Tapi jangan salah, bermain game tidak selamanya hanya buang-buang waktu tapi juga dapat mewujudkan cita-cita. Seperti yang dialami oleh Andhika Rama Maulana (20), Datu Yoga Brata (34th),Raira Bhaskara (18th), Kreshna Agusta Mulyo Adi (18th), Fer Son (22th) dan Pradana Yogatama (18th). Berawal dari hobi bermain game simulasi Gran Turismo keenam anak muda tersebut berhasil mewujudkan cita-cita menjadi pembalap sungguhan.
Mereka berhasil lolos seleksi Nissan GT Academy. Sebuah program pencarian bakat muda di bidang balap melalui game simulasi Gran Turismo 6. Mereka disaring dalam sebuah seleksi, dilatih dan dipertandingkan di tingkat internasional.
"Dari kecil memang sudah ingin jadi pembalap dan main Gran Turismo. Selama ini saya selalu menunggu kapan Nissan GT Academy diadakan di Indonesia, atau setidaknya Singapura. Begitu tahu ada di Indonesia, senang banget," ujar Andhika.
Kesempatan mengikuti seleksi Nissan GT Academy tidak disia-siakan oleh pria yang berdomisili di Bekasi tersebut. Tidak disangka, Andhika menjadi finalis Nissan GT Academy Indonesia yang berhasil naik podium sirkuit Silverstone dengan predikat juara dua Asia. Andhika mencapai finish dengan selisih waktu hanya 0,228 detik dari pemenang utama asal Filipina, Jose Gerard Policarpio.
![]() |
Perjalanan yang harus dilalui Andhika, Datu, Raira, Kreshna, Fer Son dan Pradana cukup panjang untuk mencapai Silverstone. Mereka harus mengalahkan 15.000 orang melalui seleksi berupa balapan virtual Gran Turismo. Kemudian setelah termasuk ke dalam 20 finalis nasional, mereka mesti unjuk kebolehan dengan balapan sungguhan di sirkuit Sentul, Bogor.
Beberapa dari mereka bahkan rela berhenti dari pekerjaannya untuk berpartisipasi di Nissan GT Academy Indonesia. Seperti Datu yang merupakan dosen jurusan desain di salah satu perguruan tinggi Singapura.
"Saya minta izin ke pihak kampus tetapi tidak diperbolehkan karena izinnya cukup lama. Terpaksa harus berhenti. Tapi karena sejak kecil memang mimpinya adalah balapan, saya merasa beruntung ikut ajang ini," ujar Datu.
Sebelum bertanding di Silverstone mereka pun menerima gemblengan dari instruktur profesional GT Academy di Inggris. Setelah itu menjalani tes kesehatan, attitude dan tes fisik. Iklim dan cuaca yang berbeda dengan Indonesia sempat menjadi hambatan saat tes fisik sehingga dua anggota tim Nissan GT Academy Indonesia harus gugur.
Setelah tes fisik mereka pun diharuskan mengikuti uji kemampuan menyetir menggunakan mobil Nissan 370 Z Nismo. Cara mengujinya adalah dengan gymkhana, sebuah kompetisi ketangkasan menyetir yang melibatkan trek penuh rintangan. Mereka harus mampu bermanuver sulit seperti drifting. Jika dinyatakan layak barulah mereka boleh mengikuti kompetisi Nissan GT Academy yang sesungguhnya.
Meski sulit, pengalaman berjuang hingga dapat balapan sungguhan di Silverstone menjadi pengalaman berharga bagi keenamnya. Hal ini dibenarkan oleh Kreshna yang adalah penggemar game simulasi Gran Turismo sejak masih anak-anak. "Awalnya orang tua tidak setuju karena saya sudah diterima di salah satu sekolah pilot. Tapi setelah mereka tahu ajangnya sebesar ini dan saya akan bertarung melawan perwakilan negara lain, orang tua mendukung. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya," ucapnya.
Ya, terpilih sebagai salah satu anggota tim Nissan GT Academy dari Indonesia seperti mimpi yang menjadi nyata bagi mereka berenam. Apalagi bagi Andhika yang berhasil merebut juara dua. Siapa yang pernah menyangka, hanya dari hobi main game balap mobil secara virtual, mereka bisa benar-benar menjadi pembalap di sirkuit bertaraf internasional. (adv/adv)