Dilantik Jadi Sestama Basarnas, Dianta Bicara Filosofi Ikan Tuna & Hiu

Dilantik Jadi Sestama Basarnas, Dianta Bicara Filosofi Ikan Tuna & Hiu

Kabar Basarnas - detikNews
Senin, 29 Okt 2018 00:00 WIB
Sestama Basarnas Dianta Bangun (Foto: dok. Basarnas)
Jakarta -

Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsekal Muda TNI M. Syaugi melantik Dianta Bangun sebagai Sekretaris Utama (Sestama) Basarnas yang baru. Upacara pelantikan, penandatanganan integritas, dan serah terima jabatan dilgelar di Gedung Serbaguna Kantor Pusat Basarnas, Jakarta.

Dalam upacara pelantikan yang dihadiri oleh seluruh pejabat eselon 1, 2, 3, dan 4 di lingkungan Kantor Pusat Basarnas tersebut, Syaugi berharap Bangun mampu mengemban tugas-tugas yang diberikan dengan tetap memegang teguh filosofi profesionalitas, loyalitas, dan amankan.

"Harapan saya, Basarnas ke depan dapat lebih baik lagi. Sestama baru, semangatnya juga harus baru," ujar Kabasarnas Marsdya TNI M Syaugi, dalam keterangan tertulis, Jumat (26/10/2018).

Bangun, sapaan akrabnya, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Biro Umum. Ia masuk Basarnas angkatan 1991. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Kantor SAR Medan, Kepala Bagian Humas, Direktur Komunikasi, Kepala Biro Perencanaan, dan Kepala Biro Umum.

Usai pelantikan, Bangun bercerita dan mengungkapkan filosofi hiu-hiu kecil dan ikan tuna. Ia mengkisahkan ada seorang nelayan, menjaring ikan tuna di laut lepas. Ikan hasil tangkapannya itu ia masukan ke dalam sebuah bak besar di kapalnya dan berharap ikan tuna itu tetap hidup sampai kembali ke darat.

Pasalnya, lanjut Bangun, ikan yang masih hidup memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi dibanding yang mati. Namun, setiap kali sampai ke darat, tuna yang hidup tidak pernah lebih dari 20% saja. Nelayan itu berfikir keras, apa yang terjadi, mengapa, bagaimana solusinya? Rupanya, sang nelayan mulai memahami penyebab tuna-tuna itu mati. Tuna harus tetap bergerak aktif dan dinamis sehingga tubuhnya tidak statis, kaku, lalu mati. Sang nelayan kemudian berinisiatif menangkap hiu-hiu kecil, pemangsa ikan tuna. Hiu-hiu kecil itu ia masukan ke dalam bak kolam tuna hasil tangkapnya.

Bangun melanjutkan, predator kecil itu kemudian bergerak aktif, mengejar-ngejar tuna. Karena ingin bertahan hidup, ikan tuna pun bergerak aktif, tak mau dimangsa hiu kecil itu meskipun hiu itu tidak mungkin menelan tuna-tuna karena ukurannya jauh lebih kecil. Dengan terus menerus bergerak menghindari kejaran hiu kecil itu, ternyata tuna-tuna itu justru mampu bertahan hidup lebih lama. Sampai sang nelayan kembali ke darat, ia mendapati tuna yang hidup berbanding terbalik dengan tangkapan sebelumnya, yaitu 80% hidup. Berkat hiu-hiu kecil itu, sang nelayan dapat menjual tuna yang masih hidup dan segar sehingga mampu mendulang keuntungan yang lebih besar.

Dari cerita itu, Bangun menyampaikan bahwa kisah tadi adalah gambaran yang sering disampaikan Kabasarnas untuk memantik daya kreasi dan inovasi terhadap para pimpinan kepada bawahannya di lingkungan Basarnas sesuai dengan levelnya. Semua pimpinan harus mampu menjadi hiu-hiu kecil yang terus menerus mengejar dan memantik semangat kerja serta daya juang bawahannya. Hiu-hiu kecil itu harus bergerak secara masif, merasuk ke semua lini, sehingga seluruh personel bekerja sesuai dengan diskripsi tugas dan fungsinya.

Jika filosofi hiu kecil itu dapat diterapkan di seluruh lapisan kepemimpinan, menurut Bangun, semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan optimal. Tidak ada yang malas-malasan, membahas hal yang tidak penting, bergosip, atau sibuk dengan retorikanya masing-masing. Personel akan sibuk dengan kreatifitas, inovasi, dan hasil-hasil nyata dalam pekerjaannya. Mereka akan berfikir visioner.

Bangun mencontohkan, para Kepala Kantor SAR mendapat tugas penuh untuk mengatur manajemen di Kantor SAR. Jika ada permasalahan, ia dituntut untuk mampu menyelesaikannya. Jangan sampai, persoalan itu justru disalurkan atau dilempar ke pusat dengan berbagai dalih. Jika tidak mampu, berarti ada konsekuensinya. Yaitu, siap dicopot dari jabatannya.

Bangun juga mengatakan bahwa Kabasarnas selalu menekankan etos kerja yang dilaksanakan dengan cepat dan benar. Cepat jika tidak benar, jelas keliru. Benar jika tidak cepat, itu hanya normatif. Kesimpulannya, jika ingin meningkatkan kinerja, pekerjaan itu harus cepat dilaksanakan, diselesaikan, dan implementasinya harus benar sesuai dengan aturan yang berlaku atau tidak melenceng dari pedoman yang sudah digariskan.

Menurutnya, filosofi ini sangat pas, bahkan sebenarnya sudah lama diaplikasikan Basarnas dalam mengampu tugas pencarian, pertolongan, penyelamatan, dan evakuasi yang menjadi tugas Basarnas. Tidak bisa bekerja sendiri, tetapi menjadi siluet dari teamwork. Ia mengatakan tim yang solid akan mampu menjinjing beratnya beban tugas bersama-sama. Sebuah tim di mana terdapat hiu-hiu kecil yang bergerak dinamis dan mampu melecut tuna-tuna untuk terus bertahan hidup dan meningkatkan eksistensinya.

(adv/adv)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.