Quotes: Jahja Setiaatmadja

Quotes: Jahja Setiaatmadja

Advertorial - detikNews
Senin, 07 Nov 2016 00:00 WIB
Jakarta -

"Orang-orang kreatif yang bisa sukses memiliki sifat dasar seperti tidak terpaku dengan pakem yang ada, memiliki ide dan cara berpikir di luar kelaziman atau think out of the box, dan juga menciptakan kreatifitas yang memiliki value," Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

Kata-kata tersebut terucap dari mulut Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dalam acara Kafe BCA 3 dengan tema "OK (Orang Kreatif): Generasi Baru Kekuatan Ekonomi Indonesia". Jahja berharap ke depannya akan muncul banyak orang-orang kreatif di Indonesia.

Saat ini, sektor ekonomi mampu menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia. Ekonomi kreatif telah tumbuh 5,76 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan sebesar 5 persen. Sektor ekonomi kreatif bahkan memiliki nilai tambah sebesar Rp 641,8 triliun atau setara 7 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional.

Jahja telah menjadi Presiden Direktur BCA sejak tahun 2011 sampai saat ini, setelah sebelumnya diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur BCA pada tahun 2005. Perjalanan karir tersebut ia lalui tidak dengan mudah. Namun, rintisan karir dari pegawai biasa hingga menjadi CEO, dinikmati oleh Jahja.

Loyalitas Jahja kepada bank swasta terbesar di Indonesia ini, sangat tinggi. Tercermin dari karirnya selama 21 tahun sebelum diangkat menjadi CEO. Jahja bahkan bisa bekerja selama 12 jam dalam sehari. Berdasarkan buku mengenai Jahja Setiaatmadja berjudul 'Sang Dirigen', yang ditulis oleh Sumarsono, Jahja lahir pada tahun 1955, dengan nama Tio Sie Kian.

Pria berkacamata ini merupakan anak satu-satunya dari pasangan Tio Keng Soen dan Tan Giok Kiem. Pada usia 11 tahun, Tio Sie Kian mengubah namanya dengan hasil pilihannya sendiri menjadi Jahja Setiaatmadja yang berarti 'Jahja putra yang setia'. Jahja lahir dari keluarga yang sangat sederhana, di mana ayahnya bekerja sebagai kasir di Bank Indonesia.

Jahja sudah menggunakan kacamata sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) kelas 4, akibat kebiasaannya membaca buku dengan jarak baca yang salah atau karena kurang cahaya. Semasa di SD dan SMP, Jahja sangat aktif di acara keagamaan. Selain itu, Jahja juga aktif berolahraga seperi karate, ping-pong, dan voli.

Lulus SMA, Jahja ingin mengambil jurusan kedokteran. Namun keinginan tersebut diurungkan karena keterbatasan finansial yang dihadapi oleh si ayah. Begitu pula dengan jurusan teknik yang diminatinya. Sang ayah menyarankan Jahja untuk mengambil kuliah di jurusan ekonomi karena lebih terjangkau.

Jahja pun menurutinya dan kemudian bermaksud berkuliah di perguruan tinggi swasta di Jakarta seperti Trisakti atau Universitas Tarumanegara, karena kedua kampus tersebut populer di saat itu. Lagi-lagi, karena keterbatasan keuangan, akhirnya Jahja memilih berkuliah di Universitas Indonesia dan berhasil menembusnya.

Selama masa kuliah akuntansi di UI sejak tahun 1974, Jahja berhasil menyelesaikan masa kuliah lebih cepat yakni 4,5 tahun dari waktu normal 5 tahun. Adanya NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus / Badan Koordinasi Kemahasiswaa) dimanfaatkan Jahja dengan mengambil seluruh mata kuliah tingkat V hanya dalam waktu 6 bulan.

Lulus kuliah, Jahja sempat bekerja sebagai junior accountant di Pricewaterhouse. Meski hanya digaji Rp 60.000 per bulan, Jahja menunjukkan ketekunannya dalam bekerja. Ia tidak pernah menolak jika diberikan pekerjaan tambahan dan tidak pernah mengeluh. Untuk menambah penghasilan, Jahja tidak ragu untuk sambilan menyewakan kaset video milik rekannya.

Tanpa diduga, kegiatan menyewakan video ini mempertemukan Jahja dengan Rudy Capelle (alm), Direktur dari PT Kalbe Farma pada saat itu. Setelah satu tahun di Pricewaterhouse, Jahja pindah ke Kalbe Farma. Di perusahaan tersebut, karirnya terus menanjak sampai menjadi senior manager atau chief accountant.

Posisi direktur keuangan telah diraih Jahja pada tahun 1988 di usia 33 tahun. Jahja berikutnya menerima tawaran dari Indomobil untuk menjabat direktur keuangan di perusahaan otomotif Grup Salim tersebut di bulan September 1989. Berada di grup Salim, membawanya kemudian menerima tawaran menjadi Wakil Kepala Divisi Keuangan di BCA.

Sejak Oktober 1990, Jahja berlabuh di BCA, meski turun posisi dulu sebagai wakil kepala divisi. Meski turun dari posisi direktur menjadi wakil kepala divisi, fasilitas yang diperolehnya tidak kalah mentereng.Jahja mengatakan bahwa ini proses 'mundur untuk bisa lebih maju lagi'. Setelah itu, karirnya setapak demi setapak naik terus.

Ketika sudah pindah ke BCA pun, Jahja sempat dijanjikan akan mendapat promosi dalam setahun. Namun, kenyataannya berlawanan. "Hingga tahun ketiga, promosi itu tak kunjung datang. Akhirnya, saya tetap kerja semaksimal mungkin, saya tunjukkan kemampuan saya, dan kabar baik pun akhirnya datang juga," kata Jahja.

Jahja akhirnya menjadi Kepala Divisi Treasury pada 1996 dan pada 1999 diangkat menjadi Direktur BCA. Pada tahun 2005, Jahja diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur BCA dan akhirnya menjadi Presiden Direktur BCA pada tahun 2011 sampai dengan sekarang. "Pelajarannya, jangan kita cepat pupus asa. Tunjukkan performa, prestasi, kerja sama yang baik, dan tidak menolak pekerjaan," ucap Jahja.

Selama masa kepemimpinan Jahja, sangat banyak kemajuan dan prestasi yang diraih BCA seperti menjadi
bank swasta dengan aset dan laba terbesar. Tidak hanya itu, Jahja juga dianugerahi berbagai penghargaan personal seperti CEO of The Year dan Top Admired CEO.

Saran mengenai artikel ini bisa diemail ke prioritas_bca@bca.co.id

(adv/adv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.