Sejak lama BKKBN telah menerapkan kesetaraan gender dalam program KB. Dari tahun ke tahun kesetaraan itu dikampanyekan dan bertujuan agar lebih banyak lagi kaum pria berperan dalam program KB sehingga terjadi kesetaraan dengan kaum perempuan. Hasilnya kini KB tidak lagi dipandang sebagai program bias gender.
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, dr. Eni Gustina mengungkapkan menandai capaian itu, walau tidak tumbuh signifikan, dan dalam rangka Hari Vasektomi Sedunia yang jatuh pada 22 November 2020, pemerintah berharap kepedulian kaum pria dalam program KB semakin tumbuh dan berkontribusi pada peningkatan peranan keluarga dalam meningkatkan ketahanan keluarga.
"Peran kaum pria dalam program KB, dalam bingkai Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan KB (Bangga Kencana), tentu akan bermuara pada satu tujuan mulia, yaitu kesejahteraan keluarga," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (24/22/2020).
Ia menjelaskan menyejahterakan keluarga melalui program KB memang bukan tanggung jawab semata kaum perempuan, tetapi juga kaum pria. Sayangnya peran kaum pria masih rendah. Saat ini partisipasi pria di Indonesia dalam berkontrasepsi masih di bawah harapan. Dibandingkan dengan Vietnam, Filipina, atau Thailand, di negara-negara itu angka kesertaan kontrasepsi pria terbilang tinggi.
Sebagaimana diketahui, tidak semua perempuan bisa memakai alat/obat kontrasepsi. Pasalnya sebagian ada yang mengalami kontraindikasi. Misalnya, kontrasepsi IUD, pil KB atau adanya penyakit seperti jantung, hipertensi. Kondisi ini menjadi sebab mengapa kaum perempuan menghindar memakai kontrasepsi.
"Dalam posisi ini pria seharusnya mengambil bagian dari tanggung jawab istri untuk ber-KB. Salah satunya melalui KB vasektomi. Inilah salah satu cara membangun komitmen pasangan suami-istri dalam mempersiapkan keluarga yang berorientasi masa depan," ujar dr. Eni.
Diungkapkannya, berorientasi masa depan manakala keluarga mempunyai perencanaan dan kesadaran yang baik dalam membangun dan menata kelola masa depan keluarganya dengan baik. Dalam program KB, aspek-aspek yang harus dipahami dalam hal ini antara lain perencanaan untuk memiliki anak, kapan harus menjarangkan jarak kelahiran, dan kapan berhenti melahirkan.
"Masyarakat seharusnya menyadari aspek kesehatan terkait perencanaan berkeluarga. Satu di antaranya adalah kelahiran yang aman bagi kaum perempuan. Kelahiran yang aman itu berada di rentang usia 20 hingga 35 tahun," ujar dia.
"Kaum pria tentunya harus memahami hal ini dan bisa lebih aware, lebih memberikan perhatian. Karena kaum pria dituntut tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan keluarga," imbuh dr. Eni.
Bulan Pelayanan Kontap
Lebih lanjut dr. Eni mengatakan dalam upaya mengungkit lebih tinggi peran kaum pria dalam ber-KB, BKKBN menggelar kegiatan Bulan Pelayanan Kontap (Kontrasepsi Mantap) dalam rangka Hari Vasektomi Sedunia dan Hari Kesehatan Nasional Tahun 2020.
Peringatan ini dilatarbelakangi keberhasilan BKKBN dalam membumikan program Bangga Kencana di Indonesia. Sejarah mencatat selama 40 tahun terakhir, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), program KB berhasil menurunkan secara berarti angka kelahiran rata-rata (TFR) dari 5,6 anak per wanita usia subur pada akhir 1960-an menjadi 2.6 pada 2012. Di tahun 2017 angka itu menurun menjadi 2.4 anak per wanita.
Cerita sukses program Keluarga Berencana ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor kunci. Di antaranya sejak tahun 1970-an komitmen politis pemerintah sangat kuat di berbagai tingkatan pemerintahan.
"Faktor kunci lainnya adalah adanya kampanye perubahan sikap dan perilaku, penyediaan layanan kontrasepsi dan integrasi konsep pelayanan berbasis komunitas. Hasilnya, pemerintah berhasil menurunkan angka kelahiran, angka kematian ibu hamil dan melahirkan, dan berkontribusi pada peningkatan partisipasi perempuan di bidang ekonomi," jelas dr. Eni.
Ia juga mengatakan saat ini program Bangga Kencana tetap menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Berdasarkan hasil SDKI, angka kelahiran total (TFR) secara nasional cenderung menurun dari 2.6 (SDKI 2012) menjadi sekitar 2.4 anak per perempuan usia reproduksi (SDKI 2017).
Walaupun TFR belum sepenuhnya mencapai sasaran pembangunan bidang kependudukan dan KB yaitu 2,33 (RPJMN 2015-2019), namun hal tersebut menunjukkan pencapaian yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang cenderung stagnan sejak 2007.
Demikian pula dengan angka penggunaan kontrasepsi yang telah mengalami peningkatan dari 61,9% (SDKI 2012) menjadi 63,6% (SDKI 2017). Namun kontrasepsi yang digunakan masih didominasi metode kontrasepsi jangka pendek.
"Saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi COVID-19 yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Termasuk penyelenggaraan pelayanan KB. Berdasarkan data statistik rutin BKKBN, sampai September 2020 capaian peserta KB baru jauh dari target, di mana capaian peserta nya sebesar 505.658 (6,7%) dari target," ujar dia.
