Di usia sangat muda, 23 tahun, Ibnu Riyanto β kini 25 tahun - sudah mendapatkan penghargaan dari rekor MURI sebagai pemilik toko batik terbesar dan terluas pada usia termuda. Tak hanya itu, sejumlah penghargaan dari berbagai institusi pun berjejer di dinding dan meja di ruang kerjanya.
"Saya tidak mau seperti dinosaurus, ketika sudah besar kemudian punah," ungkapnya saat ditemui team Berita BCA belum lama ini di toko Batik Trusmi, Ds Trusmi, Plered, Cirebon.
Bukan Ibnu namanya jika hanya puas dengan pencapaian tersebut. Di usianya yang masih sangat muda, Ibnu justru merasa inilah kesempatan untuk terus melakukan eksplorasi kemampuan dirinya. Ia semakin tertantang untuk meraih yang belum bisa dicapainya. "Mumpung masih muda dan masih cukup banyak energy, saya akan terus mengembangkan diri. Saya memang type orang yang tidak mudah puas dengan apapun yang sudah saya capai," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merintis usaha di usia 17 tahun, Ibnu memulainya dengan menjadi suplier kain mori, bahan baku batik berupa kain putih pada tahun 2006. Dengan modal awal Rp 15 juta, Ibnu menawarkan kain mori ke perajin-perajin batik di desa kelahirannya, Trusmi Kabupaten Cirebon.
"Dulu saya bandel . Lulus SMA saya langsung menikah. Saya ingin membuktikan kepada orang tua kalau saya mampu mandiri. Begitu punya tanggungan istri, saya jadi bersemangat untuk memulai usaha sendiri. Saat itulah, pertama kali saya menjadi nasabah bank ya BCA," katanya.
Keuntungan menjadi suplier kain mori mencukupi untuk kebutuhan keluarganya, namun pas-pas an saja. Apalagi setelah mempunyai anak, Ibnu merasa harus bisa meningkatkan usahanya untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Dengan memanfaatkan ruang tamu rumah orang tuanya yang berukuran 4 x 4 meter persegi di tahun 2007, ayah 2 anak ini pun mulai menjual batik. Tak berhenti di βtokoβ saja, Ibnu pun gigih memasarkan batik dagangannya secara door to door dari satu toko ke toko yang lain di Jakarta, Bandung dan kota-kota lain.
Meraih sukses memang tak semudah membalikkan tangan. Tak jarang, Ibnu harus tidur di masjid demi mengirit uang yang harus diputarnya untuk mengembangkan usaha. Beruntung satu toko di salah satu pusat perbelanjaan teramai di Jakarta mau membayar lunas dagangannya sebesar Rp25 juta. Pencapaian itu membuatnya semakin bersemangat dan percaya diri hingga semakin ulet memasarkan batiknya. Seiring dengan semakin laris dagangan batiknya, Ibnu pun membuka usaha konveksi sendiri, dan berkat ketekunannya, mampu membuka toko batik yang diberinya nama Batik Trusmi mengikuti nama desa penghasil batik ternama di Cirebon .
Hingga akhirnya nama Ibnu tercatat sebagai pemegang rekor pemilik toko batik terbesar dan terluas pada usia termuda pada 25 Maret 2013 lalu.
Menurut Ibnu, kalau usaha ingin berkembang, manajemen yang profesional saja tidak cukup. "Tapi juga diperlukan kerja keras dan kemauan untuk maju serta berani mengambil resiko. Dan tentu saja, rasa selalu ingin mencapai yang lebih lagi," paparnya.
Dari sama sekali tidak memiliki karyawan, saat ini Ibnu mampu menghidupi setidaknya 500 orang karyawan. Ibnu juga membuka kesempatan bagi sedikitnya 50 perajin batik rumahan, untuk memasarkan batik di toko miliknya.
Saat ini, Ibnu bukan hanya pemilik toko βPusat Grosir Batik Trusmiβ dengan luas hampir 9.000 meter persegi di atas tanah seluas 12.000 meter persegi. Tapi Ibnu membuka gerai batik untuk kelas menengah ke atas yang diberi nama "Pesona Batik", yang memadukan seni budaya dan keindahan gedung peninggalan sejarah. Pesona Batik diresmikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mizwar pada 27 Maret 2014 lalu.
Tidak berhenti disitu, Ibnu juga membuka sejumlah toko batik dan puluhan gerai batik di sejumlah mal baik di Cirebon maupun kota lainnya. Untuk mereka yang gemar berbelanja via online, Ibnu juga membuka website www.batiktrusmi.com yang dipopulerkan juga melalui sosial media. Insting bisnisnya terus diasah. Saat ini, Ibnu pun melebarkan sayap bisnisnya dengan terjun ke dunia properti.
Sebagai pebisnis, Ibnu juga menggandeng perbankan untuk mendukung usahanya. BCA menjadi salah satu bank pilihannya. Salah satunya menggunakan EDC BCA untuk kemudahan transaksi di seluruh toko dan gerainya serta menggunakan KlikBCA Bisnis yang praktis untuk menyelesaikan berbagai transaksi bisnisnya.
Obsesi Ibnu selanjutnya adalah ingin mengumpulkan perajin batik dalam satu kawasan seperti halnya pabrik, dan bisa memberikan imbalan kepada perajin minimal setara dengan UMK bahkan lebih.
"Upah membatik yang masih rendah, ikut memberikan andil ancaman kepunahan batik di Cirebon," katanya.
(adv/adv)