Haryoni - Toko Bangunan Jaya : Anak Belitong Yang Sukses Di Cirebon

Komunitas Bisnis Cirebon :

Haryoni - Toko Bangunan Jaya : Anak Belitong Yang Sukses Di Cirebon

- detikNews
Senin, 09 Jun 2014 12:00 WIB
Jakarta -

Masa kecil yang dilalui Haryoni atau Joni Tjia, kelahiran Manggar, Belitong Timur, 40 tahun lalu memang tidak semanis kehidupan anak-anak seusianya. Sejak SD, 6 bersaudara putra-putri Tjia Tet Fa – pedagang kelontong di Manggar - memang mendapatkan didikan keras dari kedua orang tuanya. Tidak ada istilah berpangku tangan, sepulang sekolah Joni kecil harus membantu di toko kelontong milik ayahnya itu. “Sejak kecil saya sudah terbiasa jaga toko sampai mahir menimbang barang dagangan. Usia 13 tahun sudah diberi tanggungjawab mengantar barang kebutuhan sehari-hari ke pelanggan kami di desa-desa sekitar dan kembali ke rumah dengan membawa barang dagangan berupa karet mentah, lada, dan sebagainya,” kenang Joni.

Joni ingat betul, di saat teman-temannya bisa bermain sepuasnya, ayahnya justru membuatnya terpaku berkutat dengan pekerjaan apa saja di tokonya.

Selepas SMA, Joni dikirim ayahnya ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti tahun 1993. Ternyata didikan keras ayahnya masih berlanjut. Untuk hidup di Jakarta, Joni hanya dibekali dengan uang untuk membayar kuliah dan untuk biaya hidup yang pas-pas an saja. Untuk keperluan lainnya, tak pelak Joni harus memutar otak mencari “penghasilan” tambahan dengan berjualan kaset (musik) dan tiket nonton bioskop 21 ke teman-teman kuliahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun 1994 ketika mengunjunginya di Jakarta, sang ayah terkejut melihat perubahan pola hidup putra ketiganya itu. “Jadwal kuliah saya tak pasti. Kadang pagi, kadang siang atau sore. Papa saya kaget ternyata saya banyak nganggurnya di Jakarta. Akhirnya menginjak semester tiga, papa menitipkan saya kepada salah satu saudaranya yang punya toko keramik dan bahan bangunan di Pinangsia. Mulai saat itu, jadwal saya benar-benar padat. Pukul 08.00-12.00 harus kuliah lalu dilanjutkan menjaga toko mulai pukul 13.00. Semester-semester berikutnya, justru terbalik. Jadwal kuliah menyesuaikan jadwal kerja saya,” kisah Joni diiringi derai tawa. Praktis, Joni tidak punya banyak kenalan, karena waktunya sudah tersita untuk kuliah sambil bekerja.

“Saat itu saya sempat merasa sedih, Papa kok kejam sekali. Di saat teman-teman kuliah saya jalan-jalan dan nonton bioskop, saya harus jaga toko. Tapi sekarang saya mengerti. Tanpa disiplin yang keras dari Papa, tidak mungkin saya jadi seperti sekarang ini. Bisa dibilang saya mulai bisnis 4 tahun lebih awal. Bayangkan kalau saya harus menunggu lulus kuliah baru mulai berbisnis?,” kata Joni.

Usai menamatkan kuliah di tahun 1998, Joni diminta pulang ke Belitong pada tahun 1999 untuk mengurus toko kelontong milik ayahnya. "Saya kerja keras mengurus toko yang buka dari jam 06.00 hingga 22.00. Tapi saya merasa tidak puas karena sepertinya usaha ini sulit berkembang. Nah, pada April 2000, pak John Suwanto mudik ke Belitong untuk merayakan Ceng Beng. Saya sampaikan niat saya untuk membuka usaha sendiri, " cerita Joni.

Usai pertemuan kembali dengan John Suwanto, paman dan mantan boss-nya yang menjadi tokoh panutannya itu, jalan bisnis makin terbuka. Pemilik pabrik keramik Indogress itu berjanji akan membantu usaha Joni. Bersama July, sang istri yang dinikahinya pada tahun 2000, Joni merantau kembali ke Jawa mencari lokasi yang tepat untuk membuka toko yang menjual aneka produk finishing bangunan. Berbekal dana Rp200 juta pinjaman dari sang ayah sebagai modal usaha Joni akhirnya menjatuhkan pilihannya pada kota udang, Cirebon. Alasannya, dengan modal minim itu masih cukup untuk menyewa toko dan mengisinya dengan sedikit barang dagangan.

Toko pertamanya di Jalan Pagongan No. 64 Cirebon pun dibuka pada Juni tahun 2000. Bahu membahu dengan sang istri yang disebutnya sebagai “polisi finansial” dan dibantu seorang karyawan, pria murah senyum ini bertekad membesarkan usahanya sekaligus mengembalikan modal pinjaman dari ayahnya, sekalipun ia terhitung sebagai “anak kecil” di dunia usaha tersebut. "Saat datang ke Cirebon usia saya 25 tahun dan mulai dari menjual keramik dengan jumlah tak besar. Tapi saya mampu mengembalikan modal dari papa dalam waktu 2 tahun," lanjutnya. Kini, toko Bangunan Jaya di Jalan Pagongan yang menjual aneka keramik, granite tile, marmer, handle pintu, bak mandi dan sebagainya sudah menjadi miliknya. Seiring dengan perkembangan bisnisnya, jumlah karyawannya pun semakin bertambah.

Perekonomian kota Cirebon tumbuh pesat 6 tahun terakhir, semakin membuat pria yang gemar membaca buku-buku manajemen dan majalah bisnis ini semakin optimis. Disamping manajemen dan kontrol keuangan yang baik – memisahkan antara uang pribadi dan bisnis, baginya, dalam menjalankan bisnis kejujuran jadi nilai mutlak. Ini merupakan modal untuk bisa dipercaya orang lain. Selain itu peran perbankan tidak bisa dipandang sebelah mata. Joni pun memilih BCA menjadi mitra bisnisnya. "Karyawan bagi saya adalah asset berharga. Saya juga tak lupa mengembangkan potensi sumber daya manusia (karyawan) yang semuanya asal Cirebon agar menguasai produk dan pemasaran, mahir berkomunikasi, sehingga tidak minder melayani konsumen dari berbagai kalangan,"ujar pria berkulit putih ini.

Dengan kebesaran hati, Joni pun senang melihat karyawannya berkembang bahkan mampu mandiri. Joni menularkan ilmu bisnisnya kepada para karyawannya tanpa takut tersaingi. Bahkan beberapa mantan karyawannya kini sudah mendirikan toko bangunan sendiri di Plumbon, Beber dan Kuningan. Tahun depan Joni bercita-cita merealisasikan impiannya memiliki supermarket bangunan di lahan seluas 2000 meter yang sudah disiapkannya.

Sebagai salah satu nasabah loyal BCA, Joni mengaku banyak menikmati kemudahan yang dihadirkan BCA. Bahkan BCA jadi rekening pertama yang dimiliki untuk menerima kiriman uang kuliah. Saat itu Joni merupakan nasabah BCA Sunter. Tahun 2000 Joni pindah menjadi nasabah BCA Cirebon. "Fasilitas BCA lebih simpel. Saya memanfaatkan internet banking (KlikBCA Bisnis), mobile banking (m-BCA) dan mesin EDC untuk transaksi di toko. Sekitar 50 persen sudah menggunakan Debit BCA dibanding pakai cash. 90 persen rekanan saya juga menggunakan rekening BCA," pungkasnya.

(adv/adv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads