"Jika bukan saya, siapa lagi yang akan meneruskan usaha Papa," ujar Rizka Sari Yuliani (25), ketika ditanya mengenai alasannya bersedia meneruskan usaha sang ayah. Kalimat tersebut mungkin terdengar klise bagi mereka yang sudah seringkali membaca kisah pengusaha muda penerus usaha orang tua. Namun bagi Rizka, kalimat tersebut tulus terlontar dari hatinya yang begitu menghargai usaha sang ayah.
Rizka adalah anak pertama dari dua bersaudara. Zainuddin, ayahnya adalah Direktur Utama perusahaan pemegang franchise jasa ekspedisi TIKI Bekasi. Saat ini TIKI Bekasi menaungi dua kantor operasional yang terletak di Harapan Indah Bekasi dan Cikarang. Ada kurang lebih 160 agen TIKI yang berlokasi di Bekasi hingga Cikarang yang beroperasi di bawahnya. Bisa dikatakan semua urusan kirim-mengirim paket warga Bekasi diurusi oleh TIKI Bekasi.
"Adik saya saat ini sedang kuliah di Amerika Serikat, dan setelah lulus sudah siap direkrut oleh salah satu perusahaan di Amerika. Jadi saya pikir, siapa lagi yang akan meneruskan bisnis ini jika bukan saya? Sayang jika usaha Papa jatuh ke tangan orang lain. Lagipula saya sadar, saya bisa sekolah tinggi, apa yang saya makan, apa yang ada di diri saya ini adalah berkat dari hasil usaha Papa di TIKI," ungkapnya.
Zainuddin adalah mantan karyawan TIKI Jakarta. Ia mengundurkan diri di usia 43 tahun dan memutuskan membeli franchise TIKI untuk membuka cabang utama di Bekasi. Posisi terakhirnya adalah Kepala Koordinator Cabang. Setelah usaha berkembang, TIKI Bekasi pindah kantor ke sebelah SD Bani Saleh, Jl. Kartini Raya, Bekasi Timur. Kemudian sekitar tahun 2007, TIKI Bekasi baru berkantor di gedung yang saat ini ditempati.
Rizka menyaksikan sendiri bagaimana sang ayah memulai bisnis dari nol, merintis TIKI Bekasi hingga menjadi sebesar sekarang sejak ia masih duduk di sekolah dasar. Ini yang menjadi alasan mengapa Rizka dengan sepenuh hati ingin membantu usaha sang ayah.
Usai menyelesaikan S1 jurusan Public Relations dan pasca sarjana jurusan Corporate Communications di STIKOM LSPR, gadis berkawat gigi ini diminta sang ayah untuk meneruskan usaha TIKI Bekasi. Saat itu Rizka sempat magang terlebih dahulu di pusat kebugaran True Yoga, Singapura dan agensi PR Weber Shandwick Indonesia. Salah satu perusahaan pemberi magangnya sebenarnya ingin merekrut Rizka sebagai karyawan. Namun dengan mantap Rizka memilih terjun dan terlibat di TIKI Bekasi.
Tidak ingin putrinya langsung duduk enak di kantor tanpa mengetahui sistem kerja TIKI, sang ayah sebenarnya sudah menanamkan pelajaran-pelajaran penting seputar usahanya sejak Rizka kecil. "Sebenarnya membantu Papa sudah sejak kecil, sejak SD. Pernah ada cerita yang tidak terlupakan, waktu itu libur bulan puasa ikut Papa sama adik di mobil kurir TIKI. Bawa rantang untuk makanan buka puasa. Terus ikut seharian sama Papa kirim-kirim paket. Saya jadi tahu, oh begini rupanya cara kerja Papa," kisahnya dengan mata berbinar.
Saat SMA Rizka magang di TIKI Bekasi. Setiap liburan sekolah tiba, ia ikut membantu menangani penerimaan paket, sortir paket, sampai ngeloper (mengirim barang hingga mencocokkan bukti pengiriman barang). Ia ikut dengan kurir motor atau kurir mobil. Proses pengiriman dari yang kecil-kecil hingga rumit ia pelajari. Upahnya hanya uang jajan yang tidak seberapa. Namun, ilmu yang diperoleh tidak ternilai.
Sudah mengetahui sistem kerja, istilah-istilah, dan merasakan sendiri mengirim paket sejak usia muda memang membuat Rizka tidak lagi kesulitan menjalani tugasnya di TIKI Bekasi. Namun, tetap ada tantangan yang harus dihadapinya. Apa itu? Simak di artikel selanjutnya.
BCA Senantiasa di Sisi Anda (adv/adv)