Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo mengungkapkan porsi sumbangan Jawa Tengah mencapai 11,6% dari PDB nasional.
"Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian Jawa Tengah juga tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian nasional yang tumbuh stabil, yaitu di kisaran 5%. Pada tahun 2017, angka pertumbuhan tercatat 5,27%," ujar Hamid dalam keterangannya.
Ia mengungkapkan hal tersebut saat acara Diseminasi Laporan Perekonomian Indonesia 2017 di Ruang Lokapala, Rabu (25/4/2018). Hamid juga memaparkan ekspor Jawa Tengah pada 2017 meningkat dari tahun sebelumnya, yakni mengalami pertumbuhan sebesar 12,55%. Pertumbuhan ini terjadi karena adanya pemulihan ekonomi global, khususnya di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China.
"Dari sisi investasi, ekonomi Jawa Tengah terdorong peningkatan investasi di bidang infrastruktur dengan pertumbuhan sebesar 7,5%, lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 5,9%. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari upaya koordinasi pemerintah, otoritas terkait, pelaku usaha dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menjaga perkonomian di Jawa Tengah agar tumbuh berkelanjutan, seimbang, dan inklusif," jelasnya.
Sementara itu, Plt Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko mengatakan inflasi pada 2017 sebesar 3,17% masih terkendali. Inflasi tersebut masih berada pada kisaran yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni 4+-1 persen.
"Kita bersyukur Jawa Tengah pertumbuhan ekonominya cukup mapan berkisar 5% lebih. Inflasi juga cukup rendah terutama tahun 2017. Mudah-mudahan ini bisa berlanjut pada tahun 2018 dan tahun mendatang," kata mantan Bupati Purbalingga ini.
Ia menegaskan Pemprov Jateng hingga kini tetap fokus untuk menekan angka kemiskinan. Meskipun data BPS menunjukkan pengurangan penduduk miskin di Jawa Tengah periode September 2016-Maret 2017 menempati posisi pertama secara nasional, yaitu sebanyak 43.030 orang.
Menurutnya, Jateng belum sepenuhnya mampu menyerap tenaga kerja lokal. Walaupun kini investasi di Jateng terus tumbuh dan lapangan kerja bertambah. Pasalnya, ada sekitar 60% tenaga kerja lulusan SD dan SMP dengan keterampilan terbatas. Maka pihaknya berupaya meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, baik formal maupun informal.
"Saya ambil contoh pabrik sepatu yang ada di Salatiga dan Mayong Jepara. Dua pabrik itu masing-masing membutuhkan tenaga kerja 8.000 dan 7.000 pekerja. Lulusan SMK tata busana yang paling mereka sukai karena yang dibutuhkan adalah keterampilan menjahit. Maka pendidikan, termasuk pendidikan vokasi formal maupun nonformal, menjadi prioritas kami," ujarnya.
![]() |
Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng menjelaskan secara umum pertumbuhan ekonomi nasional pada 2017 menunjukkan tren positif karena didukung oleh tiga momentum. Momentum pertama adalah membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia yang pada 2017 tumbuh 3,7%.
Pertumbuhan tersebut lebih baik dari tahun sebelumnya dan ditopang oleh negara Amerika Serikat, Jepang, China, dan negara interchange market. Perbaikan ekonomi global kemudian mendorong volume pertumbuhan ekonomi.
"Momentum kedua berkaitan dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terus terjaga sebagai buah dari hasil kebijakan sisi makro yang cukup prudence dan konsisten. Stabilitas makroekonomi yang semakin kuat tercermin dari inflasi yang rendah pada kisaran tahun lalu, yaitu 3,61%. Sementara itu, transaksi berjalan juga terjaga dan sehat, yakni di bawah 3% dari PDB. Kinerja perbankan secara umum juga cukup baik," jelasnya.
Momentum ketiga adalah membaiknya keyakinan makroekonomi terhadap perekonomian di Indonesia. Dari sisi domestik misalnya, perbaikan keyakinan tersebut tercermin pada investasi korporasi melalui belanja modal yang mulai meningkat, terutama pada semester kedua 2017.
Sugeng turut memprediksi perekonomian Indonesia mendatang akan semakin membaik karena didukung oleh faktor global dan domestik yang kondusif. Pertumbuhan ekonomi pada 2018 diperkirakan meningkat pada kisaran 5,1% hingga 5,5%, terutama ditopang oleh permintaan domestik. Sementara itu, investasi swasta meningkat seiring keyakinan pelaku usaha.
"Di sisi konsumsi, kita lihat konsumsi swasta membaik didukung dengan daya beli yang terjaga, stimulus fiskal. Adanya momen pilkada juga memberikan additional growth dan peningkatan pendapatan masyarakat," bebernya.
Pihaknya juga memprediksi inflasi niaga masih berada dalam kisaran sasaran. Pada 2018, sasaran inflasi lebih rendah menjadi 3,5 persen +- 1 persen. Sektor keuangan dan sektor eksternal juga diperkirakan semakin membaik seiring pertumbuhan kredit perbankan. Dari sisi eksternal, defisit transaksi berjalan diyakini masih dalam batas aman, yaitu 2% sampai dengan 2,5%.
"Dalam jangka menengah, seiring meningkatnya produktivitas perekonomian sebagai hasil dari reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi diperkirakan terus meningkat hingga mencapai 5,8 sampai 6,2% pada tahun 2022. Sementara itu, inflasi diperkirakan masih terkendali dalam kisaran 3%," katanya.
(adv/adv)