Berpetualang Menelusuri Warisan Budaya Toraja

Perjalanan Daihatsu Terios 7 Wonders Etape 3 & 4

Berpetualang Menelusuri Warisan Budaya Toraja

- detikNews
Rabu, 08 Okt 2014 00:00 WIB
Jakarta -

Usai menjelajahi desa Torosiaje yang permai dan mengagumi keindahan kain Mandar perjalanan tim petualang Daihatsu Terios 7 Wonders berlanjut ke Selatan pulau Sulawesi. Setelah melalui perjalanan panjang tim petualang akhirnya tiba di Parepare.

Kedatangan tim petualang Daihatsu Terios 7 Wonders di Parepare bertepatan dengan perayaan Idul Adha 1435 Hijriyah. Sebelum memulai kegiatan, pukul 06.30 WITA tim menunaikan sholat Ied di Masjid Raya Parepare. Pada kesempatan tersebut PT. Astra Daihatsu Motor juga turut berbagi dengan warga setempat melalui kurban 7 ekor kambing & melaksanakan lomba marawis untuk siswa-siswi SMA, SMK dan Pondok Pesantren yang berlokasi di Parepare.

โ€œPenyerahan 7 hewan kurban ini melambangkan 7 keajaiban alam dan budaya Indonesia yang dieksplorasi melalui Daihatsu Terios 7 Wonders. Selain itu, kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Daihatsu untuk maju bersama bangsa dan mengembangkan keindahan Nusantara,โ€ kata Asjoni, Kepala Departemen CSR PT. Astra Daihatsu Motor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prosesi penyerahan hewan kurban ini juga turut dihadiri oleh alim ulama, staff pemerintahan Parepare dan Walikota Parepare, H.M. Taufan Pawe, SH, MH. โ€œMelalui kurban Daihatsu menunjukkan kepeduliannya kepada warga Parepare. Selain itu kurban ini akan menjadi pengikat tali silaturahmi antara warga dengan Daihatsu. Harapan saya sekembalinya ke Jakarta tim ini dapat turut mempublikasikan keindahan dan potensi Parepare,โ€ ujar Taufan.

Meski masih banyak hal yang ingin dieksplorasi tim petualang di Parepare. Namun sayang, tim harus segera melanjutkan perjalanan ke Tana Toraja, salah satu kabupaten yang menyimpan tradisi dan warisan budaya berusia ratusan tahun.

Sebelum perjalanan ke Tana Toraja dimulai, pengecekan kondisi ketujuh Daihatsu Terios yang menemani perjalanan selama ini dilakukan. Pengecekan terutama dilakukan pada kaki-kaki roda dan kondisi rem yang memang bekerja paling berat selama ekspedisi. Setelah kendaraan dinyatakan siap untuk melanjutkan perjalanan, tim langsung melaju menuju Tana Toraja.

Warisan Tana Toraja
Perjalanan sekitar 6 hingga 8 jam dengan kondisi jalan berliku, terjal dan cukup ekstrim harus dilalui. Memasuki Kabupaten Tana Toraja, tim harus benar-benar menguji nyali. Banyak tanjakan curam dan jalan berliku di sisi jurang yang dalamnya bisa mencapai 7 kaki. Tana Toraja memang merupakan daerah pegunungan dengan banyak lembah. Konsentrasi pengemudi diuji. Begitu juga dengan ketangguhan torsi, rem, dan manufer Daihatsu Terios yang dikendarai.

Tiba di Rante Pao, pukul 19.00 WITA, tim disambut dengan alunan musik tradisional dan paduan suara dari siswa-siswi sekolah dasar setempat. Salah satu warga yang merupakan suku Toraja asli dari Tongkonan Tolengke menyambut tim dan langsung menghantar mereka ke dua Tongkonan atau rumah adat yang akan menjadi tempat mereka beristirahat.

Pagi harinya, tim berkesempatan mempelajari tradisi, kearifan lokal dan kekayaan warisan budaya di Tana Toraja. Bersama dengan seorang pemandu lokal tim mengeksplorasi berbagai tempat termasuk tebing-tebing kompleks pemakaman warga setempat. Cerita lengkap tentang kepercayaan animisme berusia ratusan tahun, yang dulu dipercaya oleh leluhur suku Toraja juga diperoleh. Begitu juga cerita mengenai tradisi upacara pemakaman unik yang ada di Tana Toraja.

โ€œOrang Toraja memiliki kepercayaan animisme bernama Alakto Dalo. Dalam Alakto Dalo kami percaya bahwa kerabat yang sudah meninggal hanya berpindah dari satu alam ke alam lain. Kami menamai tempat orang hidup sebagai Tongrambu dan tempat orang meninggal atau kompleks pemakaman sebagai Tongkaran,โ€ ujar pemandu lokal tersebut.

Ia pun bercerita, bahwa kematian merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Toraja setelah kelahiran. Oleh karena itu upacara besar dengan dana miliaran selalu digelar untuk menghantar kerabat yang telah meninggal ke alam kematian.

Biasanya orang Toraja mengurbankan kerbau yang harganya berkisar dari Rp 60 juta- Rp 350 juta. Semakin banyak kerbau yang dikurbankan, semakin bergengsi keluarga yang menggelar upacara tersebut. Keluarga yang belum memiliki dana cukup untuk melakukan upacara diperbolehkan menyimpan jenasah di dalam rumah sebelum dimakamkan di tebing-tebing.

Setelah terhanyut dengan cerita pemandu, tim akhirnya tiba di depan sebuah pohon Tara atau cempedak yang konon telah berumur 300 tahun. Dahulu pohon ini digunakan sebagai makam bayi. Jasad bayi dimasukkan ke dalam pohon berdiameter besar ini dengan posisi duduk membelakangi rumah tempatnya dilahirkan. Pohon Tara atau cempedak dipercaya sebagai pengganti ibu di alam kematian karena pohon ini memiliki getah yang menyerupai air susu.

Sejak tahun 1950, pohon ini tidak lagi digunakan sebagai makam karena sebagian besar warga Toraja telah menganut agama Nasrani. Namun, warisan budaya dan kepercayaan Alakto Dalo yang berusia ratusan tahun seperti upacara pemakaman yang sudah dilakukan secara turun-temurun tetap terjaga dan lestari.

Rante Pao, Tana Toraja menutup petualangan etape ketiga Daihatsu Terios 7 Wonders di Sulawesi. Selanjutnya tim akan bergerak ke bagian paling Selatan di Sulawesi untuk menelusuri warisan budaya lainnya.

(adv/adv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads