Berbekal kreativitas, tidak ada yang tak mungkin. Seperti yang dilakukan oleh Nur Handiah Jaime Taguba, pemilik CV Multi Dimensi atau lebih dikenal dengan sebutan Rumah Kerang Cirebon. Nur membagikan kisah inspiratifnya dalam Indonesia Knowledge Forum (IKF) III yang diselenggarakan oleh BCA Learning Service, Jumat (10/10).
Mengisi sesi conference kedua untuk track Creativity & Innovation, Nur berhasil memukau para peserta dengan keindahan produk-produk ciptaannya. Mulai dari lampu hias, vas bunga, hiasan dinding, furnitur, bingkai foto, cermin hingga peralatan makan, semuanya terbuat dari kulit kerang simping.
Di daerah asalnya, Cirebon, kulit kerang simping banyak berserakan di pantai dan dianggap sebagai limbah. Melihat adanya peluang, Nur mulai coba-coba mengolah kulit kerang jadi kerajinan tangan. Nur pun rajin melakukan lawatan ke dalam dan luar negeri. Dia mencari tahu kerajinan apa saja yang bisa dibuat dari kulit kerang dan bagaimana cara mengolahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain kulit kerang simping, Nur juga coba menggunakan kulit kerang lain. Seperti kerang dara, kerang hijau dan kerang hitam/kerang batu. Mengenai nama Rumah Kerang Cirebon, Nur mengungkapkan bahwa sebutan ini muncul dari para wisatawan lokal yang datang ke showroom sekaligus pabrik itu.
Sebutan Rumah Kerang Cirebon kemudian menginspirasi Nur saat merenovasi rumah tinggalnya pada tahun 2009. Nur melapisi seluruh dinding luar rumah dengan kulit kerang simping berwarna keemasan, membuktikan bahwa kulit kerang simping juga bisa digunakan untuk dekorasi outdoor. Dia menghabiskan sekitar 6 ton kulit kerang untuk dekorasi rumah dua lantai tersebut. Mulai dari gorden, furnitur, lampu gantung hingga perabotan makan.
Modal menjadi salah satu tantangan yang kerap dihadapi pengusaha UMKM, termasuk Nur. Beruntung dia berhasil mendapat pinjaman dengan menjadi mitra binaan beberapa perusahaan BUMN. “Kami diberikan pinjaman dengan bunga yang sangat lunak. Inginnya sih pinjaman tanpa pengembalian. Tapi tidak ada,” gurau Nur.
Selain modal, dia pun difasilitasi untuk mengikuti pameran dagang di Jakarta. Kemudian datanglah kesempatan untuk membuka pameran dari Badan Pengembangan Ekspor. “Asal rajin cari tahu, sebenarnya banyak kesempatan yang dibuka oleh pemerintah. Kita diberikan booth gratis di pameran luar negeri. Meski akomodasi dan logistik harus modal sendiri. Dari situ kita dapat order internasional dan membangun jaringan,” kata Nur.
Untuk strategi pemasarannya, selain rajin ikut pameran dimana-mana, Nur juga mengandalkan strategi promosi dari mulut ke mulut. “Ini sangat efektif. Dibantu oleh Pemda Cirebon yang kerap mengundang pejabat seperti Ibu Ani Yudhoyono dan Ibu Iriana Joko Widodo untuk berkunjung ke showroom kami. Media juga berperan penting. Berkat publikasi di berbagai media semakin banyak orang yang tahu mengenai produk kami,” lanjut Nur.
Supaya bisa bersaing dan tampil menonjol, Nur terus berinovasi dan mengikuti tren yang ada di pasaran. Dia pun membuka outlet di Jakarta, Yogyakarta dan Bali. Untuk memudahkan konsumen internasional mengakses informasi, dia membuat website www.capizbalishell.com. Tak heran jika Nur banyak mendapat penghargaan atas kreativitasnya sebagai wirausahawati yang mengharumkan nama Indonesia.
(adv/adv)