Gerakan pemberdayaan masyakat menjadi harapan agar Indonesia terus bergerak maju. Menyadari hal itu, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) telah menggalakkan program Community Development (pemberdayaan masyarakat).
Program ini merupakan bentuk kepedulian sosial RAPP terhadap masyarakat di tempatnya beroperasi. Keberhasilan program ini terlihat dari membaiknya ekonomi masyarakat, salah satunya petani cabai, Indra Irawan (32).
Bangga dengan hasil kerja kerasnya, petani asal Kerinci Kanan, Siak, Riau tersebut yakin bahwa petani juga bisa naik kelas menjadi petani berdasi. Bergabung sejak 2013 dalam Integrated Farming System (IFS) binaan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
Dengan bangga kini dia mengenalkan dirinya sebagai petani berdasi yang sukses. "Dari 20 orang, petani-petani saya sudah berubah semua. Sekarang panen sudah pada bisa beli mobil semua. ke depan pengen jadi juragan sayur saja," tutur dia saat berbincang di Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu(BPPUT) PT RAPP, Pangkalan Kerinci, Riau, Selasa (17/5/2017).
Hal itu juga tak lepas dari pelatihan yang diberikan oleh PT RAPP. Para petani diajarkan cara tepat menanam hortikultura, melihat musim, managemen tanam, pemupukan langsung dari ahlinya serta pembukuan.
"Dulu dibantu Rp 24 juta bernilai barang. Di 2015 dibantu 12 juta," tambah bapak dua anak ini.
Sebelumnya, pria tamatan SMA tersebut bekerja sebagai kontraktor pelabuhan dan bertani sebagai sampingan. Namun ternyata pendapatannya bertani semakin lama lebih besar dari penghasilannya bekerja di pelabuhan. Tak mau tanggung-tanggung, Indra langsung banting stir menjadi petani.
"Pelabuhan sudah ditentukan rata-rata Rp 2,5 juta per bulan. Sekarang menjadi petani bisa sampai 4-5 juta,"tutur dia.
Beli Rumah dari Usaha Batik Andalan
Kesuksesan dari binaan RAPP juga dirasakan pebatik Rumah Andalan, Ni'mah (40), yang sudah 2 tahun bergabung. Dulunya Ni'mah hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang kadang-kadang ikut membantu suaminya di perkebunan sawit.
"Penghasilan suami Rp 1,5 per bulan kadang ada tambahan. Tapi Allhamdulillah sekarang saya sudah dapat Rp 2 juta per bulan dari batik," ucap Ni'mah penuh syukur.
![]() |
Ni'mah merasa perjuangannya belajar dari nol tak sia-sia. Niat dan kemauan jadi modal utama. "Saya pernah jalan kaki sini karena bapaknya enggak antar. Rumah saya sekitar 6 kilo dari sini. Walau enggak ada pesanan saya tetap masuk setiap hari," tutur ibu beranak empat ini.
Dari membatik, Ni'mah sudah mampu membeli rumah tipe 36. Bahkan telah memiliki 2 motor. "Kalau saya enggak membatik mungkin anak saya putus sekolah. Mudah-mudahan nanti bisa umroh," ujar dia.
Pesatnya perkembangan ekonomi di Pelalawan, Riau telah menarik banyak pendatang, seperti halnya Ni'mah dan keluargnya yang sudah 15 tahun merantau di Bumi Lancang Kuning itu. Namun, tidak semua pendatang mampu membeli rumah karena mereka harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dapat memiliki rumah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi wanita asal Jawa Tengah itu sebagai buah kerja kerasnya.
Meski rajin mengikut beragam pameran dan pelatihan, Ni'mah ingin mengembangkan ilmu membatiknya hingga ke Pekalongan, Jawa Tengah.
Sebagai informasi, sejak dua dekade lalu RAPP yang menjadi bagian dari APRIL Group membentuk program Community Development untuk memperbaiki tingkat hidup masyarakat. Berbagai cara dilakukan APRIL Group seperti program pengembangan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.