Menjelang Imlek, biasanya di setiap toko, supermarket atau mal, kita dapat menemukan aneka kue keranjang dengan mudah. Dalam bahasa Mandarin, kue keranjang disebut Nian Gao. Artinya, tahun yang lebih tinggi. Maka itulah biasanya kue keranjang disusun-susun. Makin ke atas makin mengecil.
Kepercayaannya, agar rezeki keluarga di tahun yang baru makin meningkat. Salah satu daerah yang banyak memproduksi kue keranjang adalah Tangerang. Di sini ada satu pengrajin kue keranjang yang sangat terkenal yaitu Ny. Lauw (Lauw Kim Wie). Pabriknya berada di Jalan Pintu Air Timur Bouraq No. 59, Tangerang.
Sebenarnya, Ny. Lauw (Lauw Kim Wie) tidak hanya membuat kue keranjang. Sehari-hari, mereka memproduksi dodol aneka rasa. Ada durian, wijen, cempedak, dll. Namun setahun sekali, setiap Imlek mereka akan memproduksi kue keranjang. Begitu juga saat Festival Kue Bulan yang dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8 (kalender lunar) sudah dekat. Mereka akan memproduksi kue bulan.
Usaha dodol, kue keranjang dan kue bulan Ny. Lauw (Lauw Kim Wie) kini berada di tangan generasi ketiga. Winawati atau yang akrab disapa Ci Iin merupakan motor utama di balik usaha dodol dan kue Ny. Lauw (Lauw Kim Wie). Dia meneruskan usaha dari pihak keluarga suaminya - Suliatman alias Lauw Kim Tay.
Usaha dodol Ny. Lauw pertama kali dirintis oleh sang kakek - Lauw Sun Lim pada tahun 1950. Berbekal ilmu pengetahuan dari daerah asalnya – Cikoneng, pada awalnya sang kakek hanya membuat dodol dalam jumlah sedikit. Suliatman yang saat itu masih duduk di bangku SMP juga sudah mulai membantu usaha dodol sang kakek.
Suliatman merupakan anak kedua dari 10 bersaudara. Dari 10 saudara, hanya empat orang yang meneruskan usaha dodol ini. "Dulu kita masih tinggal bareng dan usaha bareng tapi akhirnya kami memisahkan diri dan membangun usaha sendiri. Setelah saya menikah tahun 1979, masih ikut mama (mertua) sampai 15 tahun. Setelah punya anak ke-4 baru pisah, tahun 1984," papar Winawati.
Mengenai penggunaan nama Lauw Kim Wie di belakang merek dagang Ny. Lauw, Winawati mengatakan itu untuk membedakan dengan dagangan saudara-saudara yang lain. Memasuki usia ke 68 tahun sekarang ini, Suliatman sudah menyatakan pensiun karena sakit.

Demikian juga Winawati yang kini berusia 57 tahun, sudah menurunkan ilmu-nya kepada putra keempat, satu-satunya pria dari lima anaknya yang memiliki minat kuat untuk meneruskan usaha keluarga ini. Selain beda rasa, perbedaan lainnya adalah varian produk Winawati lebih banyak.
"Saudara-saudara kami cuma buat dodol dan kue keranjang. Saya yang mulai buat dodol aneka rasa seperti durian, wijen, cempedak. Selain itu kue bulan dan kue pia, yang resepnya saya dapat dari keluarga saya," kata Winawati. Sebelum memegang usaha keluarga sang suami, Winawati sempat berdagang minyak tanah. Namun kelangkaan minyak tanah membuatnya banting stir berbisnis kue keranjang dan dodol.
Sejak berdagang minyak tanah itulah, Winawati sudah menjadi nasabah BCA. "Dulunya saya masih di (kantor cabang) Cikokol. Saya dagang minyak tanah kan banyak uang receh. Kalau BCA tidak pernah menolak (kalau setor receh). Bank lain sering nolak," cerita Winawati mengenai pengalaman uniknya bersama BCA.
Kini Winawati telah menjadi nasabah BCA Prioritas di kantor cabang pembantu (KCP) Pasar Lama. Untuk transaksi bisnisnya sehari-hari semua menggunakan layanan BCA. "Kalau pelanggan toko-toko bayarnya kebanyakan pakai Debit BCA. Kalau yang pesan biasanya transfer. Untuk cek (uangnya) sudah masuk atau belum, gampang. Tinggal pakai handphone saja lihat di m-Banking BCA atau KlikBCA," kata Winawati.
Dodol, kue keranjang dan kue-kue lainnya produksi Winawati mayoritas dipasarkan di Jabodetabek. Selain di supermarket, toko-toko buah, restoran dan toko oleh-oleh di wilayah Cisarua, Puncak, dsb. Ada juga pelanggan yang membeli kue Ny. Lauw (Lauw Kim Wie) untuk dijual online. Untuk membuat dodol dan kue keranjang. dalam sebulan, mereka menghabiskan setidaknya 10 ton tepung beras ketan!
Menurut Winawati, ada satu hal yang membuat pelanggannya setia. Selain rasa yang tidak dapat dibohongi, ternyata faktor penting lainnya adalah soal harga. "Kalau kita sudah buka harga (untuk pesanan), biar bahan baku naik, harga tetap. Pelanggan saya betahnya karena begitu. Tahun ini untungnya juga tipis. Kelapa mahal, gula aren mahal," tutup Winawati.
(adv/adv)