Wayang Listrik: Memadukan Wayang dan Teknologi

Wayang Listrik: Memadukan Wayang dan Teknologi

adv - detikNews
Minggu, 01 Jan 2017 00:00 WIB
Jakarta - Apa jadinya jika pertunjukan wayang dibawakan dengan tidak biasa. Bukan dengan wayang kulit, wayang golek, atau wayang orang, melainkan dengan wayang listrik? Ya, seorang seniman asal Desa Bona, Bali, I Made Sidia menyuguhkan inovasi baru dari kesenian wayang yang begitu atraktif lantaran memadukan perwayangan dengan teknologi, namun tetap mempertahankan nilai filosofis dari wayang itu sendiri.

Bertempat di Museum Nasional pada November lalu, Made membawakan cerita epik Ramayana dalam pagelaran "Wayang for Student" yang dihelat oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA). "Cerita Ramayana ini abadi. Di dalamnya terkandung banyak pesan yang berbeda dari cerita cinta kebanyakan. Terpenting, lewat cerita ini dan wayang yang kita saksikan, kita bisa lebih dapat merasakan ini mewakili realita bahwa kebenaran harus selalu mampu unggul dibandingkan kejahatan agar kebenaran tak hancur dibutuhkan perjuangan keras," kata Made di depan para pelajar.

Jika pertunjukan wayang tradisi memakai blencong atau lampu kuno yang dinyalakan dengan minyak kelapa untuk memproyeksikan wayang ke layar, maka di karya kontemporer ini Made menggunakan proyektor yang dioperasikan oleh laptop. Pemakaian laptop memberikan gambar dan visual effect yang lebih jelas sebagai latar dalam pertunjukkan, seperti menampilkan gambar-gambar yang berbeda, dari hutan, gunung, candi, dan lainnya.

Kreativitas Made tidak hanya sampai di situ. Alih-alih menggunakan bahan wayang yang mahal. Ia memilih memanfaatkan kaca mika, kardus, busa tebal, dan sterofoam sebagai bahan wayangnya. Bahan kardus, busa tebal, dan sterofoam ia bentuk menjadi wayang. Adapun kaca mika ia jadikan media untuk melukis sosok wayang. Di dalam pertunjukan, wayang-wayang dimainkan di belakang layar dalam cahaya pantulan proyektor.
Wayang Listrik: Memadukan Wayang dan Teknologi
Pementasan wayang Listrik tidak hanya didalangi oleh satu orang, melainkan beberapa dalang. Untuk memudahkan gerak, para dalang berinovasi lagi dengan skateboard alias papan seluncur. Dengan menggunakan papan seluncur, dalang-dalang ini menjadi lebih lincah dan efektif beraksi.

Pagelaran "Wayang for Student" disambut baik oleh para pelajar yang hadir saat itu. Sebanyak 600 pelajar dari 6 SMP dan 6 SMU wilayah Jakarta dan sekitarnya terpukau serta antusias dengan wayang listrik Made. "Asyik banget, awalnya kita para remaja mungkin bingung karena pertunjukan wayang kan kuno dan enggak keren. Dulu pas pulang kampung, aku pernah diajak nonton wayang karena pakai bahasa daerah jadi aku kurang begitu mengerti, tapi pas kita datang ke Wayang for Student, kita lebih mengerti karena pertunjukannya pakai bahasa Indonesia dan tadi juga ada yang disisipi Bahasa Inggris. Menurutku, acara ini keren, kita jadi tahu cerita tentang Rama dan Sinta dan juga tahu tentang wayang," ujar Ancila Sekar, pelajar kelas XI SMK Strada Budi Luhur.

"Wayang for Student" merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Bakti BCA bidang budaya yang berada di bawah payung program "BCA untuk Wayang Indonesia". Acara ini diselenggarakan untuk mengedukasi sekaligus memperkenalkan wayang sebagai salah satu budaya Indonesia yang diakui oleh UNESCO kepada generasi muda Indonesia. Dalam kegiatan yang mengusung tema Wayang in The City ini, BCA menghadirkan pertunjukan wayang, yakni Pentas Wayang Golek oleh Adi Konthea dari Sunda dan Pentas Wayang Listrik dengan dalang I Made Sidia dari Bali.

"Kami melihat, saat ini keterlibatan generasi muda dalam budaya wayang dan frekuensi pagelaran wayang masih minim sehingga membuat wayang kurang berdaya dalam merebut ruang dan perhatian anak-anak muda Indonesia. Kehadiran "Wayang for Student" diharapkan dapat terus mendorong generasi muda Indonesia untuk lebih mengenal, mencintai, dan tergerak untuk melestarikan budaya bangsa yang telah diakui dunia ini," ungkap Direktur BCA Suwignyo Budiman.

Selain itu, BCA juga mengadakan kontes video blog (vlog), BCA mengajak para pelajar membuat vlog berdurasi 1 menit dengan tema wayang Indonesia. Sebelumnya, BCA telah mengadakan pertunjukan wayang serupa selama lima hari dengan mengajak 3.000 pelajar SMP dan SMU di Semarang pada September 2016.

Pada tahun 2015, BCA juga menggelar pagelaran "Wayang in Town – Journey in A Thousan Years" di Galeri Indonesia Kaya yang dihadiri 600 pelajar yang berasal dari 20 SMP dan SMU di Jakarta dan Tangerang. Di tahun yang sama, BCA juga mengadakan "FUN-tastic Wayang at School" di SMP Pangudi Luhur Domenico Savio, SMP Negeri 18 Semarang, SMP Kanisius St. Yoris, dan menjangkau sebanyak 1.550 pelajar. BCA juga pernah mengadakan kegiatan sejenis kepada pelajar SD sampai SMA di Ubud, Bali pada 2014. (adv/adv)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.