Pelayanan KB MOW (Metode Operasi Wanita-tubektomi) secara khusus juga masih mengalami hambatan. Sampai September, baru mencapai 8.391 peserta dari target atau sekitar 21,33%. Untuk pelayanan KB MOP (Metode Operasi Pria atau vasektomi/Kontap) baru dicapai 463 peserta dari target yang ditetapkan atau 8,77%.
Di sisi lain, kata dr. Eni, perlu pula diupayakan peningkatan kesertaan KB (mCPR) dari 57,2% (SDKI 2017) menjadi 61,78 sesuai target tahun 2020. Lalu penurunan unmet need dari 10,6% (SDKI 2017) menjadi 8,60% sesuai target tahun 2020.
"Di era pandemi COVID-19, beberapa tantangan dalam pelayanan KB bermunculan. Di antaranya keterbatasan akses terhadap pelayanan di fasilitas kesehatan, kebutuhan alat pelindung diri (APD) yang memadai dan memenuhi standar bagi petugas pelayanan KB, serta penerapan pelayanan KB diadaptasi kebiasaan baru dengan memperhatikan protokol kesehatan," ujar dia.
"Adanya pandemi ini juga berdampak pada peningkatan kehamilan tidak diinginkan (KTD) di beberapa wilayah sebagai akibat dari penurunan kesertaan KB dan peningkatan angka putus pakai kontrasepsi," sambung dr. Eni.
dr. Eni mengungkapkan berdasarkan uraian kondisi di atas, pencapaian program keluarga berencana sangat ditentukan oleh kesertaan masyarakat, dalam hal ini terutama Pasangan Usia Subur (PUS). Di samping peningkatan jumlah peserta KB baru, komitmen dari peserta KB aktif juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kenaikan angka putus pakai dalam ber-KB. Hal ini tentunya perlu didukung sarana dan prasarana KB yang memadai serta tenaga pelayanan KB yang kompeten.
"Untuk terus meningkatkan komitmen masyarakat (Pasangan Usia Subur) dalam ber-KB diperlukan pula adanya dukungan dari berbagai pihak terkait. Antara lain stakeholder dan mitra kerja dalam pencapaian program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi," ujarnya.
"BKKBN sendiri telah menyelenggarakan rangkaian kegiatan dalam upaya meningkatkan kesertaan KB melalui berbagai kegiatan momentum seperti pelayanan sejuta akseptor dalam rangka Hari Keluarga Nasional dan Bulan Pelayanan MKJP pada peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia," imbuhnya.
Adapun peringatan Hari Vasektomi Sedunia dan Hari Kesehatan Nasional menjadi salah satu kegiatan momentum yang penting untuk kembali meningkatkan kesertaan KB masyarakat. Program KB sendiri merupakan upaya promotif dan preventif pada kesehatan.
dr Eni mengatakan berdasarkan hal-hal tersebut, maka dipandang perlu dilaksanakan serangkaian kegiatan peningkatan kesertaan KB mantap, khususnya pelayanan MOW dan MOP. Lalu untuk meningkatkan upaya promotif, BKKBN mengadakan lomba foto pelayanan KB MKJP dan Vlog yang berdurasi satu menit dalam rangka memperingati Hari Vasektomi Sedunia dan Hari Kesehatan Nasional Tahun 2020.
Adapun kedua peringatan ini mengusung tema 'Satukan Tekad, Indonesia Sehat dengan Hidup yang Terencana' dengan sub tema 'Saatnya Pria Berencana Untuk Keluarga Berkualitas'. Kegiatan ini digelar dengan harapan seluruh komponen masyarakat berkontribusi aktif mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas.
Rangkaian Acara Hari Vasektomi Sedunia yang Digelar BKKBN
1. Pelayanan KB Kontap
Pelayanan KB difokuskan pada pelayanan Kontrasepsi Mantap yaitu pelayanan KB MOW (tubektomi) dan Pelayanan KB MOP (vasektomi) dengan target total sebesar 10.500 akseptor. Adapun rincian target untuk MOP 552 akseptor. Untuk target MOW 9.948 akseptor.
Rangkaian bulan pelayanan Kontap ini diselenggarakan selama 1 bulan sejak tanggal 26 Oktober-sampai 30 November 2020.
2. Lomba Foto Pelayanan KB MKJP
Lomba foto pelayanan KB MKJP menampilkan foto terkait pelayanan KB MKJP. Foto pelayanan KB MKJP merupakan foto yang dilakukan pada saat pelayanan KB MKJP dalam rangka Hari Vasektomi Sedunia dan Hari Kesehatan Nasional Tahun 2020 dari tanggal 26 Oktober-20 November 2020.
3. Lomba Vlog
Lomba vlog diperuntukan bagi masyarakat umum dengan Tema 'Persepsi Tentang Kontrasepsi'.
4. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan KB MOW dan MOP dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang telah disediakan oleh Direktorat Pelaporan dan Statistik melalui link http://bit.ly/pelayanankontap-hvs-hkn2020.
Tujuan dari digelarnya kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan kesertaan KB MKJP MOW dan MOP; meningkatkan motivasi peran mitra dalam pelayanan KB mantap; meningkatnya kesertaan ber-KB (mCPR); menurunkan unmet need; meningkatkan kesertaan KB kontap; mencegah putus pakai penggunaan kontrasepsi; dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program Bangga Kencana.
"Sasaran dari kegiatan ini adalah Pasangan Usia Subur (PUS) unmet need dan peserta KB yang ingin berganti cara dari metode lain ke metode kontrasepsi mantap," pungkas dr Eni.
(adv/adv)