Ia memang bukan perintis usaha ini tetapi orang tuanya. Tahun 1980-an sewaktu ia masih duduk di bangku sekolah ayahnya Gunawan Santoso dan ibunya Goei Ngiek Hwa memulai usaha dengan berjualan kain di Peterongan, Semarang. Seiring dengan berjalannya waktu toko kain tersebut berkembang menjadi ritel segala macam perlengkapan busana dengan nama ADA Swalayan.
ADA Swalayan pertama berdiri di 1987 dan berlokasi di Jalan Siliwangi. Toko masih sangat kecil, hanya dua lantai saja. Toko tersebut sekaligus menjadi rumah tempat mereka bertiga tinggal dan melakukan kegiatan sehari-hari. Memiliki intuisi bisnis yang bagus, Gunawan Santoso sang ayah berhasil melebarkan sayap dengan membuka tujuh cabang di Jalan Majapahit, Jalan Fatmawati dan Jalan Setiabudi (Semarang), Bogor, Kudus dan terakhir Pati.
Meneruskan usaha ini bukanlah cita-cita Erika. Ia punya cita-cita lain. Usai lulus sekolah menengah, Erika terbang ke Melbourne untuk menuntut ilmu di bidang Akuntansi. Masih haus akan ilmu, ia kemudian melanjutkannya dengan mendaftar di sekolah bahasa di Tiongkok. Namun posisinya sebagai anak tunggal membuatnya merasa bertanggung jawab meneruskan usaha yang sejak puluhan tahun lalu menjadi sumber mata pencaharian keluarganya.
"Kalau ditanya cita-cita saya sebenarnya menjadi model, ingin punya butik sendiri, pokoknya yang berkaitan dengan fesyen. Tetapi karena saya anak satu-satunya yang bisa diharapkan dan ini adalah usaha yang dirintis keluarga saya merasa bertanggung jawab untuk meneruskan," ujarnya.
Keterlibatannya dalam bisnis ini dimulai pada tahun 2007. Saat itu ia diwajibkan magang di bagian pembelian dan pemesanan. Posisi ini mengajarkannya banyak hal mengenai sistem manajemen perusahaan. βMulai dari hanya duduk saja memperhatikan supplier, belajar tentang manajemen, saya jalani. Benar-benar dari nol, tidak instan langsung memegang perusahaan ini,β terangnya.

Cobaan datang kepadanya satu tahun kemudian. Penggerak utama bisnis ADA Swalayan yaitu sang ayah kembali ke pangkuan Ilahi. Sementara ibundanya sudah sejak tahun 2003 meninggalkannya. Kejadian ini memukulnya begitu hebat. Namun sekaligus membuatnya tersadar bahwa ia adalah orang satu-satunya yang harus mandiri menjalankan bisnis ADA Swalayan.
Tidak terbiasa memimpin bisnis ritel sudah pasti membuat Erika kaget dan bingung harus memulai dari mana. Usianya saat itu baru menginjak 24 tahun. Ujian ini begitu berat untuknya apalagi pada saat sang ayah meninggalkannya, ADA Swalayan tengah dalam proses melebarkan sayap ke Kudus.
"Cobaan datang terus-menerus dan saya harus hadapi sendiri. Tapi saya selalu ingat pesan orang tua, untuk terus rajin cari rejeki, bekerja keras, banyak doa dan berbuat amal baik ke sesama. Cobaan tersebut malah mendewasakan saya. Saya pun move on dan meneruskan perluasan usaha hingga ke Pati," ungkapnya berkaca-kaca.
Beruntung juga sejak kecil ia sering diajak oleh orang tuanya berbelanja barang-barang persediaan untuk dijual di toko. Pengalaman ini menjadi bekalnya mencari barang-barang menarik untuk ditaruh di tokonya. βSaya sejak kecil sudah diajak kulakan untuk toko di Tanah Abang atau langsung ke Tiongkok. Biasanya kalau sedang libur sekolah. Jadi saat menjalani usaha ini sendiri sudah tidak canggung untuk turun langsung belanja kulakan. Untungnya saya juga hobi belanja dan sekalian saja saya menyalurkan hobi tersebut saat kulakan,β ujarnya.
Hanya BCA yang Percaya Pada Saya

Selagi mulai asyik menjalankan bisnisnya, jodoh datang menghampiri Erika. Perkenalannya dengan Ricky Sulistyo, berujung di pelaminan. Tahun 2011 Erika menikah dan beberapa tahun kemudian ia dikaruniai seorang putra yang diberinya nama Riecher Santoso. Suami yang juga berasal dari keluarga pengusaha dan mengenyam pendidikan di bidang marketing di Australia menjadi pendukung utamanya dalam berbisnis.
"Saya menjadi semakin mantap karena suami ini bukan cuma sanggup menjadi kepala keluarga yang baik tapi juga jadi partner bisnis. Ia banyak membantu saya di bidang pengembangan bisnis," ujarnya.
Saat ini ADA Swalayan telah memiliki tujuh cabang, dan dari karyawan yang hanya 50 orang, kini Erika didukung oleh 2.000 karyawan. Baginya karyawan adalah pilar utama dalam usahanya. Mereka adalah mitra, aset, dan teman dalam berbisnis yang tidak ternilai harganya. Erika bersyukur begitu banyak karyawan ayahnya yang hingga saat ini masih loyal mendukung ADA Swalayan.
Dukungan juga diperolehnya dari BCA, bank yang telah menemani sejak ADA Swalayan berdiri. BCA telah banyak memberi kemudahan, seperti dalam permodalan bisnis, pembayaran ke supplier, dan kenyamanan transaksi pelanggan dengan mesin EDC.
"Hanya BCA yang menaruh kepercayaan pada saya, terutama ketika papa sebagai pemimpin usaha meninggalkan saya. Banyak bank yang tidak yakin untuk membantu permodalan usaha saat itu. Mereka khawatir pada kemampuan bisnis kami seusai ditinggal papa. Tapi BCA selalu di sisi kami," ujarnya.
Tak heran jika kini ia begitu loyal pada BCA. Erika berharap, BCA akan terus memberikan kemudahan dalam pengembangan bisnisnya. Ia berencana untuk terus bekerja sama dengan BCA melalui program promosi untuk pelanggan toko-tokonya, seperti Gebyar Undian Berhadiah yang saat ini tengah berlangsung.
"Kami juga masih punya rencana untuk terus memperluas usaha, memperbanyak jumlah cabang. Sebenarnya tetap pada komitmen kita membidik segmen menengah, dan nantinya akan senantiasa memberi fasilitas dan kemudahan bagi pelanggan, seperti adanya sistem member, dan lain-lain. Supaya seperti nama swalayan ini, ADA yang artinya Ada di Hati Anda. Harapannya dukungan terus diberikan oleh BCA," ujarnya menutup pembicaraan.
BCA Senantiasa di Sisi Anda
(Advertorial/Advertorial)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini