Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan keberadaan jejak Soekarno kecil di kota Mojokerto merupakan bentuk motivasi bagi generasi penerus dalam meneladani semangat juangnya. Untuk itulah, pada sebuah rapat daring, Ia mengatakan Pemerintah Kota Mojokerto memiliki rencana untuk merestorasi bangunan sekolah sang proklamator kemerdekaan Indonesia yang sudah melegenda di Mojokerto.
"Kami ingin, jejak Soekarno kecil ini dapat terus dikenang di Kota Mojokerto sebagai bentuk ikon bagi kalangan anak muda dalam menggapai cita-citanya. Untuk itu, sekolah di mana beliau (Soekarno) pernah mengenyam pendidikan rencananya akan kami restorasi kembali sebagai Soekarno Center atau Galeri Soekarno," jelas Ika dalam keterangan tertulis.
Memang ketika kecil, Soekarno atau yang akrab disapa Koesno pernah mengenyam pendidikan selama enam tahun pada 1907-1912 di Inlandsche School atau yang biasa disebut sebagai Tweede School atau Sekolah Ongko Loro yang merupakan julukan sekolah untuk anak pribumi. Sekolah inilah cikal bakal berdirinya SD Negeri Purwotengah di Jalan Taman Siswa yang hingga saat ini masih dipertahankan keotentikannya.
Wali Kota perempuan pertama di Mojokerto ini mengatakan saat ini di SD Negeri Purwotengah terdapat sebuah patung Soekarno kecil yang mengenakan pakaian perpaduan antara gaya Belanda dan Jawa yang dilengkapi dengan blankon, dasi kupu-kupu dan kain batik sebagai bawahannya. Keberadaan patung tersebut juga menjadi sebuah simbol bahwa Presiden Pertama Republik Indonesia, pernah bersekolah di Kota Mojokerto.
Terkait restorasi gedung sekolah, Ning Ita sapaan akrabnya, mengungkapkan nantinya akan ada gedung pameran serta gedung audio visual, yang menggambarkan perjalanan Soekarno selama di Mojokerto. Dengan konsep tersebut diharapkan jejak-jejak Soekarno selama di Bumi Majapahit yang tak pernah terekspos dapat diketahui oleh seluruh masyarakat, khususnya warga Kota Mojokerto.
"Sebenarnya, tidak hanya gedung sekolah dasar saat Soekarno kecil saja yang ada di Kota Mojokerto. Tetapi, jejak beliau saat mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) pada tahun 1911, yang sekarang menjadi SMP Negeri 2 Kota Mojokerto serta tempat tinggalnya selama menetap di Mojokerto, juga akan kami lestarikan sejarahnya," jelas Ning Ita.
Pada rapat daring tersebut, Ning Ita berkesempatan untuk memaparkan konsep tentang Soekarno Center di hadapan para pejabat di lingkungan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Perlindungan Kebudayaan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur dan Pimpinan Redaksi Historia.
Gagasan tersebut pun mendapatkan sambutan baik dari Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid yang mendukung penuh revitalisasi bangunan sejarah di Kota Mojokerto.
(adv/adv)