Tudingan anti Islam dan benci ulama kerap ditujukan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Padahal, tudingan tersebut sama sekali tidak berdasar dan berkebalikan dengan kenyataan yang ada.
[Gambas:Youtube]
Jokowi menghadapi pelbagai tudingan miring tersebut dengan menunjukkan bahwa dirinya tidak anti Islam dan juga tidak membenci ulama. Hal tersebut terlihat dari berbagai kegiatan yang dijalankan selama menjabat, seperti kerap bertemu ulama baik dengan berkunjung ke pesantren-pesantren di tanah air maupun mengundang ulama ke Istana Negara.
Pada awal Februari 2019 misalnya, Jokowi berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Anwar Rembang, Jawa Tengah. Ponpes tersebut diasuh oleh ulama kharismatik KH. Maimun Zubair atau Mbah Moen, yang dikenal dekat dan akrab dengan presiden.
![]() Foto: dok Kerjo |
Hanya berselang beberapa hari, pada Kamis (7/2/2019), Jokowi mengundang sedikitnya 400 kiai dan habib yang berdomisili di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek) untuk hadir dalam acara silaturahmi di Istana Negara. Agenda bertemu ulama, dilanjutkan dua hari kemudian, pada Jumat (8/2/2019), Jokowi mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ittihad, Cianjur, Jawa Barat.
"Setiap bertemu dengan para ulama, hati saya selalu merasa tenang. Karena ulama selalu memberikan petunjuk-petunjuk dan nasihat kepada saya," kata Jokowi
Pertemuan Jokowi dengan ulama berlanjut pada 5 Maret 2019, diawali dengan mengundang 94 ulama dan tokoh masyarakat Aceh ke Istana Negara, Jakarta.
Pertemuan demi pertemuan Jokowi dengan ulama sejak awal Januari hingga awal Maret 2019, memperlihatkan bahwa tuduhan Jokowi anti Islam dan benci ulama tidaklah benar. Apa iya seseorang yang anti Islam dan benci ulama mau mengunjungi dan juga mengundang ulama? Tidak kan.
Di sisi lain pada berbagai kesempatan, Jokowi juga selalu mengutarakan keprihatinannya atas tuduhan tak berdasar yang dialamatkan kepadanya. Perilaku tidak bertanggung jawab beberapa oknum yang memainkan isu sensitif seputar agama untuk meraih kekuasaan, amatlah memprihatinkan.
Oleh karena itu, Jokowi menaruh harapan kepada para ulama dan tokoh agama untuk turut serta dan aktif dalam mencegah hoax dan fitnah. Tanpa peran para pemuka agama, pemerintah tentu akan kesulitan dalam menanggulangi penyebaran kabar yang ditujukan untuk memecah belah persatuan dan kerukunan di tengah keberagaman di Indonesia.
"Saya mengajak kepada para ulama untuk menyampaikan kepada masyarakat dan lingkungannya untuk merawat persatuan, kerukunan, dan ukhuwah (persaudaraan). Baik ukhuwah Islamiyah maupun wathoniah, sebagai saudara sebangsa dan setanah air," kata Jokowi.
Rakyat akan sejahtera karena memiliki ulama dan umaro (pemerintah) yang bersatu. Bersinergi dan bergandengan tangan, bersatu, agar negara terus maju dan rakyat semakin sejahtera. (-/-)