Tekun dan Kerja Keras, Yanto Sukses Jadi Juragan Ikan di Jatiluhur

ADVERTISEMENT

Tekun dan Kerja Keras, Yanto Sukses Jadi Juragan Ikan di Jatiluhur

Advertorial - detikNews
Senin, 08 Feb 2016 00:00 WIB
Foto: adv
Jakarta -

 "Jika mau berbisnis, modal uang itu bukan nomor satu, bisa nomor dua, tiga, empat dan seterusnya. Nomor satu itu kemauan, kerja keras, ulet dan jujur. Pasti ada jalan," ujar Yanto, sarjana teknik sipil yang kini sukses menjadi pengusaha tambak ikan dan pakan ikan di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.

Saat ini, pria bernama lengkap Ir. Yanto Sugianto ini sudah memiliki sekitar 120 kolam apung tempat pembiakan ikan mas dan nila di Waduk Jatiluhur. Sekali panen ia dapat menjual 50 ton ikan. Pada musim hujan di mana produksi ikan lebih sedikit, ia masih dapat menjual sekitar 20-30 ton ikan.

Ayah empat orang anak ini kini juga berekspansi dengan menjadi distributor pakan ikan. Ada tiga merek yang didistribusikannya yaitu Cargill, Charoen Pokphand dan Japfa. Kemudian ia pun memiliki mitra usaha petani ikan sebanyak 130 orang.

Tidak ada yang tahu, kesuksesan nya menjadi 'juragan ikan' seperti saat ini dimulai dengan modal uang yang sangat minim. Hanya Rp 4 juta saja. Saat itu, pengetahuannya soal perikanan air tawar juga masih minim.

Yanto sebelumnya bekerja di sebuah pabrik tekstil milik pengusaha asal Taiwan di Purwakarta. Lulus kuliah, ia langsung dipercaya menjadi satu-satunya teknisi lokal di perusahaan tersebut. Namun, karena penat dengan jadwal kerja yang padat ia hanya bertahan 2,5 tahun saja di pabrik tersebut.



Ket. Foto: Tumpukan karung pakan ikan di gudangnya selalu ludes dalam satu hari

"Saat saya memulai usaha itu tidak muluk-muluk, hanya ingin buat makan sehari-hari. Sempat juga frustrasi, sampai ingin jadi TKI ke luar negeri. Tapi kemudian saya mendapat ide. Rumah saya kan dekat dengan Waduk Jatiluhur, lalu lihat-lihat akhirnya terpikir buat usaha pembiakan ikan. Mulainya dengan dua kolam saja. Itu pun sewa bukan punya sendiri," kisahnya.

Bukan pujian atas keberaniannya memulai usaha yang diperoleh saat itu, melainkan protes dan cemoohan. Banyak kerabat yang menyayangkan keputusannya meninggalkan pabrik. Menurut mereka buat apa Yanto sekolah tinggi-tinggi hingga jadi sarjana jika akhirnya malah menjalani profesi sebagai petani ikan, menunggui kolam dan memberi makan ikan.

Cemoohan tersebut tidak menyurutkan semangatnya, malah semakin memacu dirinya untuk terus bekerja keras. Bermodal sepeda motor, ia berangkat ke Subang membeli bibit ikan. Setiap hari kegiatannya diisi dengan menjaga dan memberi makan ikan-ikan yang diternaknya.

Kegiatannya sehari-hari pun sangat berat. Menggunakan perahu, ia berangkat ke lokasi tempat kolam-kolamnya berada. Memberi makan ikan hingga lima kali sehari, menjaga kolam hingga subuh, kembali ke rumah untuk sarapan dan kembali lagi ke kolam.

"Pernah suatu hari hujan badai, saya masih berada di dalam rumah apung di antara kolam-kolam saya.Gelombang air tinggi sampai-sampai rumah bergoyang. Air sampai masuk. Saya benar-benar ketakutan dan hanya bisa meringkuk di pojok. Tapi itu pengalaman," cerita pria yang mengidolakan sosok Rhenald Kasali ini.



Ket. Foto: Bersama istrinya, Endang Harsanti dan Dimas, anak sulungnya

Selain cemoohan, cobaan yang membuatnya merugi sempat dialami. Tahun 1996, ada sebuah bencana arus balik (upwelling) yang melanda. Musim hujan berkepanjangan dan pergerakan angin menjadi sebabnya. Air kolam menjadi hangat di dalam, namun dingin di permukaan. Kadar oksigen dalam air pun menurun. Hanya 25 kg ikan yang tersisa. Lainnya mati.

Belum selesai ia menutupi kerugian akibat bencana tersebut, tahun 1998 krisis moneter melanda. Harga pakan ikan melonjak, sementara daya beli konsumen menurun. Akhirnya ia terpaksa menjual ikan-ikannya dengan harga murah meski harus merugi. Ia pun sementara harus meninggalkan usaha pembiakan ikannya.

"Peluang kembali datang untuk saya paska krisis. Banyak orang dari Jakarta yang berinvestasi tambak ikan dari uang PHK yang diterima mereka. Sebagai lulusan teknik sipil saya coba-coba saja membantu membuat kolam apung untuk mereka. Hasilnya lumayan," ujarnya lagi.

Baru lah pada tahun 2006, menggunakan modal yang diperolehnya dari membuat kolam dan menjual bandul pemberat kolam, ia memulai kembali usaha tambak ikannya. Tahun 2009 ia meluaskan sayap sebagai distributor pakan ikan. Nama CV Jatiluhur Mas dipakainya atas saran dari supir mobil pick-up yang saat itu bekerja padanya. Usahanya terus berkembang hingga ia meraih posisinya saat ini.

Ia sadar kesuksesannya saat ini, selain berasal dari kerja keras dan tekadnya juga dapat diperoleh karena dukungan berbagai pihak. Salah satunya adalah BCA, bank yang dipercayanya selama ini. "Saya sudah banyak sekali memanfaatkan produk dan layanan BCA yang mendorong perkembangan usaha saya. Layanan yang diberikan dari dulu hingga sekarang sangat memuaskan, cepat dan selalu memberi solusi," katanya.

Selain itu, tak kalah penting adalah dukungan keluarga. Yanto sangat berterimakasih pada keluarganya yaitu istri dan anak-anak yang dengan sabar mendukung segala upaya yang dilakukannya untuk membangun usaha. Kini di usianya yang tak lagi muda, Yanto berharap anak sulungnya, Dimas, dapat meneruskan usahanya dan menyerap banyak ilmu darinya.

BCA Senantiasa di Sisi Anda





(adv/adv)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT