKKBN yang telah melakukan penajaman target sasaran intervensi untuk mempercepat penurunan kasus stunting di Indonesia.

Upaya tersebut meliputi intervensi terhadap calon pengantin, janin dan bayi dalam 1.000 hari pertama kehidupan pada masa ibu hamil dan masa pascapersalinan.

Tak hanya BKKBN, Kemenkes juga memiliki berbagai upaya untuk mencegah kekurangan nutrisi anak-anak yang ada di Indonesia. Dilansir dari website sehatnegeriku salah satunya cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari anak. Bagi anak-anak, mengonsumsi banyak protein hewani sangat dianjurkan, di samping mengonsumsi buah dan sayur-sayuran.

Tapi itu semua tentunya belum cukup, perlu ada peran dari masyarakat untuk mendukung anak-anak mendapatkan akses nutrisi hingga pendidikan. Karena setiap anak Indonesia punya hak untuk mendapatkan akses nutrisi untuk masa depannya yang lebih baik.

Jadi, jangan ragu untuk entaskan kesulitan anak-anak Indonesia untuk mendapatkan nutrisi yang tepat untuknya. Karena anak-anak Indonesia adalah aset berharga untuk kemajuan bangsa Indonesia.

(adv/adv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.