Lima tahun lalu, sebagian besar wilayah Kabupaten Natuna masih gelap gulita. Satu dua cahaya hanya berasal dari rumah-rumah yang mampu membeli genset. Itu pun hanya terang kurang dari 12 jam. Usaha untuk menyalakan genset pun tidaklah mudah, perlu tenaga dan biayanya lumayan tinggi.
Lainnya mengandalkan suplai dari Perusahaan Desa atau Perusdes, lagi-lagi nyalanya sering terkendala persoalan teknis dan suplainya pun terbatas. Segala sektor di Natuna pun mentok dan hanya maksimal saat listrik menyala.
Saat masyarakat terkukung dalam gelap, PLN dengan 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah mulai bergerak ke Natuna yang beberapa kecamatannya masuk ke dalam wilayah 3 T; tertinggal, terdepan dan terluar.
Secara bertahap PLN sebagai perusahaan milik negara, satu demi satu mulai mengalirkan listrik ke penjuru Natuna. Ini bukan persoalan yang mudah karena Natuna merupakan wilayah kepulauan plus dengan keadaan alam yang dapat berubah esktrem sewaktu-waktu.
"Saat ini seluruh desa di kabupaten Natuna telah menikmati listrik dengan rasio elektrifikasi sebesar 97 %. Ini menunjukkan bentuk komitmen PLN dalam memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia, hingga pulau terluar, meski tantangan dan hambatan untuk melistriki 10 pulau dan penambahan 32 desa tidaklah mudah namun berkat semangat dan rasa optimis PLN dan kerja sama yang solid baik dengan pemerintah pusat dan daerah upaya untuk mewujudkan elektrifikasi di pulau-pulau perbatasan dengan negara tetangga secara nyata dapat diwujudkan," lanjutnya.
![]() |
Dwi Suryo yang pernah menjabat sebagai Manajer Bidang SDM dan Umum PLN Wilayah Riau dan Kepri mengaku penambahan daya dan pembangkit terus dilakukan. Kini sudah ada PLTD sebesar 4.000 KW di tahun 2018 di Ranai, ibu kota kabupaten. Kemudian ada pula tambahan 5.000 KW di Pian Tengah serta 500 KW di Kelarek.
"PLN juga membuat ketiga sistem tadi yang tadinya terpisah jadi tersambung jadi sebuah sistem interkoneksi 20 kilo volt dengan lingkup jaringan 320 kilometer sirkuit. ternyata dari yang disiapkan PLN tidak disia-siakan, masyarakat telah memanfaatkannya," sambung Dwi Suryo.
Dia juga menjelaskan di PLTD Ranai telah dibangun sejak 1980-an. Dia menceritakan dulu kawasan PLTD sepi penduduk namun menjadi ramai karena hadirnya PLTD.
"Dulu PLTD pertama kita cikal bakalnya di sini dekat dari kantor, dulu karena adanya PLTD penduduk mendekat ke kantor PLN. Tumbuhnya beban pelanggan, PLN bangun PLTD baru di Pian Tengah jadi kebutuhan listrik bisa dipenuhi," jelas Dwi.
![]() |
Dia masih meyakini PLTD masih menjadi pilihan pembangkit terbaik untuk Natuna. Sebab, PLTD dinilai paling cepat dan mudah direlokasi.
"Kita ada rencana PLT Biogas di Pian Tengah agar bisa tumbuh ekonomi agar kita siapkan pembangunannya mendukung sistem biogas," lanjutnya.
Adapun profil PLN di Kabupaten, berdasarkan keterangan Dwi Ristiono, beban pelanggan tumbuh 1,5 megawatt selama setahun dengan rata-rata kenaikan pelanggan sebanyak 3.000 pelanggan yang sebagian besar merupakan pelanggan rumah tangga.
Kemajuan infrastruktur kelistrikan ini diapresiasi oleh Pemerintah Kabupaten Natuna. Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti mengatakan PLN telah berkontribusi ke banyak sektor untuk kabupaten yang lahir pada 1999 ini.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada PLN ya pada 2019 ini bulan Agustus kemarin sudah 100 persen untuk desa-desa," tegas dia.
Sebagai informasi, di Kabupaten Natuna sudah ada 18 PLTD yang terpasang di 18 kecamatan dengan daya total terpasang mencapai 26.392 KW serta beban puncak mencapai 9.999 KW. Sampai saat ini pelanggan ULP Natuna sebanyak 23.221 dengan kwh jual sebesar 34.620.715 kw. Dengan jumlah ini ULP Natuna rata-rata per bulan mencapai Rp 5.602.670.955.
Detikcom bersama PLN mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur listrik, perekonomian, pendidikan, pertahanan dan keamanan, hingga budaya serta pariwisata di beberapa wilayah terdepan.
Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!