Tingkat pengangguran di Indonesia terus menurun dengan laju yang meyakinkan. Namun jika dilihat lebih rinci, pengangguran di kalangan tenaga terdidik makin hari malah makin bertambah banyak.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2013, dari tiap 100 pengangguran ada 25 orang di antaranya merupakan lulusan SD dan hanya 10 sarjana. Namun 5 tahun kemudian, komposisinya berubah. Dari tiap 100 pengangguran, 20 orang di antaranya adalah sarjana dan hanya 20 yang lulusan SD. Mengapa lulusan SD lebih mudah mendapat pekerjaan dibandingkan para sarjana?
"Mereka cenderung mau menerima bekerja apa saja," kata Kepala BPS, Suharyanto, dalam keterangan tertulis.
Sementara itu, para sarjana sering kali terkendala pada lowongan kerja yang tidak sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Ketidakcocokan antara kebutuhan industri dengan tenaga terdidik yang disediakan kampus sudah lama menjadi persoalan pelik.
Untuk menjembatani persoalan tersebut, pemerintah berencana membuka banyak sekali program vokasional (pelatihan keterampilan) di seluruh pelosok negeri. Program pelatihan ini dirancang khusus untuk meningkatkan keterampilan para pencari kerja, yakni para sarjana dan lulusan sekolah menengah yang belum bekerja maupun korban PHK.
Para pencari kerja ini akan dibekali Kartu Pra-Kerja dan dibebaskan memilih jenis keterampilan yang paling diminati dan dibutuhkan pasar. Dengan program ini, para penganggur bisa meningkatkan keterampilan atau bahkan mengubah keahlian dan menyesuaikannya dengan kebutuhan pasar.
Menurut Presiden Joko Widodo, tahun ini pemerintah menargetkan ada satu juta pencari kerja yang akan mendapatkan Kartu Pra-Kerja. Jumlah penerima manfaat Kartu Pra-Kerja akan terus ditingkatkan hingga tingkat pengangguran dari kalangan terdidik bisa terus dikurangi.
Ingin Gampang Dapat Kerja? Yuk, Tingkatkan Keterampilan
Selasa, 05 Mar 2019 00:00 WIB

Jakarta -
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini