Anda sedang membaca Dunia Hari Ini, rangkuman berita-berita utama dalam 24 jam terakhir.
Edisi Senin, 8 September 2025 kami awali dengan gerhana bulan total berwarna kemerahan.
'Blood moon' di Australia
Banyak orang seluruh dunia terpukau oleh pemandangan 'blood moon' atau gerhana bulan total kemerahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga di Australia bisa melihat di sejumlah negara bagian, sementara 'blood moon' terlihat lebih jelas di kawasan Asia dan hanya di beberapa negara di Eropa.
Fenomena alam ini terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari berada di garis lurus, sementara warna kemerahan disebabkan sinar matahari di luar bayangan gerhana yang dipantulkan ke permukaan bulan.
Warga di Kota Gaza kembali diminta mengungsi
Ratusan ribu warga Palestina diperintahkan untuk segera meninggalkan Kota Gaza, karena militer Israel dilaporkan akan mengambil alih dan menduduki wilayah tersebut.
Namun, banyak warga yang menolak untuk pindah dengan alasan kelelahan akibat sudah beberapa kali mengungsi dalam beberapa bulan terakhir dan khawatir dengan keamanan "zona kemanusiaan"
Banyak warga Palestina mendirikan tenda-tenda di garis pantai dan merasa khawatir kalau mereka akan dipindahkan.
"Tidak ada tempat yang aman termasuk di Gaza selatan, situasi kami sama seperti mereka [di selatan], tetapi mereka bilang itu wilayah kemanusiaan, tetapi orang-orang tidak mau pergi ke sana," ujar Nizar Mohammad, 32 tahun, yang berasal dari kamp pengungsi Jabalia, kepada ABC.
Serangan Rusia ke Ukraina
Rusia menyerang ibu kota Ukraina dengan lebih dari 800 pesawat tanpa awak dalam pemboman udara terbesar sejak perang dimulai.
Setidaknya empat orang tewas dan sejumlah gedung pemerintahan rusak terbakar.
Serangan terjadi beberapa jam sebelum Presiden Donald Trump memperingatkan jika siap untuk menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengutuk serangan tersebut, menyebutnya sebagai "kejahatan yang disengaja dan akan semakin memperpanjang perang".
"Dunia sebenarnya bisa memaksa para penjahat Kremlin [Rusia] untuk berhenti membunuh, hanya dibutuhkan kemauan politik," ujarnya.
PM Jepang mengundurkan diri
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengumumkan pengunduran dirinya, setelah semakin banyak seruan dari partainya untuk bertanggung jawab atas kekalahan dalam pemilihan parlemen tahun ini.
"Saya ingin menyerahkan tongkat estafet kepada generasi berikutnya," ujarnya.
PM Ishiba telah berkuasa sejak Oktober 2024 dan masa jabatannya sebagai pemimpin partai diperkirakan akan berakhir pada September 2027.
Ia memimpin koalisi antara Partai Demokrat Liberal (LDP) dan Partai Komeito dan telah menolak tuntutan dari lawan-lawannya yang sebagian besar berhaluan kanan di dalam partainya sendiri selama lebih dari sebulan.
Ia mengatakan langkah tersebut akan menyebabkan kekosongan politik ketika Jepang menghadapi tantangan-tantangan utama di dalam dan luar negeri.