Kedua kelompok wayang tersebut diboyong oleh BCA sebagai bentuk dukungan terhadap perkembangan budaya Indonesia. Apalagi Wayang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya leluhur bangsa Indonesia. Karenanya, momen Social Media Festival 2013 yang dihadiri para penggiat social media, anggota komunitas dan pengunjung fX dimanfaatkan oleh BCA untuk memperkenalkan budaya wayang khususnya kepada generasi muda.
Wayang Beber Metropolitan tampil pukul 19.30 di panggung F3 membawakan cerita berjudul “Mata Air, Air Mata.” Menggunakan gambar di atas kertas, sang dalang ‘membeberkan’/berkisah tentang kehidupan Desa Kahuripan yang mulai berubah sejak tersentuh modernisasi.
Mengiringi sang dalang, nyanyian merdu dua biduanita dan permainan musik dari instrumen yang tak biasa. Ada piring kaleng, terompet raksasa sepanjang 2 meter, gitar listrik, biola dan gamelan. Ada yang menarik ketika sang dalang mengatakan bahwa social media merupakan bentuk pewayangan modern. Jaman dulu, wayang memang digunakan untuk sebagai media penerangan, pendidikan, hiburan dan kritik sosial.
Wayang Beber Metropolitan (@waybemetro) terbentuk dan berkembang di Jakarta. Para personilnya berasal dari berbagai latar belakang dan suku. Bahkan sebagian besar merupakan anak-anak jalanan yang ingin belajar pewayangan. Wayang Beber Metropolitan merupakan versi kontemporer dari wayang beber yang saat ini hanya tersisa di 2 daerah yakni Pacitan dan Wonosari.
Sementara itu Wayang Hip Hop yang jauh-jauh datang dari Yogyakarta tampil pukul 22.00 di area F1. Mereka menghibur pengunjung dan para penggiat social media yang bertahan di fX karena Social Media Festival 2013 memang diadakan selama 24 jam, dari pukul 15.00 hingga pukul 15.00 keesokan harinya.
Sang dalang membawakan wayang kulit dengan cerita hiruk pikuk masyarakat sekarang di dunia social media. Diiringi oleh empat penyanyi pria berkostum keluarga Semar yang ‘ditabrak’ dengan sepatu kets ala rapper dan seorang penyanyi wanita yang mengenakan high heels.
Wayang Hip Hop (@WayangHipHop) dirintis oleh Ki Catur ‘Benyek’ Kuncoro. Alat musik yang digunakan tidak lagi mengandalkan gending Jawa, tapi menggunakan gitar, keyboard, laptop sebagai mesin DJ dan beberapa alat perkusi. Wayang Hip Hop sering menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, bahkan kadang bahasa internasional sebagai bentuk komunikasi dengan penonton.
Partisipasi BCA dalam membawa wayang ke Social Media Festival 2013 merupakan bagian dari program yang bertajuk Bakti BCA untuk Wayang Indonesia. Program ini berada di bawah naungan CSR Bakti BCA di bidang budaya. Sebelumnya Bakti BCA juga pernah membuat program World of Wayang yang ditayangkan Kompas TV, menyelenggarakan kompetisi foto World of Wayang, mendukung pementasan festival dalang bocah tingkat nasional, wayang Shie Jim Kie dan wayang orang.
(adv/adv)