Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) melaksanakan latihan simulasi table-top bersama Pemerintah Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan Perdagangan Australia (DFAT). Simulasi itu dilakukan dalam rangka menghadapi keadaan darurat penyakit zoonosis,melalui pendekatan one health di Medan.
Di samping itu, simulasi table-top bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Indonesia dalam mencegah, mendeteksi, dan mengatasi wabah Penyakit Infeksi Emerging (PIE) melalui peningkatan koordinasi multisektoral. Hal tersebut sesuai dengan pedoman koordinasi pendekatan one health yang diluncurkan pada Februari 2018 lalu.
"Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana nonalam berupa wabah penyakit, khususnya penyakit infeksi emerging dan zoonosis menggunakan buku Pedoman Koordinasi Lintas Sektor yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu di Yogyakarta," jelas Asisten Deputi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenko PMK Naalih Kelsum dalam keterangan tertulis, Selasa (24/7/2018).
"Merupakan suatu kehormatan bagi Pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan pedoman koordinasi pendekatan one health yang akan memastikan bahwa mekanisme koordinasi yang dibutuhkan saat terjadinya wabah bersifat transparan dan dapat ditindaklanjuti," kata Deputi Konsul Kedutaan Besar Amerika Serikat di Medan, Jessica Panchatha.
Seperti diketahui, Indonesia adalah salah satu negara yang rentan terhadap ancaman PIE dan zoonosis. Hal ini disebabkan posisi Indonesia yang terletak di wilayah rawan akibat iklim, keanekaragaman hayati, tingginya interaksi antara manusia dan satwa liar, juga besarnya jumlah penduduk dan turis yang melakukan perjalanan baik domestik maupun internasional.
Sebagai contoh, Indonesia merupakan daerah endemik untuk flu burung dan daerah persinggahan burung migrasi, sehingga pada periode 2003-2012 Indonesia menjadi negara yang paling parah terdampak virus flu burung dengan 200 kasus, 167 orang di antaranya meninggal dunia. Selain itu, 15 provinsi dan 58 kabupaten/kota terdampak dengan kerugian finansial mencapai 3,87 triliun rupiah.
Kemenko PMK menunjuk Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sebagai lokasi pelaksanaan simulasi kesiapsiagaan, mengingat pada 2006 Kabupaten Tanah Karo menjadi kluster kasus flu burung pertama dan terbesar di Indonesia.
Selain itu, Sumut memiliki dua taman nasional, yaitu; Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG). Keduanya merupakan rumah yang menaungi keanekaragaman hayati di Indonesia baik flora maupun fauna. Lalu, Sumut juga memiliki posisi yang strategis karena berada di jalur pelayaran Selat Malaka sehingga berpeluang menjadi hub perdagangan internasional di Kawasan Asia Tenggara.
"Latihan simulasi ini sangat berguna bagi jajaran aparat, pemerintahan provinsi dan kabupaten, berikut pemangku kepentingan lain untuk dapat mempraktekan pedoman koordinasi tersebut, sekaligus menyesuaikan dengan kondisi di wilayah masing-masing," ungkap Sekretaris Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, R. Sabrina.
Selain menyusun pedoman koordinasi sejak 2016, Kemenko PMK juga menyusun dan melaksanakan program pencegahan, deteksi, dan kesiapsiagaan atas potensi wabah penyakit zoonosis dan PIE.
Serangkaian kajian dan diskusi untuk memastikan program tersebut sejalan dengan kebijakan, strategi, dan prioritas, serta didukung dengan peraturan dan perundang-undangan yang ada. Seperti misalnya, pengesahan Undang-Undang Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007, yang menetapkan wabah penyakit sebagai salah satu bencana nonalam yang perlu dikelola potensi ancamannya. (adv/adv)











































