PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk melakukan syuting sejarah Jamu Tolak Angin di kawasan cagar budaya/heritage di Kotagede Yogyakarta, Sabtu (27/5/2017). Lokasi pengambilan gambar berada di salah satu kampung di Desa Jagalan, Kecamatan Bangun tapan, tepatnya sebelah barat sekitar 200 meter dari kompleks makam Kotagede.
Rumah kuno atau bangunan heritage yang digunakan untuk pengambilan gambar itu milik keluarga Bambang. Warga sekitar menyebutnya Bambang Kutut, karena dia dulu senang memelihara burung perkutut.
Rumah tersebut adalah rumah kuno buatan Belanda yang dibangun sekitar tahun 1930. Bangunan tembok masih asli, bahkan kusen dan jendela juga masih asli dengan kayu jati yang besar-besar. Demikian pula dengan lantainya. Secara keseluruhan hampir semuanya masih asli, tidak ada perubahan.
Dan beberapa ruangan lain digunakan untuk pengambilan gambar saat proses pembuatan atau meramu jamu. Berbagai rempah-rempah yang sudah dikeringkan seperti jahe, adas, kayu ules, daun mint, dan daun cengkeh diletakkan dalam wadah-wadah yang siap diracik. Aroma rempah-rempah pun tercium di tempat itu.
Direktur PT Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat di sela-sela pengambilan gambar mengatakan bahwa dipilihnya rumah di Kotagede sebagai tempat syuting, karena bangunannya hampir sama dengan rumah neneknya dulu saat mengawali usaha jamu di Yogyakarta pada tahun 1940.
"Rumah ini persis seperti rumah nenek saya di kampung Ketandan di sebelah utara Pasar Beringharjo Yogyakarta. Kalau ambil gambar di sana sekarang terlalu ramai dan bising," ungkap Irwan.
![]() |
"Sebelum tahun 1951 masih jamu godokan, setelah tahun 1951 menjadi jamu serbuk," papar Irwan.
Menurut Irwan, pembuatan iklan ini merupakan rangkaian cerita sejarah panjang Jamu Tolak Angin. Formula dari neneknya Ny. Rakhmat Sulistio sampai sekarang tidak berubah. Neneknyalah yang membuat formulasi pertama resep jamu tersebut.
"Persis formulanya, tidak ada yang berubah. Keluarga yang pegang resep sampai sekarang tetap sama," katanya.
Dengan adanya iklan ini, masyarakat bisa melihat mengenai sejarah panjang Jamu Tolak Angin dan pabrik jamu Sido Muncul yang diawali dari industri rumahan dan bisa bertahan sampai sekarang menjadi perusahaan terbuka.
![]() |
Dia menambahkan bahan-bahan pembuatan jamu adalah rempah-rempah dalam negeri yang ada di Indonesia. Selain itu tidak ada yang berubah soal resep dari dulu hingga sekarang.
"Dulu tahun 1940-an, adalah jamu dalam bentuk godokan, kemudian tahun 1951 mulai berbentuk serbuk dan pada tahun 1990-an dibuatlah produk jamu Tolak Angin Cair," katanya.
Irwan juga menunjukkan salah satu kemasan jamu serbuk Sido Muncul yang bergambar dirinya bersama neneknya Ibu Rakhmat Sulistio. Foto tersebut diambil di Yogyakarta di daerah Tugu Kulon, yang sekarang dikenal sebagai Jl Diponegoro.
Dia menambahkan iklan ini akan dibuat dalam dua bahasa yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tujuannya agar masyarakat dunia mengetahui bahwa di Indonesia itu ada produk kearifan lokal yakni jamu.
"Cita-cita saya, jamu Tolak Angin ini bisa dijual di banyak negara," katanya.
![]() |
Pesannya bahwa produk jamu Tolak Angin tidak berubah sejak generasi pertama hingga sekarang ini. Resep yang diwariskan keluarga juga tidak berubah.
"Kami akan terus berinovasi dan iklan ini bertujuan agar orang tahu sejarah jamu Tolak Angin dari dulu hingga sekarang sudah teruji secara ilmiah hingga menjadi Obat Herbal Terstandar untuk masuk angin yang mendapat sertifikat OHT dari Badan POM RI pada tahun 2007," kata Ria panggilan akrabnya itu. (adv/adv)