Demi menjaga perdamaian bangsa Indonesia, Gerakan Nasional Revolusi Mental bekerja sama dengan Paritas Institut menggelar Lokakarya Penggerak Perdamaian. Lokakarya ini menyasar pemuda lintas iman di berbagai daerah.
Direktur Paritas Institut, Pdt. Penrad Siagian, mengungkapkan situasi masyarakat saat ini cenderung muncul keintoleran terhadap perbedaan. Hal tersebut mendorong kesadaran bahwa Lokakarya Penggerak Perdamaian perlu digelar.
"Alumni dari kegiatan diharapkan menjadi penjaga perdamaian di masing-masing daerahnya," ujar Pdt. Penrad Siagian dalam keterangan tertulisnya.
Pemilihan kota-kota ini didasari atas riset Paritas Institut mengenai kemajemukan masyarakat yang ada dalam kota tersebut dan potensi konflik yang bisa terjadi.
Melalui lokakarya ini, para pemuda diberikan pembekalan mengenai Gerakan Nasional Revolusi Mental seperti menjaga kebersatuan di tengah keberagaman, pengukuran kadar intolerasi, serta pembentukan komunitas sebagai agen perubahan.
Lokakarya Penggerak Perdamaian di Purwekerto (Foto: dok. Kemenko PMK) |
Anggota Gugus Tugas Nasional Gerakan Nasional Revolusi Mental Kemenko PMK, Dr. Rumadi, M.Ag., yang turut hadir dalam lokakarya ini mengungkapkan bangsa Indonesia kuat bukan karena kita semua sama, melainkan keberagaman yang dimiliki.
Rumadi berharap agar semangat membangun persatuan terus digalang oleh pemuda lintas iman tanpa rasa kecurigaan.
"Pemuda merupakan aktor penting dalam penggerak perdamaian di Indonesia dan hendaknya keimanan menjadi spirit bersama yang bisa mempertemukan satu sama lain," katanya.
Selain itu, peserta lokakarya yang tinggal bersama di Pura Pedaleman Giri Kendeng, Banyumas, akan melakukan aksi nyata membersihkan tempat ibadah bersama-sama dan melakukan kunjungan ke beberapa tempat ibadah lainnya.
Baca berita lainnya dari Kemenko PMK di sini.












































Lokakarya Penggerak Perdamaian di Purwekerto (Foto: dok. Kemenko PMK)