Jika mengikuti aktivitas kesehariannya, tak banyak orang mengira jika Amiruddin merupakan seorang pegawai bank. Dia tak selalu bekerja di belakang meja, berpakaian rapi, rambut klimis, atau berpenampilan umum pekerja bank lain. Meski berkantor BRI Unit Koya, sebagian besar waktunya dihabiskan di lapangan.
Dengan motor trail dari kantornya, pekerjaannya adalah berkeliling menawarkan akses permodalan kepada calon debitur dari kampung ke kampung di Distrik Muara Tami, kawasan perbatasan Indonesia-Papua Nugini (PNG). Medan sulit berupa pegunungan dan infrastruktur jalan yang belum memadai, membuat pekerjaannya bisa dibilang relatif cukup berat dibandingkan standar pegawai bank lain. Berangkat dari rumah saat hari masih gelap, tak jarang baginya bermalam di jalan kampung yang masih hutan.
"Pernah motor mogok di jalan sepi, kanan kiri hutan sudah gelap. Karena sering naik gunung datangi nasabah petani sirih atau pinang. Kadang sering ketemu preman di jalan, akhirnya mau tidak mau harus kasihkan rokok ke mereka supaya bisa lewat," ucap Amiruddin.
![]() |
Dikatakannya, meski jalan perbatasan saat ini sudah terbilang mulus, tetap saja kebanyakan nasabahnya berada di atas pegunungan. Jalanan kampung di perbatasan masih berupa tanah, sehingga menyulitkannya untuk bertemu dengan nasabah-nasabah Bank BRI.
Mengingat medan yang berat dan seringnya bolak-balik ke kantor, Amiruddin paling banter hanya bisa mengurus dua nasabah dalam sehari. Sebagai Mantri BRI, tugasnya tak hanya mencari nasabah untuk diberikan kredit, melainkan juga sebagai collector, juru survei, hingga menyediakan pembukaan rekening di Bank BRI.
Kendati begitu, Amiruddin mengaku kalau pekerjaannya tersebut saat ini sudah terbantu dengan keberadaan BRISPOT. Kehadiran platform BRISPOT sendiri sejak setahun terakhir semakin memudahkan pekerjaannya. Berkeliling di pedalaman kampung, dia hanya perlu membekali diri dengan smartphone untuk memproses pengajuan kredit mikro, sehingga nasabah tak perlu direpotkan datang ke kantor BRI terdekat.
![]() |
Bagi pekerja lapangan seperti dirinya, aplikasi ini relatif sangat membantu pekerjaan Mantri BRI. Setoran tunai, pinjaman kredit, hingga pengecekan kelaikan nasabah bisa langsung dieksekusi di tempat. Sebelum dibekali BRISPOT, Amiruddin direpotkan dengan bolak-balik dari tempat nasabah menuju kantor Unit BRI atau Teras BRI terdekat. Ini jelas sangat memakan waktunya, mengingat banyak tempat tinggal nasabahnya perlu berjam-jam berkendara motor ke kantor BRI terdekat di Koya yang jadi pusat dari Distrik Muara Tami.
"Kalau dengan BRISPOT, input data bisa dilakukan di tempat. Kalau dulu manual lama, harus ke kantor untuk kasihkan berkasnya, jadinya muter-muter dan memakan waktu lama. Kemudian di aplikasi juga sudah terkoneksi dengan BI checking, jadi kalau nasabah tidak layak dapat kredit dari riwayatnya, otomatis ditolak. Pada dasarnya ini mempercepat segala proses administrasi," jelas Amiruddin.
Menurut Amiruddin, hampir semua produk perbankan yang ada di kantor cabang saat ini bisa dilakukan seluruhnya di aplikasi smartphone tersebut. Tanpa diharuskan datang ke kantor cabang,BRISPOT sendiri bisa melayani pengajuan kredit antara lain Kredit Usaha Rakyat (KUR), KUR Mikro,Kupedes,Kupedes Rakyat,cashcoll,BrigunaKaryadanBriguna Karyawan.
![]() Amiruddin mengecek kondisi jembatan akses menuju nasabah (Dok. Detikcom) |
Kepala Unit BRI Koya, Subiar Abrham Patanduk, mengatakan BRISPOT membuat kerja Mantri BRI semakin dimudahkan. Cukup membawa smartphone, proses administrasi bisa dilakukan di tempat secara online sehingga tak perlu mendatangi kantor cabang BRI terdekat.
"Ini sifatnya mempermudah, tak ada lagi berkas, jadi ada efisiensi. Otomatis pekerjaan jadi lebih produktif karena pemprosesan nasabah bisa sangat cepat. Tinggal masukan data di BRISPOT, administrasi selesai," ungkapnya.
Dia menuturkan, meski administrasi dilakukan di lapangan, pemrosesan pengajuan kredit nasabah tetap dilakukan di kantor BRI Unit. Mantri sendiri tetap berfungsi sebagai penilai atas kelaikan nasabah, termasuk memberikan rekomendasi pinjaman bagi nasabah, khususnya pelaku usaha UMKM. Setelah penggunaan BRISPOT, waktu pengajuan hingga pencairan kredit hanya membutuhkan waktu 1-2 hari, dari sebelumnya yang bisa sampai satu minggu.
![]() |
Abrham menjelaskan, sejauh penerapan BRISPOT dalam setahun terakhir, telah mendorong peningkatan jumlah nasabah maupun volume kredit yang disalurkan di wilayah kerjanya di kawasan perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
"Sistem di BRISPOT terkoneksi dengan BI checking. Ketika dia menginput data dari KTP, kalau riwayat kreditnya buruk, otomatis langsung te-reject. Dulu pengajuan kredit sampai pencairan seminggu, sekarang lewat BRI Spot paling lambat 2 hari saja. Kalau dulu Mantri cari nasabah sehari hanya 2 nasabah, sekarang seharian bisa 6 orang. Karena pekerjaannya bisa semakin cepat dan efisien," pungkas Abrham.